ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMOTIVASI MANAJEMEN PERUSAHAAN MELAKUKAN TAX PLANNING (Studi Beberapa Perusahaan Industri Kimia yang Terdaftar di Disperindag Surabaya 2010).

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMOTIVASI

MANAJEMEN PERUSAHAAN MELAKUKAN TAX

PLANNING

(Studi Beberapa Perusahaan Industri Kimia yang terdaftar di

Disperindag Surabaya 2010)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

JOFITA MEIDA KADARIYANTY 0713010070/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

USULAN PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMOTIVASI

MANAJEMEN PERUSAHAAN MELAKUKAN TAX

PLANNING

(Studi Beberapa Perusahaan Industri Kimia yang terdaftar di

Disperindag Surabaya 2010)

Diajukan Oleh :

JOFITA MEIDA KADARIYANTY

0713010070/FE/EA

telah disetujui untuk lisan oleh:

Pembimbing Utama

Dra.Ec.Dwi Suhartini, Maks Tanggal :………

NIP. 030 226 900

Mengetahui

Ketua Program Studi Akuntansi

Dr. Sri Trisnaningsih, MSi NIP. 19650929 199203 2001


(3)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMOTIVASI

MANAJEMEN PERUSAHAAN MELAKUKAN TAX

PLANNING

(Studi Beberapa Perusahaan Industri Kimia yang terdaftar di

Disperindag Surabaya 2010)

Diajukan Oleh :

JOFITA MEIDA KADARIYANTY

0713010070/FE/EA

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh:

Pembimbing Utama

Dra.Ec.Dwi Suhartini, Maks Tanggal :………

NIP. 030 226 900

Mengetahui

Ketua Program Studi Akuntansi

Dr. Sri Trisnaningsih, MSi NIP. 19650929 199203 2001


(4)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMOTIVASI

MANAJEMEN PERUSAHAAN MELAKUKAN TAX

PLANNING

(Studi Beberapa Perusahaan Industri Kimia yang terdaftar di

Disperindag Surabaya 2010)

Diajukan Oleh :

Diajukan Oleh :

JOFITA MEIDA KADARIYANTY

0713010070/FE/EA

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh:

Pembimbing Utama

Dra.Ec.Dwi Suhartini, Maks Tanggal :………

NIP. 030 226 900

Mengetahui

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “UPN” Veteran Jawa Timur

Drs. Rahman Amrullah Suwaidi, MS NIP. 1960003301986031003


(5)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMOTIVASI

MANAJEMEN PERUSAHAAN MELAKUKAN TAX

PLANNING

(Studi Beberapa Perusahaan Industri Kimia yang terdaftar di

Disperindag Surabaya 2010)

Diajukan Oleh :

JOFITA MEIDA KADARIYANTY 0713010070/FE/EA

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional

”Veteran” Jawa Timur:

Pembimbing Tim Penguji

Pembimbing Utama Ketua

Dra.Ec.Dwi Suhartini, Maks Drs. Ec. Sjarief Hidajat, Msi Sekretaris

Dra.Ec.Dwi Suhartini, Maks Anggota

Dra. Dyah Hari S, Msi, AK

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “UPN” Veteran Jawa Timur

Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM NIP. 196309241989031001


(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan mengucap Alhamdulillah dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT dan Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR

YANG MEMOTIVASI MANAJEMEN PERUSAHAAN MELAKUKAN TAX

PLANNING (Studi Beberapa Perusahaan Industri Kimia yang Terdaftar di Disperindag Surabaya 2010). Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.

Keberhasilan menyelesaikan penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan yang baik ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yamg sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. DR. Sri Trisnaningsih SE, MSi, selaku Kepala Program Studi Akuntansi fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Dra. Ec. Dwi Suhartini, Maks, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan penelitian ini.


(7)

5. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah mendidik penulis selama menjadi mahasiswa. 6. Ayahanda dan Ibunda, tiada kata ucapkan selain kata terima kasih yang

sebanyak-banyaknya karena beliaulah yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, dan semangat baik materiil maupun spiritual sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Keluarga besar Paduan Suara “Gita Widya Giri” UPN “Veteran Jawa Timur. Bpk. Ig. Irwan selaku Pelatih, Ibu Rochani selaku Pembina, alumni serta anggota aktif yang telah memberikan beribu kenangan yang membekas dihati. Aku bangga bisa menjadi bagian dari sejarah PS GWG.

8. Sahabat-sahabat terbaikku yang luar biasa baik untuk selalu memberi aku canda dan tawa, perhatian dan motivasi demi kelancaran skripsi ini: Yuangga, Gigih, Dicky, Ristin, Sealy, Rizkie, Maryo, Rangga, Hesti, Risan, Fitri, Indah, Oecup, Suci, Devi, adek-adek PS GWG, Bebe.

9. Dan berbagai pihak yang turut membantu demi terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.


(8)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca dan pihak lain.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan dapat memberi sumbangan yang berguna bagi almamater tercinta.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Surabaya, Juni 2011


(9)

ANALYSIS MOTIVATING FACTORS OF COMPANY MANAGEMENT TO DO TAX PLANNING

(Study of Chemical Industrial Company that Registered in Disperindag Surabaya 2010)

Meida Jofita Kadariyanty

ABSTRACT

Tax Planning is a medium to fulfill tax obligations but the amount of tax paid can be kept to a minimum to obtain the expected profit and liquidity. In 2010, the realization of tax revenues at Direktorat Jendral Pajak Jawa Timur I Surabaya was only 92% of the target set. One factor that could lead to unachieved target is the tax planning that done by some companies. The purpose of this study is to analyze the factors that motivate company management to do tax planning in chemical industry that registered in Disperindag Surabaya in 2010.

The data used in this study are primary data obtained from the questionnaires. Respondents are the employees that work on finance or tax department on medium and large chemical industry company that listed Disperindag in 2010 which has been implementing tax planning, with the 32 respondents. Analysis technique used is multiple linear regression analysis.

The conclusion of the analysis is that the tax policy and tax law are not the motivating factor in the company's management to tax planning, while the tax administration is a factor that can motivate the management firm in doing tax planning, so the hypothesis that tax policies, tax laws, and tax administration are all factors that motivate company management in doing tax planning in a chemical industry company registered in Disperindag Surabaya 2010. The hipotesis proposed in this study was not verified.


(10)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMOTIVASI MANAJEMEN

PERUSAHAAN MELAKUKAN TAX PLANNING

(Studi Beberapa Perusahaan Industri Kimia yang Terdaftar di Disperindag Surabaya 2010)

Jofita Meida Kadariyanty

ABSTRAK

Tax Planning adalah sarana memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar (tidak melanggar undang-undang) tetapi jumlah yang pajak yang dibayarkan dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Pada tahun 2010, realisasi penerimaan pajak pada Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur I Surabaya hanya 92% dari target yang ditetapkan. Salah satu faktor yang bisa menyebabkan tidak tercapainya target penerimaan pajak tersebut adalah Tax Planning

yang dilakukan oleh beberapa perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang memotivasi manajemen perusahaan melakukan Tax Planning dalam beberapa perusahaan Industri Kimia di Disperindag Surabaya tahun 2010.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner. Responden penelitian adalah bagian k euangan atau perpajakan pada Perusahaan Industri Kimia menengah dan besar yang terdaftar di Disperindag tahun 2010 dan sudah menerapkan Tax Planning, dengan jumlah responden sebanyak 32 orang. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan bukan merupakan faktor yang memotivasi manajemen perusahaan dalam melakukan Tax Planning, sedangkan administrasi perpajakan merupakan faktor yang dapat memotivasi manajemen perusahan dalam melakukan Tax Planning, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan, dan administrasi perpajakan merupakan faktor-faktor yang memotivasi manajemen perusahaan dalam melakukan Tax Planning di beberapa Perusahaan Industri Kimia yang terdaftar di Disperindag


(11)

Surabaya 2010, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini tidak teruji kebenarannya.

