perusahaan pemberi kerja juga diberikan kepercayaan memotong pajak tersebut Faisal, 2009:320.
Seperti misalnya dalam hal membuat kebijakan perusahaan dalam penentuan pemberian imbalan berupa kenikmatan natura atau penambahan
tunjangan makan siang. Apabila diberikan dalam bentuk natura berarti akan ada pembebanan biaya untuk menyediakan makan siang yang bisa digunakan sebagai
pengurang pendapatan bruto dan bisa sebagai penghematan untuk PPh 25, sedangkan bagi karyawan ada penghematan untuk PPh 21.
2.2.2.6. Menghidari Pemeriksaan Pajak
Dari perspektif wajib pajak, pemeriksaan pajak sebisa mungkin dihindari karena biayanya sangat mahal. Seluruh jenis biaya kepatuhan terlibat dalam
pemeriksaan, baik biaya material direct material, maupun immaterial time cost dan psychic cost.
Wajib pajak dapat melakukan berbagai upaya untuk menghindar dari pemeriksaan pajak, baik pemeriksaan untuk menguji kepatuhan wajib pajak
maupun pemeriksaan untuk tujuan lain. Teknik yang diuraikan d
a
n disarankan di sini didasarkan atas praktik, kebiasaan, dan kebijakan DJP dalam menentukan
strategi pemeriksaan. Misalnya dalam melakukan pemeriksaan rutin DJP selalu memprioritaskan pemeriksaan terhadap wajib pajak yang menyampaikan SPT
lebih bayar. Mengetahui SPT lebih bayar termasuk kriteria pemeriksaan, maka selayaknya wajib pajak mengupayakan tidak menyampaikan SPT lebih bayar
kecuali dalam kondisi tak terhindarkan Faisal, 2009:328.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.2.7. Menjaga Hubungan Baik dengan Administrasi Perpajakan
Tiga aspek berbicara mengenai administrasi perpajakan, maka ada tiga aspek yang terlibat, yaitu:
1. Suatu institusi atau badan yang mempunyai wewenang yang tanggung
jawab untuk menyelenggarakan pungutan pajak. 2.
Orang-orang yang terdiri dari pejabat dan pegawai yang bekerja pada instansi perpajakan yang secara nyata melaksanakan kegiatan pemungutan
pajak. 3.
Kegiatan menyelenggaraan pungutan pajak oleh sesuatu institusi atau badan yang ditatalaksanakan sedemikian rupa sehingga dapat mencapai
sasaran yang telah digariskan dalam kenijakan perpajakan, berdasarkan sarana hukum yang telah ditentukan oleh undang-undang perpajakan
dengan efisien. Dari ketiga aspek di atas, yang paling penting diperhatikan adalah aspek
kedua, yaitu faktor manusia. Unsur manusialah yang mengendalikan institusi atau menjalankan aktivitas administrasi perpajakan pada prinsipnya sama dengan
menjaga hubungan dengan unsur manusia yang ada dalam organisasi administrasi perpajakan Faisal, 2009:337.
2.2.3. Pengertian Manajemen Pajak
Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Menurut Lumbantoruan 1996 manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi
kewajiban pajak dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Tujuan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
manajemen pajak dapat dicapai melalui fungsi-fungsi manajemen pajak yang terdiri dari Suandy, 2006:7:
1 Perencanaan pajak tax planning
Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan
pajak yang akan dilakukan Suandy, 2006:7. 2
Pelaksanaan kewajiban perpajakan tax implementation Pada tahap ini perencanaan pajak telah diketahui faktor-faktor yang akan
dimanfaatkan untuk melakukan penghematan pajak, maka langkah selanjutnya adalah mengimplementasikannya baik secara formal maupun
material. Harus dipastikan bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakan telah memenuhi peraturan perpajak yang berlaku Suandy, 2006:10.
3 Pengendalian pajak tax control
Pada tahap ini pengendalian pajak bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban pajak telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan
dan telah memenuhi persyaratan formal maupun material Suandy, 2006:11.
2.2.3.1. Peranan Manajemen Pajak
Pajak berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan perseorangan dan keputusan bisnis, tidak berarti bahwa pajak tersebut tidak dapat dikendalikan.
Memahami dengan baik ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan serta perkembangan dan perubahannya, pada hakikatnya pajak tersebut akan dapat
dimanajemeni dengan berhasil.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Suatu sistem manajemen pajak yang efektif merupakan hal yang vital bagi suatu usaha yang berorientasi kepada keuntungan dan malahan predikat seorang
manajer sukses ditentukan pula oleh sukses tidaknya penyusunan suatu perencanaan pajak tax planning Zain, 2005:42.
Pembebanan pajak oleh pemerintah yang berbentuk pungutan pajak terhadap wajib pajak, pada hakikatnya merupakan perwujudan dan pengabdian
kewajiban dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk membiayaan negara
dan pembangunan nasional, namun di lain pihak pembebanan pajak tersebut tentunya tidak melebihi beban pajak yang menjadi kewajibannya sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, seperti yang dikemukakan oleh hakim Learned Hand sebagai berikut Zain, 2005:44:
“Berulang-ulang kali pengadilan menyatakan bahwa tidak ada suatu ancaman hukuman apapun dapat diberlakukan terhadap barang siapa yang
mengatur pengenaan pajaknya seminimal mungkin. Setiap orang, apakah orang itu orang miskin atau orang kaya sekalipun akan berbuat hal yang sama, dan hal
ini sesungguhnya merupakan haknya untuk berbuat demikian, karena tidak seorangpun berkewajiban memenuhi kewajiban perpajakannya melebihi apa yang
ditentukan oleh perundang-undangan perpajakan. Pajak adalah pungutan yang didasarkan pada pelaksanaan perundang-undangan perpajakan secara benar dan
bukan merupakan kontribusi yang sifatnya sukarela.”
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.4. Aspek Formal dan Administratif Tax Planning
Kewajiban perpajakan bermula dari Implementasi undang-undang perpajakan. Oleh karena itu, ketidakpatuhan terhadap undang-undang dapat
dikenakan sanksi baik administrasi maupun sanksi pidana. Sanksi administrasi maupun sanksi pidana merupakan pemborosan sumber daya sehingga perlu
dihindari melalui sesuatu perencanaan pajak yang baik. Untuk dapat menyusun perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan yang baik diperlukan pemahaman
terhadap peraturan perpajakan. Selanjutnya selaras dengan pengelompokan hukum pajak aspek formal administratif maupun aspek material substantif perlu
untuk dimengerti dan dipahami unuk dapat menghindari sanksi administratif maupun pidana Suandy, 2006:9.
Aspek administratif dan kewajiban perpajakan meliputi kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak. Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, membayar pajak, menyampaikan surat pemberitahuan, di samping memotong atau
memungut pajak. Kewajiban perpajakan berakhir pada saat pelunasan oleh wajib pajak.
Sistem perpajakan selalu dipisahkan antara assessment dan payment system
. Assessment yang berlaku saat ini adalah self assessment dengan kewajiban untuk menghitung sendiri, membayar sendiri, dan melaporkan sendiri. Sedangkan
sistem pembayaran payment assessment yang berlaku dapat dilakukan sendiri oleh wajib pajak self payment maupun melalui pemotong oleh pihak ketiga with
holding system.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Pembayaran pajak sebagai transfer sumber daya sesuai dengan peraturan perundang-undangan maka pembayaran pajak harus direncanakan secara baik
supaya tidak terjadi pemborosan. Penyediaan dana harus direncanakan supaya pembayaran pajak dapat dilakukan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Di
samping itu pembayaran pajak masih ada kewajiban pelaporan yang juga harus direncanakan supaya dapat selesai dan dilaporkan tepat pada waktunya.
2.2.5. Aspek Material dalam Tax planning
Pajak dikenakan terhadap objek pajak yang dapat berupa keadaan, perbuatan maupun peristiwa. Basis penghitungan pajak adalah objek pajak. Maka
untuk mengoptimalkan alokasi sumber dana, manajemen akan merencanakan pembayaran pajak yang tidak lebih dan tidak kurang supaya tidak membayar
sanksi administrasi yang merupakan pemborosan dana. Untuk itu objek pajak harus dilaporkan secara benar dan lengkap. Pelaporan objek pajak yang benar dan
lengkap harus bebas dari berbagai rekayasa negatif Suandy, 2006:9.
2.2.6. Penghindaran Sanksi Pajak
Pembayaran sanksi yang tidak seharusnya terjadi merupakan pemborosan sumber daya perusahaan. Sanksi administrasi dapat berupa denda, bunga maupun
kenaikan pajak. Sanksi tersebut merupakan financial penalty yang merupakan pemborosan dana. Sedangkan sanksi pidana dapat berupa pidana penjara dan atau
denda keuangan financial penalty Suandy, 2006:10. Sistem perpajakan menganut prinsip substansi mengalahkan bentuk
formal. Walaupun wajib pajak telah memenuhi kewajiban perpajakan secara
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
formal, tetapi kalau ternyata substansi menunjukkan lain atau motivasi rekayasa tidak sesuai dengan jiwa dari ketentuan perpajakan, administrasi pajak dapat
menganggap bahwa pajak kurang patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya Suandy, 2006:10.
2.2.7.Motivasi Tax Planning
2.2.7.1. Definisi Motivasi
Motivasi berkaitan erat dengan kemampuan, sehingga orang mengatakan ada kemampuan yang terkandung di dalam pribadi orang yang penuh motivasi.
Motivasi adalah suatu daya dorong untuk berbuat sesuatu dalam kepastian dan produktivitas optimal atau maksimal. Motivasi membuat orang bekerja lebih
berprestasi Asnawi, 2002. Motivasi adalah:
1. Setiap perasaan yang sangat mempengaruhi keinginan seseorang sehingga
orang itu didiorong untuk bertindak. 2.
Pengaruh kekuatan yang menimbulkan perilaku. 3.
Proses dalam diri seseorang yang menentukan gerakan atau tingkah laku tujuan pada tujuan Asnawi, 2002.
Motivasi adalah daya dorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuannya dalam bentuk
keahlian keterampilan tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam
rangka pencapaian tujuan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan dan kewajiban sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya Siagian, 1989.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Motivasi memiliki tiga komponen utama yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan yang merupakan segi pertama dari motivasi, timbul dalam diri
seseorang apabila ia merasa adanya kekurangan dalam dirinya. Kebutuhan timbul atau diciptakan apabila dirasakan adanya ketidakseimbangan antara apa yang
dimiliki, baik dalam artian fisiologis maupun psikologis. Usaha untuk mengatasi ketidakseimbangan biasanya akan menimbulkan
suatu dorongan. Dorongan merupakan usaha pemenuhan kekurangan secara terarah dan berorientasi pada tindakan tertentu yang secara sadar dilakukan oleh
seseorang. Dorongan dapat bersumber dari dalam diri seseorang dan dapat pula bersumber dari luar diri orang tersebut.
Dorongan yang berorientasi pada tindakan itulah yang sesungguhnya menjadi inti motivasi. Dengan demikian motivasi dapat diklasifikasikan menjadi
motivasi intristik dan motivasi ekstrinstik. Segi ketiga motivasi adalah tujuan. Dalam teori motivasi, tujuan adalah segala cara untuk memenuhi kebutuhan dan
mengurangi dorongan.
2.2.7.2. Definisi Motivasi Perencanaan Pajak