Key Word : Kebijakan Perpajakan, Undang-Undang Perpajakan, Administrasi Perpajakan, Tax Planning


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

KATA PENGANTAR ... xii

ABSTRAKSI ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 9

1.3.Batasan Penelitian ... 10

1.4.Tujuan Penelitian ... 10

1.5. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 11

2.1.1. Perbedaan Penelitian Terdahulu ... 16

2.2. Landasan Teori ... 18

2.2.1. Perencanaan Pajak ... 18

2.2.1.1. Pengertian Perencaan Pajak ... 18


(13)

2.2.1.3. Prinsip Perencanaan Pajak ... 21

2.2.1.4. Pola Perencanaan Pajak... 23

2.2.1.5. Sasaran Perencanaan Pajak ... ..24

2.2.1.6. Strategi Perencanaan Pajak ... ..25

2.2.1.7. Penyusunan dalam Perencanaan Pajak... ..26

2.2.1.8. Sistem Pemungutan pajak dalam perencanaan pajak ... ..29

2.2.2. Strategi-Strategi yang dapat digunakan dalam Perencanaan Pajak ... 30

2.2.2.1. Memanfaatkan Kemudahan yang disediakan Ketentuan Perpajakan ... 30

2.2.2.1.1.Upaya Menyelenggarakan Pembukuan ... 31

2.2.2.1.2. Manfaatkan Sunset Policy ... 31

2.2.2.1.3. Manfaatkan Batas Akhir Pembayaran (Last Minute Tax Planning) ... 32

2.2.2.2. Memanfaatkan Kelonggaran Terhadap Pemilihan Metode Akuntansi ... 32

2.2.2.2.1.Pemilihan Metode Penilaian Persedian yang Menguntungkan ... 33

2.2.2.2.2.Pemilihan Metode Penyusutan dan Amortisasi yang Menguntungkan ... 33


(14)

2.2.2.3 .Memanfaatkan Perbedaan Perlakuan Pajak

atas Bentuk Perusahaan ... 34

2.2.2.3.1.Menentukan Orang Pribadi atau Badan Atas Pertimbangan Tarif Pajak………34

2.2.3.2. Memilih Perseroan Komanditer (CV) Dibanding Perseroan Terbatas (PT)…………34

2.2.2.4. Memanfaatkan Perbedaan Perlakuan Pajak Tehadap Pengahsilan ... 35

2.2.2.4.1. Konsentrasi pada Produk Berpajak Rendah 36 2.2.2.5. Memanfaatkan Perbedaan Perlakuan Pajak Terhadap biaya ... 36

2.2.2.5.1.Optimalisasi Biaya Karyawan ... 37

2.2.2.6. Menghindar Pemeriksaan Pajak ... 38

2.2.2.7. Menjaga Hubungan Baik dengan Administrasi Perpajakan ... 39

2.2.3. Pengertian Manajemen Pajak ... 39

2.2.3.1.Peranan Manajemen Pajak ... 40

2.2.4.Aspek Formal dan Administratif Tax Planning ... 42

2.2.5.Aspek Material dalam Tax planning ... 43

2.2.6. Penghindaran Sanksi Pajak ... 43

2.2.7. Motivasi Tax Planning ... 45


(15)

2.2.7.2. Definisi Motivasi Perencanaan Pajak ... 45

2.2.7.2.1. Kebijakan perpajakan(Tax planning) ... 46

2.2.7.2.2. Undang –undang Perpajakan (Tax Law) ... 51

2.2.7.2.2.1. ImplementasiTax Planning yang sesuai dengan undang-undag Perpajakan ... 52

2.2.7.2.3. Administrasi perpajakan (Tax Administration) ... 55

2.3. Pengertian Industri ... 56

2.3.1. Pilihan Usaha Bidang Idustri ... 58

2.3.1.1.PertimbanganPengenaan PPh Bidang Industri ... 58

2.3.1.2.PertimbanganPengenaan PPn Bidang Industri ... 60

2.4.Teori-Teori yang Digunakan dalam Penelitian ... 61

2.4.1.Teori Rangsang Balas ... 61

2.4.2.Teori Teakanan Sosial (Social Preasure Theory) ... 62

2.4.3.Teori Atribusi ... 62

2.5. Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen ... 63

2.5.1. Pengaruh kebijakan perpajakan terhadap Tax Planning ... 63

2.5.2. Pengaruh Undang-Undang Perpajakan terhadap Tax Planning ... 64

2.5.3. PengaruhAdministrasi Perpajakan Terhadap Perencanaan Pajak ... 66


(16)

2.7. Hipotesis ... 68

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 69

3.1.1. Definisi Operasional ... 69

3.2. Pengukuran Variabel ... 70

3.3. Teknik Penentuan Sampel ... 71

3.3.1. Populasi ... 71

3.3.2. Sampel ... 72

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 73

3.4.1. Jenis Data ... 73

3.4.2. Sumber Data ... 73

3.4.3. Cara Pengumpulan Data ... 73

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 74

3.5.1. Uji Analisis ... 74

3.5.2. Uji Asumsi Klasik ... 75

3.5.3. Teknik Analisis ... 77

3.5.4. Uji Hipotesis ... 78

3.5.4.1. Uji Kesesuaian Model ... 78

3.5.4.2. Uji Parsial ... 79

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 80


(17)

4.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 82

4.2.1. Jenis Kelamin ... 83

4.2.2. Usia ... 83

4.2.3. Lama Bekerja ... 84

4.2.4. Pendidikan Terakhir ... 85

4.3. Deskripsi Jawaban Responden ... 85

4.3.1. Kebijakan Perpajakan (X1) ... 86

4.3.2. Undang-Undang Perpajakan (X2) ... 87

4.3.3. Administrasi Perpajakan (X3) ... 88

4.3.4. Motivasi Tax Planning (Y) ... 89

4.4. Uji Validitas dan Realibilitas 4.4.1. Uji Validitas ... 90

4.4.2. Uji Reabilitas ... 92

4.5. Uji Normalitas ... 93

4.6. Uji Asumsi Klasik ... 94

4.6.1. Multikolinieritas ... 94

4.6.2. Heteroskedasitas ... 95

4.6.3. Autokorelasi... 96

4.7. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 97

4.7.1. Teknik Analisis Regresi Linier Berganda ... 97

4.7.2. Uji Hipotesis ... 99


(18)

4.7.2.2. Uji Parsial (Uji t) ... 101

4.8. Pembahasan Hasil Penelitian ... 103

4.8.1. Implikasi Penelitian ... 103

4.8.2. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya ... 105

4.8.3. Konfrmasi Hasil Penelitian Dan Manfaat Penelitian ... 108

4.8.4. Keterbatasan Penelitian ... 109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 110

5.2. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 112


(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pikir... 68

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Peneltian yang

Sekarang ... 16 Tabel 3.1. Deteksi adanya Autokorelasi dengan Kriteria Durbin- watson ... 77


(20)

Tabel 4.1. Perusahaan Industri Kimia yang Terdaftar di Disperindag

Surabaya 2010 ... 82

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 83

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasrkan Usia ... 83

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 84

Tabel 4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 85

Tabel 4.6.Deskripsi Variabel Kebijakan Perpajakan ... 86

Tabel 4.7.Deskripsi Variabel Undang-Undang Perpajakan ... 87

Tabel 4.8. Deskripsi Variabel Administrasi Perpajakan ... 88

Tabel 4.9. Deskripsi Variabel Motivasi Tax Planning ... 89

Tabel 4.10. Hasil Uji Variabel Kebijakan Perpajakan ... 90

Tabel 4.11.Hasil Uji Variabel Undang-undang Perpajakan ... 91

Tabel 4.12. Hasil Uji Variabel Administrasi Perpajakan ... 91

Tabel 4.13. Hasil Uji Validitas Motivasi Tax Planning ... 92

Tabel 4.14. Hasil Uji Reabilitas Variabel Penelitian ... 93

Tabel 4.15. Hasil Uji Normalitas ... 94

Tabel 4.16. Hasil Uji Multikolinieritas ... 95

Tabel 4.17. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 96

Tabel 4.18. Hasil Uji Autokorelasi ... 97

Tabel 4.19. Hasil Estimasi Koefisien Regresi ... 98

Tabel 4.20. Hasil Analisis Hubungan Kesesuaian Model ... 100


(21)

Tabel 4.22. Hasil Analisis Variens Hubungan Secara Parsial ... 104 Tabel 4.23. Perbedaan Penelitian Terdahulu dan Penelitian yang


(22)

DARTAR LAMPIRAN

Lampiran1. Data Penelitian

Lampriran 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Lampiran 3.Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Lampiran 4. Uji Validitas

Lampiran 5. Uji Realibilitas Lampiran 6.Uji Normalitas Lampiran 7. Uji Asumsi Klasik

Lampiran 8. Analisis Regresi Linier Berganda Lampiran 9. Tabel Durbin-Watson


(23)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pajak adalah biaya yang dipungut dari rakyat untuk pemasukan negara. Seperti yang dikatakan oleh Mardiasmo (2009:1) bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Pajak memiliki manfaat sebagai sumber dana bagi pemerintah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara (fungsi budgetir), dan sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial (fungsi reguler) (Mardiasmo, 2009:2).

Berdasarkan aspek ekonomi, pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan, sedangkan berdasar dari aspek keuangan, pajak dianggap bagian yang sangat penting dalam penerimaan negara. Hal ini karena kondisi keuangan negara tidak lagi semata-mata dari penerimaan negara berupa minyak dan gas bumi, tetapi lebih menjadikan pajak sebagai primadona negara. Alat ukur yang digunakan sebagai indikator efektif dan produktifnya pemungutan pajak yaitu dalam fungsinya pengumpulan penerimaan negara berupa pajak. Kecenderungan umum dengan semakin maju suatu sistem pajak negara, akan semakin tinggi tax ratio. Tax ratio yaitu perbandingan antara


(24)

penerimaan pajak dan jumlah produk domestik bruto (PDB) di Indonesia baru mencapai 11,1% yang diharapkan tax ratio meningkat untuk setiap tahunnya,

sehingga dapat tercipta kemandirian dalam pembiayaan nasional (Waluyo, 2008). Dari uraian di atas kita dapat mengetahui bahwa pengeluaran-pengeluaran rutin serta pembiayaan pembangunan nasional negara kita dipengaruhi oleh besarnya pajak sebagai penerimaan negara. Ini sebabnya pajak dikatakan sangat penting bagi negara kita.

Namun hal ini sangat bertolak belakang bagi suatu perusahaan. Bagi perusahaan, pajak merupakan beban yang akan mengurangi laba bersih (Mardiasmo, 2009:1). Dalam perusahaan jumlah pajak yang harus disetorkan tergantung dari besar kecilnya laba perusahaan. Semakin tinggi laba yang diperoleh perusahaan, maka semakin tinggi pula jumlah kewajiban pajak yang harus disetorkan.

Membayar pajak, hampir semua orang tidak menyukainya karena dengan membayar pajak berarti ‘kehilangan’ uang keuntungan yang didapat dari usaha, terlebih berusaha pada saat-saat yang kritis seperti ini. Namun dengan demikian, amatlah tidak mungkin bagi seorang pengusaha yang legal untuk menghindari pajak, karena walau bagaimanapun pajak tetaplah menjadi kewajiban sebagai warga negara, bahkan salah satu slogan Direktorat Jendral Pajak adalah Bersama Membangun Bangsa mengisyaratkan bahwa wajib pajak sangat diharapkan berperan dalam pembangunan bangsa melalui ketaatannya dalam membayar pajak (Hidayat, 2003).

Pembebanan pajak oleh pemerintah yang berbentuk pemungutan pajak terhadap wajib pajak, pada hakikatnya merupakan perwujudan dari pengabdian


(25)

kewajiban dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional (Zain, 2005:43). Selain itu diharapkan terjadinya peningkatan kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak sehingga pendapatan negara di sektor penerimaan akan terus meningkat.

Namun yang terjadi realisasinya tidak sesuai yang diharapkan, karena dalam melaksanakan dan mematuhui kewajiban perpajakan perusahaan masih saja berusaha untuk membayar pajaknya serendah mungkin karena mereka berpendapat bahwa membayar pajak berarti mengurangi kemampuan ekonomis perusahaan wajib pajaknya (Hardika, 2007).

Dengan adanya kondisi ini tidak banyak juga perusahaan yang membuat strategi penghematan pajak dalam pemenuhan kewajiban pajaknnya. Di dalam kamus strategi penghematan pajak (tax saving) selain tax management masih terdapat

beberapa istilah lain seperti tax avoidance, tax planning, tax mitigation, tax shifting,

tax shelter, tax flight, dan tax eavsion. Simon James dan Christoper Nobes

memisahkan tax avoidnce dan tax evasion (Suandy, 2006). Tax avoidance

(penghidaran pajak) menunjuk pada rekayasa pajak yang masih tetap dalam bingkai peraturan perpajakan (lawfull) sedangkan tax evasion (penyelendupan pajak) berada

di luar bingkai peraturan perpajakan (unlawfull). Tax Planning (perencanaan pajak)

adalah bentuk penghalusan dari tax avoidance (Hardika, 2007).

Berdasarakan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa penghematan pajak atau minimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari yang


(26)

masih sesuai dengan peraturan perpajakan (lawfull) sampai dengan yang melanggar

peraturan perpajakan (unlawfull). Yang dimaksud dengan melanggar peraturan

perpajakan di sini adalah di mana sebuah perusahaan berusaha meminimalisasi jumlah laporan hasil labanya, sehingga perusahaan tersebut dapat melaporkan jumlah kewajiban pajaknya relatif lebih rendah dari jumlah yang seharusnya dibayarkan. Tindakan seperti ini yang dinamakan tax evasion (penyelundupan pajak), sedangkan

upaya minimalisasi pajak yang tidak melanggar undang-undang perpajakan biasa disebut dengan tax planning.

Tax Planning adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau kelompok

wajib pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya, baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi yang paling minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan baik oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan maupun secara komersial (Zain, 2005:43).

Seperti yang dinyatakan oleh Lumbantoruan (1996:354) bahwa manajemen pajak (tax planning) adalah sarana memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar

(tidak melanggar undang-undang) tetapi jumlah yang pajak yang dibayarkan dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.

Hal ini juga dipertegas oleh pernyataan Salvianti (2010), perencanaan dan manajemen pajak adalah suatu keniscayaan bagi setiap perusahaan yang menginginkan adanya penghematan pajak karena dalam undang-undang perpajakan Indonesia hal ini diperkenankan. Dengan menyusun perencanaan dan manajemen


(27)

pajak sejak dini perusahaan akan terhindar dari segala hal yang mengakibatkan peningkatan beban pembayaran pajak.

Pada umumnya tax planning (perencanaan pajak) selalu dimulai dengan

apakah suatu transaksi termasuk fenomena kena pajak atau tidak. Kalau fenomena pajak tersebut terkena pajak apakah dapat diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi pajaknya, selanjutnya apakah pembayaran pajak dimaksud dapat ditunda pembayarannya. Pernyataan ini bukanlah mengajarkan perusahaan untuk melakukan kecurangan tentang pembayaran pajak namun suatu kritikan yang diharapkan dapat memotivasi perusahaan melakukan tax planning (perencanaan pajak) yang sesuai

dengan undang-undang perpajakan (Chandra, 2009).

Berdasarkan unsur-unsur perpajakan menurut Suandy (2006:1), terdapat tiga unsur perpajakan yang mendasari dilakukannya perencanan pajak yakni, kebijakan perpajakan (tax policy), undang-undang perpajakan (tax law), dan administrasi

perpajakan (tax adminstration).

Dalam menyusun tax planning yang tidak melanggar aturan pajak dan

undang-undang, paling tidak ada lima persyaratan yang harus dipenuhi. Yang pertama, mengerti peraturan perpajakan atau peraturan yang terkait. Hal ini karena akan sangat sulit melakukan tax planning yang tidak melanggar aturan jika dirancang

tidak dalam koridor undang-undang perpajakan yang berlaku. Yang kedua, menentukan tujuan yang ingin dicapai dalam tax planning. Yang ketiga, harus

memahami karakter usaha wajib pajak. Karena hampir setiap perusahaan memiliki perbedaan dalam kebijakan maupun perilaku (behavior), hal ini juga dapat membantu


(28)

tax planning. Yang keempat, memahami tingat kewajaran transaksi yang diatur tax

planning. Tujuannya adalah agar tidak menimbulkan kecurigaan serta indikasi

kecurangan pajak pada saat dilakukan pemeriksaan oleh fiskus. Yang kelima, tax

planning harus didukung oleh kebijakan akuntansi dan didukung bukti memadai,

seperti faktur, perjanjian dan sebagainya (Hidayat, 2005).

Ada beberapa cara yang diperkenankan dalam tax planning menurut

Lumbantoruan (1996:485—486). Pertama, mencari keuntungan sebesar-besarnya dari pengecualian dan potongan yang diperkenankan. Misalnya, perusahaan dapat mengurangi penerimaan dengan jumlah biaya, misalnya pendidikan, perbaikan motor, dan lain-lain. Maksudnya, daripada mengeluakan uang untuk membayar pajak lebih besar, lebih baik untuk kepentingan perusahaan dan manfaatnya bisa dirasakan langsung oleh perusahaan. Kedua, mengambil keuntungan dari pemilihan perusahaan yang tepat. Misalnya jika peredaran bruto satu tahun melebihi Rp 600 juta dapat memilih perusahaan perorangan yang akan dikenakan tarif progresif Pasal 17 dengan tarif terendah 15%. Ketiga, mendirikan perusahaan dalam satu jalur agar diatur penggunaan tarif pajak, potensi pengasilan, kerugian, dan aktiva yang bisa dihapus. Keempat, menyebarkan penghasilan menjadi beberapa tahun untuk mencegah klasifikasi kategori pendapatan yang tarifnya tinggi. Bila memungkinkan, pembayaran pajak bisa ditunda. Penghasilan yang dikenakan tarif 30% dapat dihindarkan dengan cara menunda penerimaan penghasilan pada tahun bersangkutan, dan menggeser menjadi penghasilan pajak tahun berikutnya (Hidayat, 2005).


(29)

Area pajak yang dapat dilakukan tax planning yakni, PPh 21 dengan

memanfaatkan fasilitas PPh 21 ditanggung pemerintah secara maksimal. Misalnya membuat sistem penggajian yang diselaraskan dengan fasilitas tersebut. PTKP karyawan agar dimaksimalkan untuk mengurangi jumlah pajak terutang. PPh Badan dalam tahun berjalan, dengan menunda faktur, beban dipercepat, penyusutan mengambil tarif paling tinggi (saldo menurun), perolehan aktiva dimajukan agar dapat segera disusutkan, pembiayaan pembelian aktiva dengan mengangsur (leasing).

PPN dan PPn BM, dengan memaksimalkan PPN masukan yang dapat dikreditkan, perusahaan sebaiknya memperoleh barang dan jasa kena pajak (BKP/ JKP) dari Pengusaha Kena Pajak (PKP) agar pajak masukannya dapat dikreditkan. Jangan sampai ada Faktur Pajak Masukan yang tidak dikreditkan karena keteledoran. Selain itu, dalam penjualan BKP/ JKP. Ini akan menunda pengakuan pendapatan PPN Keluaran (Hidayat, 2005).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ismarita (2007) tentang Pengaruh Penerapan Tax Planning Biaya Pegawai Terhadap Beban Pajak Terhutang Wajib

Pajak Badan menyimpulkan bahwa sebelum penerapan tax planning laba perusahaan

pada tahun 2005 sebesar Rp 2.588.978.000,00. Sedangkan laba perusahaan setelah penerapan tax planning sebesar Rp 2.195.985.800,00. Terlihat bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara PPh terhutang sebelum dan sesudah penerapan tax

planning. Selisih atau penghematan PPh terhutang perusahaan tahun 2005 sebesar Rp

392.992.200,00. Dengan demikian terjadi penghematan pajak perusahaan sebesar 8,21%.


(30)

Implementasi dari penelitian ini adalah bahwa tax planning dapat

dipergunakan sebagai sarana pengelolaan pajak yang dapat menunjang efisiensi beban pajak perusahaan. Selain itu tax planning merupakan upaya yang dilakukan

oleh perusahaan untuk melakukan partisipasi aktif dalam aktivitas perpajakan secara terkendali dan terencana.

Dalam penelitian Mangunsong, 2002 tentang Peranan Tax Planning Dalam Mengefisienkan Pembayaran Pajak Penghaasilan juga membuktikan adanya perbedaan yang signifikan antara laba komersial dengan laba kena pajak. Hal ini didasarkan pada hasil uji t dua rata-rata 6,578 yang berada pada daerah penolakan Ho yaitu 6, 578 > 4, 303 sehingga perbedaan atau selisih laba yang terjadi signifikan menurut uji statistik yang dilakukan. Selisih laba signifikan ini mengakibatkan laba kena pajak PT Sepatu Bata tbk menjadi besar. Selain itu Tax planning mempunyai

peran dalam mengefisiensikan pembayaran beban pajak penghasilan pada PT. Sepatu Bata tbk. Hal ini terlihat dengan selisih pembayaran pajak penghasilan perusahaan pada tahun 1995 sebesar Rp 1.606.863.000,00 tahun 1996 sebesar Rp 1.830.437.000,00 dan tahun 1997 sebesar Rp 1.520.395.000,00 selisih tersebut diuji dengan t dua rata-rata maka didapat t hitung sebesar 6,578 yang berada pada daerah penolakan Ho yaitu 6,578 > 4,3030 sehingga perencanaan pajak (tax planning)

dikatakan efisien karena menurut uji statistik yang dilakukan pajak penghasilan sebelum tax planning berbeda signifikan dengan pajak penghasilan setelah


(31)

Kepala Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur I Suharno mengatakan, bahwa Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur I Surabaya menargetkan penerimaan pajak sebesar Rp 12,5 triliun pada tahun ini. Pada 2010, realisasi penerimaan pajak di Surabaya mencapai Rp 11,3 triliun atau 92% dari target sebesar Rp 12,4 triliun. Terkait realisasi penerimaan pajak 2010 yang hanya 92% dari target. Suharno mengatakan, hal itu dipicu oleh adanya lonjakan target dari 2009 ke 2010. Pada 2009, target penerimaan pajak sebesar Rp 9,7 triliun, lalu naik drastis menjadi Rp 12,4 triliun pada 2010, padahal kenaikan penerimaan pajak dari 2008 ke 2009 hanya sebesar Rp 300 miliar (http://bataviase.co.id/node/548226).

Berdasarkan paparan di atas bisa disimpulkan kemungkinan tidak tercapainya target penerimaan pajak disebabkan oleh beberapa faktor yang kemungkinan salah satunya dari kebijakan manajemen perusahaan dalam melakukan tax planning, karena

memang pada dasarnya kebijakan ini tidak menyalahi peraturan yang ada. Namun perusahaa berupaya melakukan penghematan pajak yang selanjutnya berdampak pada penerimaan pajak negara.

Dengan beberapa uraian di atas tax planning merupakan isu penting yang

menarik untuk diteliti, karena sasarannya sejalan dengan kebutuhan manajemen perusahaan yang menitikberatkan tax planning sebagai suatu cara untuk penghematan

pajak.

Penekanan penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang memotivasi perusahaan melakukan tax planning yang didasarkan pada ungkapan Suandy


(32)

2) undang-undang perpajakan, 3) administrasi perpajakan. Fenomena faktor-faktor yang memotivasi manajemen perusahaan tax planning bukan sekedar terdiri dari 3

tapi terdiri dari 4 faktor yaitu: 1) kebijakan perpajakan, 2) undang-undang perpajakan, 3) administrasi perpajakan, 4) beban pajak (Chandra, 2009).

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMOTIVASI

MANAJEMEN PERUSAHAAN MELAKUKAN TAX PLANNING (Study

beberapa Perusahaan Industri Kimia yang terdaftar di Disperidag Surabaya tahun 2010

1.2. Rumusan Masalah

Apakah kebijakan perpajakan, undang–undang perpajakan, dan administrasi perpajakan dapat memotivasi manajemen perusahaan untuk melakukan tax planning

dalam beberapa perusahaan industri kimia yang terdaftar di Disperindag Surabaya tahun 2010?

1.3. Batasan Penelitian

Penelitian ini hanya dilakukan pada seluruh perusahaan industri kimia menengah dan besar yang telah terdaftar di daerah Surabaya tahun 2010. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan perusahaan telah menerapkan tax planning.

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis factor-faktor yang memotivasi manajemen perusahaan melakukan


(33)

tax planning dalam beberapa perusahaan industri kimia yang terdaftar di Disperindag

Surabaya tahun 2010.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

a. Bagi manajemen perusahaan, penelitian ini dapat membantu dalam mengevaluasi motivasi yang digunakan oleh manajemen dalam melakukan tax

planning serta memberikan saran.

b. Bagi pembaca, penelitian ini dapat digunakan sebagi bahan referensi dalam pengembangan penelitian yang berkaitan dengan perencanaan pajak.

c. Bagi Universitas, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi perpustakaan dan dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti lain dalam menganalisis permasalahan yang sama.


(34)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

2.1.1. Mangoting, 1999 tentang Tax Planning: Sebuah Pengantar Sebagai

Alternatif Meminimalkan Pajak dan Suratno, 2008 tentang Strategi Perecanaan Pajak

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mangoting, tentang Tax Planning: Sebuah Pengantar Sebagai Alternatif Meminimalkan Pajak dan Suratno, tentang Strategi Perecanaan Pajak memiliki kesamaan dalam menyimpulkan hasil penelitian yakni, banyak orang baik secara pribadi maupun kelompok merasa enggan untuk membayar pajak. Keengganan ini bisa jadi disebabkan karena tidak adanya kontraprestasi langsung yang diberikan akibat pembayaran tersebut, bisa juga karena pajak itu oleh mereka dianggap sebagai beban sehingga ada usaha-usaha untuk menguranginya. Untuk perusaha-usahaan besar, mengatur jumlah pajak seminimal mungkin akan sangat bermanfaat bagi mereka, karena ada aliran kas yang nantinya dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan perusahaaan lainnya. Yang terpenting dalam mengatur jumlah pajak yang harus dibayar sehingga seminimal mungkin adalah pengetahuan yang mendalam tentang peraturan-peraturan perpajakan itu sendiri.

Strategi dalam meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar yaitu pergeseran (shifting), kapitalisasi, transformasi, penghindaran (avoidance), dan peyelundupan (evasion). Semua strategi di atas merupakan bagian dari tax


(35)

12

planning. Tax planning memberikan suatu formula umum yang bisa digunakan untuk mengatur secara sistematis jumlah pajak yang harus dibayar.

Andreas, 2005 tentang Perencanaan Pajak untuk Menentukan Beban Pajak yang Efisien pada Perusahaan

Berdasarkan pembahasan dalam makalah Andreas tentang Perencanaan Pajak untuk Menentukan Beban Pajak yang Efisien pada Perusahaan menyimpulkan bahwa, Dirjen Pajak pernah mengungkapkan bahwa perencanaan pajak bagi perusahaan berkonotasi pada penyelundupan pajak, tetapi bagi perusahaan hal ini dapat dilakukan sepanjang tidak menyalahi peraturan perpajakan yang berlaku. Perencanaan perpajakan atas pajak penghasilan dalam penentuan beban pajak yang paling efisien pada perusahaan adalah mengurangi beban pajak atau menekan jumlah pajak yang terutang lebih kecil dari yang seharusnya atau membayar kewajiban pajak dengan jumlah yang seminimal mungkin tanpa melanggar undang-undang perpajakan. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh oleh perusahaan adalah: Penghematan kas keluar, karena pajak merupakan unsur biaya dapat dikurangi; Mengatur aliran kas, karena dengan perencanaan pajak yang matang dapat diestimasikan kebutuhan kas untuk pajak dan menentukan saat pembayaran sehingga dapat menyusun anggaran kas secara lebih akurat. Perencanaan pajak adalah suatu langkah yang tepat untuk perusahaan dengan kemungkinan untuk melakukan penghematan pajak sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.


(36)

13

Ismarita, 2007 tentang Pengaruh Penerapan Tax Planning Biaya

Pegawai Terhadap Beban Pajak Terhutang Wajib Pajak Badan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ismarita tentang Pengaruh Penerapan Tax Planning Biaya Pegawai Terhadap Beban Pajak Terhutang Wajib Pajak Badan menyimpulkan bahwa sebelum penerapan tax planning laba perusahaan pada tahun 2005 sebesar Rp 2.588.978.000,00. Sedangkan laba perusahaan setelah penerapan tax planning sebesar Rp 2.195.985.800,00. Terlihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara PPh terhutang sebelum dan sesudah penerapan tax planning. Selisih atau penghematan PPh terhutang perusahaan tahun 2005 sebesar Rp 392.992.200,00. Dengan demikian terjadi penghematan pajak perusahaan sebesar 8,21%.

Implementasi dari penelitian ini adalah bahwa tax planning dapat dipergunakan sebagai saran pengelolaan pajak yang dapat menunjang efisiensi beban pajak perusahaan. Selain itu tax planning merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan partisipasi aktif dalam aktivitas perpajakan secara terkendali dan terencana.

Tanuwiardi, 2006 tentang Analisis Faktor–faktor yang Memotivasi

Manajemen Perusahaan Melakukan Tax Planning (Study Beberapa

Perusahaan di daerah SIER)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tanuwiardi tentang Analisis Faktor-Faktor yang Memotivasi Manajemen Perusahaan Melakukan Tax Planning


(37)

14

dapat memotivasi penerapan tax planning dipengaruhi secara signifikan oleh kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan, dan administrasi perpajakan.

Hardika, 2007 Perencanaan Pajak Sebagai Strategi Penghematan Pajak

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hardika tentang Perencaaan Pajak Sebagi Strategi Perencanaan Pajak menyimpulkan bahwa perencanaan pajak merupakan tahap pertama dalam penghematan pajak. Strategi penghematan pajak disusun pada saat perencanaan. Oleh karena itu, penelitian dan pengumpulan ketentuan perpajakan dilakukan pada tahap ini dengan maksud dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya tax planning adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak. Perencanaan pajak merupakan upaya legal yang bisa dilakukan wajib pajak. Tindakan tersebut legal karena penghematan pajak hanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur (loopholes).

Mangungsong, 2002 Peranan Tax Planning dalam Mengefisiensikan

Pembayaran Pajak Penghasilan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mangungsong tentang Peranan Tax Planning dalam Mengefisiensikan Pembayaran Pajak Penghasilan menyimpulkan bahwa terdapat perbedaang signifikan antara laba komersial dengan laba kena pajak. Hal ini didasarkan pada hasil uji t dua rata-rata 6,578 yang berada pada daerah penolakan Ho yaitu 6, 578 > 4, 303 sehingga perbedaan atau selisih laba yang terjadi signifikan menurut uji statistik yang dilakukan.


(38)

15

Selisih laba signifikan ini mengakibatkan laba kena pajak PT Sepatu Bata tbk menjadi besar. Selain itu Tax planning mempunyai peran dalam mengefisiensikan pembayaran beban pajak penghasilan pada PT. Sepatu Bata tbk. Hal ini terlihat dengan selisih pembayaran pajak penghasilan perusahaan pada tahun 1995 sebesar Rp 1.606.863.000,00 tahun 1996 sebesar Rp 1.830.437.000,00 dan tahun 1997 sebesar Rp 1.520.395.000,00 selisih tersebut diuji dengan t dua rata-rata maka didapat t hitung sebesar 6,578 yang berada pada daerah penolakan Ho yaitu 6,578 > 4,3030 sehingga perencanaan pajak (tax planning) dikatakan efisien karena menurut uji statistik yang dilakukan pajak penghasilan sebelum tax planning berbeda signifikan dengan pajak penghasilan setelah menggunakan tax planning.

Gloritho, Pengaruh Penerapan Perencanaan Pajak Biaya Pegawai pada PT XYZ untuk Meminimalkan Beban Pajak dan Hubungannya dengan Kinerja Perusahaan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gloritho tentang Pengaruh Penerapan Perencanaan Pajak Biaya Pegawai pada PT XYZ untuk Meminimalkan Beban Pajak dan Hubungannya dengan Kinerja Perusahaan menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh terhadap penerapan perencanaan pajak, PPh badan usaha pada tahun 2008 sebesar Rp 132.025.587.171,00. Sedangkan PPh badan usaha pada tahun 2008 setelah dilakukan penerapan perencanaan pajak menjadi sebesar Rp 102.329.760.547,00. Selain itu, juga terdapat perbedaan yang signifikan antara PPh terhutang sebelum dan sesudah penerapan perencanaan pajak. Selisih atau tax saving (penghematan PPh terhutang) perusahaan pada tahun 2008 sebesar Rp


(39)

16

29.695.826.624,00 dengan demikian terjadi efisiensi pajak perusahaan sebesar 22,50%.

2.1.1. Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian yang Sekarang:

Nama Peneliti Mangoting Andreas Ismarita Tanuwiardi

Tahun 1999 2005 2007 2006

Judul Penelitian Tax Planning: Sebuah Pengantar Sebagai Alternatif

Meminimalkan Pajak

Perencanaan Pajak untuk Menentukan Beban Pajak yang Efisien pada Perusahaan

Pengaruh Penerapan

Tax Planning Biaya Pegawai Terhadap Beban Pajak

Terhutang Wajib Pajak Badan

Analisis Faktor-Faktor yang Memotivasi Manjemen Perusahaan Melakukan Tax Planning (Studi Beberapa Perusahaan Di Daerah Sier)

Rumusan Masalah Mengapa pajak itu dianggap sebagai suatu beban yang berat, sehingga perlu di lakukan Tax Planning?

Sejauh mana manfaat dan pengaruh diterapkannya perencanaan pajak atas pajak penghasilan dalam penentuan beban pajak yang paling efisien pada perusahaan?

Bagaimana pengaruh sebelum penerapan tax plannning biaya pegawai terhadap beban pajak terhutang wajib pajak badan?

Bagaimana pengaruh sesudah penerapan tax plannning biaya pegawai terhadap beban pajak terhutang wajib pajak badan?

Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara pengaruh sebelum dan sesudah penerapan tax planning wajib pajak badan?

Faktor-faktor apa saja yang dapat memotivasi manajemen

perusahaan untuk melakukan tax planning di dalam perusahaannya?

Hasil Penelitian Banyak orang baik secara pribadi maupun kelompok merasa enggan untuk membayar pajak, disebabkan karena kontrapretasi langsung yang diberikan akibat pembayaran tersebut bisa juga karena pajak itu oleh mereka dianggap sebagai beban sehingga ada usaha-usaha untuk menguranginya.

Untuk perusahaaan besar, mengatur Jumlah pajak seminimimal mungkin akan sangat bermanfaat.

Perencanaan perpajakan atas pajak penghasilan dalam penentuan beban pajak yang paling efisien pada perusahaan adalah mengurangi beban pajak atau menekan jumlah pajak yang terutag lebih kecil dari yang seharusnya atau membayar kewajiban pajak dengan jumlah pajak yang seminimal mungkin tanpa melanggar undang-undang perpajakan

Tax planning dapat dipergunakan sebagai saran pengelolaan pajak yang dapat menunjang efisiensi beban pajak perusahaan. Selain itu

tax planning

merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan partisipasi aktif dalam aktivitas perpajakan secara terkendali dan terencana.

Dalam penerapan tax planning terdapat faktor-faktor yang dapat memotivasi secara signifikan manajemen perusahaan berdasarkan kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan, administrasi perpajakan


(40)

17

Nama Peneliti Hardika Suratno Dwi Chandra Jofita Meida

Tahun 2007 2008 2009 2011

Judul Penelitian Perencanaan Pajak Sebagai Strategi Penghematan Pajak Strategi Perencanaan Pajak Analisis Faktor-Faktor yang Memotivasi Manjemen Perusahaan Melakukan Tax Planning (Studi Beberapa Perusahaan di Daerah Margomulyo) Analisis Faktor-Faktor yang Memotivasi Manjemen Perusahaan Melakukan Tax Planning (Studi Beberapa Perusahaan Kimia yang Terdaftar Di Disperindag Surabaya 2010)

Perumusan Masalah

Faktor-faktor apa saja yang perlu

diperhatikan dalam perencanaan pajak?

Bagaimana membuat perencanaan pajak yang baik sebagai strategi dalam penghematan pajak ditinjau dari aspek kebjakan akuntansi administrasi?

Mengapa pajak dijadikan sebagai suatu beban yang berat, sehigga perlu dilakukan tax planning? Apakah benar kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan, dan administrasi perpajakan yang dapat memotivasi manajemen perusahaan untuk melakukan tax planning dalam beberapa perusahaan di daerah Margomulyo? Apakah kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan, dan administrasi perpajakan dapat memotivasi manajamen perusahaan untuk melakukan tax planning dalam beberapa perusahaan industri kimia yang terdaftar di Disperindag Surabaya tahun 2010?

Hasil Penelitian Pada umumnya tax planning adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak.

Perecanaan pajak merupakan upaya legal yang bisa dilakukan oleh wajib pajak. Tindakan tersebut legal karena penghematan pajak hanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur (loopholes). Keengganan perusahaam membayar pajak disebabkan oleh tidak adanya kontrpretasi secara langsung atas pembayaran pajaknya, sehingga dalam pembayaran pajaknya perusahaan melakukan tax planning. Karena dalam perusahaan besar akan ada cash flow yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain perusahaan. Bahwa kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan, dan administrasi perpajakan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap faktor-faktor yang memotivasi manajemen perusahaaan melakukan tax planning.


(41)

18

Nama Penelitian Soddin Mangunsong Gloritho

Tahun 2002 2008

Judul Penelitian Peranan Tax Planning dalam Mengefiesikan Pembayaran Pajak Penghasilan

Pengaruh Penerapan Perencanaan Pajak Biaya Pegawai Pada PT XYZ untuk Meminimalkan Beban Pajak dan Hubungannya dengan Kinerja Perusahaan

Perumusan Masalah Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara laba komersial dengan laba kena pajak?

Apakah penerapan tax planning dalam

pengelolahan keuangan PT Sepatu Bata tbk. dapat mengefisiensikan pembayaran pajak penghasilan?

Apakah ada pengaruh sebelum dan sudah penerapan

perencanaan pajak biaya pegawai terhadap beban pajak terhutang wajib pajak badan?

Apakah ada pengaruh yang signifikan antara sebeum dan sesudah penerapan perencanaan pajak biaya pegawai terhadap beban pajak terhutang wajib pajak badan?

Hasil Penelitian Terdapat perbedaang

signifikan antara laba komersial dengan laba kena pajak. Hal ini didasarkan pada hasil uji t.

Tax planning mempunyai peran dalam

mengefisiensikan pembayaran beban pajak penghasilan pada PT Sepatu Bata tbk.

Terdapat pengaruh sebelum dilakukan perencanaan pajak dan yang sesudah dilakukan perencanaan pajak, serta terdapat perbedaan yang signifikan antara PPh terhutang sebelum dan sesudah penerapan perencanaan pajak. Sehingga perencanaan pajak dapat digunakan sebagai sarana pengelolaan pajak yang dapat menunjang efisiensi beban pajak.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Perencanaan Pajak

2.2.1.1.Pengertian Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Definisi tax planning menurut (Zain, 2005:43) adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya, baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi yang paling minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan baik oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.


(42)

19

Perencanaan pajak (tax planning) menurut Suandy (2006:7) adalah tahap awal dalam manajemen pajak yang merupakan suatu perencanaan yang tidak merugikan penerimaan negara. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan, dengan maksud dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanaan perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak. Hal ini dapat dilihat dari dua definisi tax planning di bawah ini (Suandy, 2006:7):

a. Tax Planning is the systematic analysis of deferring tax options aimed at the minimization of tax liability in current and future tax periods

(Crumbley D, Larry, Friedma Jack P, 1994)

b. Tax Planning is arrangements of a person’s business andlor prive affrairs in order to minize tax liability (Lyons, 1996)

Perencanaan pajak juga dapat berkonotasi positif sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat menghindari pemborosan sumber daya (Suandy, 2006:2).

Suatu perencanaan pajak yang tepat akan menghasilkan beban pajak yang minimal yang merupakan hasil dari perbuatan penghematan pajak atau penghindaran pajak yang dapat diterima fiskus dan sama sekali bukan karena penyelundupan pajak yang tidak dapat diterima oleh fiskus dan tidak akan ditolerir (Zain, 2005:44).

Tax planning melalui penghindaran pajak merupakan perbuatan legal yang masih dalam ruang lingkup pemajakan dan tidak melanggar ketentuan peraturan perundan-undangan perpajakan.

Dalam mempertimbangkan suatu perencanaan pajak dan usul-usul transaksi serta reorganisasi perusahaan, yang terpenting adalah seorang


(43)

20

perencanaan pajak hendaknya memahami dengan benar ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang baru serta surat-surat edaran yang merupakan interprestasi dan penjelasan-penjelasan atau intruksi-intruksi (petunjuk pelaksanaan) mengenai pelaksanaan pasal-pasal yang terdapat dalam undang-undang pajak (Chandra, 2009).

Perencanaan pajak merupakan suatu lapangan pekerjaan yang tidak saja mengisyaratkan pengetahuan mengenai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, tetapi juga ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya seperti undang-undang perusahaan (company law) dan beberapa aspek dari undang-undang perdagangan (commercial law), begitu pula pengetahuan dan pemahaman tentang praktik akunting, praktik bisnis dan perdagangan (Zain, 2005:58).

2.2.1.2.Tujuan Perencanaan pajak

Menurut Suandy (2006:7) tujuan perencanaan pajak adalah merekayasa agar beban pajak (tax burden) dapat ditekan serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan pembuat undang-undang, sehingga tax planning di sini sama dengan tax avoidance karena secara hakikat ekonomis keduannya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after tax return) karena pajak merupakan unsur pengurangan laba yang tersedia baik untuk dibagikan kepada pemegang saham maupun untuk diinvestasikan kembali.

Implementasi perencanaan pajak dalam kegiatan usaha wajib pajak atau pengusaha kena pajak adalah untuk mencapai sasaran wajib pajak dalam


(44)

21

pemenuhan kewajiban perpajakan, sehingga tidak terkena sanksi administratif (denda, bunga, kenaikan pajak) dan sanksi pidana.

Tujuan dari perencanaan pajak (tax planning) adalah sebagai berikut: a. Membuka kesadaran akan pentingnya perencanaan perpajakan untuk

wajib pajak.

b. Membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku.

c. Membuat metode perhitungan dalam efisiensi pembayaran pajak secara legal.

2.2.1.3.Prinsip Perencanaan Pajak

Untuk mencapai tujuan pembayaran pajak pada jumlah yang seharusnya,

tax planning harus dilakukan secara aman. Berikut prinsip-prinsip utama yang harus dipenuhi dalam melakukan perencanaan pajak secara aman (Faisal, 2009:287—289).

1. Mengetahui ketentuan perpajakan. Pemahaman terhadap ketentuan perpajakan yang dimuat dalam perundang-undangan perpajakan mutlak diperlukan. Dengan mengetahui ketentuan perpajakan, wajib pajak mengetahui hak dan kewajiban perpajakan, apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Pada tahap selanjutnya, wajib pajak bisa menguasai ketentuan yang dapat dimanfaatkan dalam tax planning.

2. Legal, artinya tidak menabrak hukum. Prinsip legal ini membedakan antara penghindaran pajak (tax avoidance) yang dilakukan masih dalam koridor hukum dengan penyelundupan pajak (tax evasion) yang sifatnya ilegal. Di dalam prinsip legal ini terkandung pula prasyarat telah


(45)

22

dipenuhinya seluruh kewajiban perpajakan dengan benar, seperti perhitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak. Selain itu, bukti-bukti pendukung harus dipastikan sudah memadai. Pelanggaran terhadap prinsip legal ini bisa membuat perencanaan pajak kontraproduktif.

3. Menguasai strategi dan tekniknya. Strategi dan teknik perencanaan pajak perlu dipahami secara mendalam mengingat sifatnya yang kompleks dan mengandung konsekuensi yang beragam. Pemilihan strategi dan teknik perlu dilakukan secara jeli dan selektif sehingga tujuan perencanaan pajak yang dikehendaki dapat diraih secra efisien dan efektif. Pemilihan strategi dan teknik ini mesti dipadukan dengan kemahiran menentukan tautan dasar hukum yang kuat. Penerapan strategi dan teknik yang disandarkan pada peraturan pajak yang secara hirarki perundang-undangan lemah dapat menjerumuskan perencanaan pajak ke wilayah risiko tinggi. Hal ini disebabkan adanya kemungkinan peraturan pajak yang lemah tersebut mengalami perubahan, bertentangan dengan peraturan uang lebih tinggi, ketidakjelasan konteks, atau hanya bersifat penafsiran per kasus yang tidak dapat digeneralisir sebagai juresprudensi.

4. Secara bisnis masuk akal. Harus diingat bahwa perencanaan pajak adalah bagian dari perencanaan usaha secara keseluruhan; jangan sampai obsesi mendapat benefit dari penghematan pajak justru merugikan secara komersial. Tujuan perencanaan pajak adalah meminimalkan beban pajak sehingga penghasilan setelah pajak meningkat. Karena itu, pemahaman akan strategi dan teknik perencanaan pajak harus dipadukan dengan


(46)

23

pemahaman nature of business secara komersial. Dalam hal ini cost and benefit dari setiap keputusan harus selalu diperhitungkan secara mendetail sebagai misal, salah satu teknik perencanaan pajak yang dianjurkan adalah menyelenggarakan pembukuan. Memang benar dengan menyelenggarakan pembukuan banyak manfaat yang bisa diraih, misalnya berupa perhitungan biaya dan kompensasi kerugian. Namun perlu diingat bahwa penyelenggaraan pembukuan itu sendiri membutuhkan biaya. Bagi wajib pajak yang profitabilitasnya kecil, biaya pembukuan bisa lebih besar dibanding benefit dari penghematan pajak dari penyelenggaraan pembukuan itu sendiri.

2.2.1.4. Pola Perencanaan Pajak

Dari perspektif geografis, perencanaan pajak dapat dilakukan secara lokal, nasional maupun internasional. Perencanaan pajak dalam perspektif lokal dilakukan dengan mengoptimalkan peluang yang ada di tempat wajib pajak berada. Wajib pajak tidak banyak berharap pada eksplorasi perbedaan pajak antar daerah. Karena itu, pola lokal perencanaan pajak tidak banyak atau sangat minim menikmati fasilitas pajak yang diberikan atas dasar wilayah geografis. Pola nasional ditempuh wajib pajak dengan cara mengeksplorasi perbedaan-perbedaan pajak antar daerah dalam suatu negara. Pemerintah pusat senantiasa berupaya menciptakan pemerataan pembangunan melalui kebijakan pemberian insentif pajak di daerah-daerah tertinggal. Insentif tersebut berupa fasilitas PPh daerah terkecil, perbedaan norma perhitungan penghasilan neto, fasilitas PPN dan PPn BM, dan insentif lainnya yang melahirkan diskriminasi antara daerah.


(47)

24

Perencanaan pajak internasional dilakukan dengan mengoptimalkan manfaat dari perbedaan rezim pajak antarnegara. Untuk menarik investasi asing, negara-negara pengimpor modal bersaing dengan cara menawarkan beraneka kemudahan, di antaranya insentif pajak.

Dari prespektif waktu, perencanaan pajak dapat dilakukan sebelum usaha atau kegiatan dilakukan, pada saat usaha atau kegiatan sedang berlagsung, atau pada saat usaha atau kegiatan telah selesai. Dengan kata lain, bila diletakkan pada kerangka tahun pajak, perencanaan pajak dapat dilakukan pada awal tahun, dalam tahun berjalan, atau di akhir tahun. Layaknya perencanaan manajemen lainnya, perencanaan pajak lazim dilakukan sebelum usaha dilakukan atau pada awal tahun.

Berdasarkan interval periode pelaksanaannya, perencanaan pajak dapat dilakukan dalam periode jangka pendek dan jangka panjang. Perecanaan pajak dalam periode jangka pendek berusaha mengurangi beban pajak dalam satu tahun atau satu masa tertentu. Sementara perencanaan pajak dalam jangka panjang bersifat kontinyu, berkesinambungan meliputi beberapa tahun pajak atau masa pajak. Skema perencanaan pajak jangka panjang tidak terfokus pada tahun pajak tertentu akan tetapi lebih memperhatikan dampak dalam jangka panjang (Faisal, 2009:289—290).

2.2.1.5. Sasaran Perencanaan Pajak

Terdapat dua sasaran operasional, yaitu meminimalisasi beban pajak (tax burden minimalization) atau justru memaksimalkan beban pajak (tax burden


(48)

25

maximalization). Sasaran meminimalisasi beban pajak tampak searah dengan tujuan pokok perencanaan pajak, yaitu untuk menghemat pajak.

Sasaran memaksimalkan beban pajak sepintas tampak agak rancu dengan tujuan perencanaan pajak karena alih-alih menghemat pajak, sasaran ini malah berusaha memaksimalkan beban pajak. Memaksimalkan beban pajak hanyalah sasaran jangka pendek atau parsial. Hal ini tidak lebih sebagai upaya pergeseran beban pajak (tax burden shifting). Misalya suatu perusahaan multinasional yang berusaha memaksimalkan pembayaran pajak di negara tertentu demi memperbesar kredit pajak di negara lain yang memperkenankan kredit pajak luar negeri. Dengan menempuh cara demikian, wajib pajak dapat menggeser beban pajak dari negara dengan tarif pajak tinggi ke negara bertarif pajak rendah. (Faisal, 2009:290—291).

2.2.1.6. Strategi Perencanaan Pajak

Untuk melakukan perencanaan pajak secara aman, wajib pajak perlu memikirkan serta mendalami strategi yang hendak diterapkan. Salah memilih strategi bisa berakibat fatal. Strategi perencanaan pajak tersebut adalah sebagai berikut:

1. Memanfaatkan kemudahan yang disediakan ketentuan perpajakan 2. Memanfaatkan kelonggaran terhadap pemilihan metode akuntansi

3. Memanfaatkan perbedaan perlakuan pajak terhadap bentuk usaha hukum

4. Memanfaatkan perbedaan perlakuan pajak terhadap berbagai jenis penghasilan


(49)

26

5. Memanfaatkan perbedaan perlakuan pajak terhadap biaya 6. Menghindari pemeriksaaan pajak dan

7. Menjaga hubungan baik dengan administrasi perpajakan

Strategi-strategi tersebut dapat dilakukan melalui penerapan berbagai teknik perencanaan pajak. Teknik itu sendiri bersifat kondisional, artinya bergantung pada kondisi wajib pajak masing-masing, jenis usaha, posisi keuangan, dan lain sebagainya. Ada teknik yang cocok untuk suatu kondisi namun tidak cocok pada kondisi lainnya. Potensi tax saving yang bisa diperoleh dapat dikalkulasi dengan membandingkan pajak terutang dari penerapan teknik tax planning dibanding dengan jumlah pajak terutang tanpa tax planning. Selain itu, manfaat tax planning juga dapat dikalkulasi dengan pendekaatan lain yang lebih rumit, misalnya dengan analisis arus kas, net present value, costand benefit analysis, dan lain sebagainya (Faisal, 2009:291—293).

2.2.1.7. Penyusunan dalam perencanaan pajak

Dalam penyusunan perencanaan pajak terdapat beberapa faktor nonpajak yang relevan untuk diperhatikan dalam penyusunan suatu perencanaan pajak antara lain (Suandy, 2006:21—22):

a) Masalah Badan Hukum

Pemilihan bentuk badan usaha yang diusulkan sering dibuat sebagai fungsi dari seluruh peraturan (baik untuk pajak maupun nonpajak), dalam rangka administrasi pembentukan dan pembubaran badan hukum yang bersangkutan.


(50)

27

b) Masalah mata uang dan nilai tukar

Dari ruang lingkup perencanaan pajak yang bersifat internasional masalah nilai tukar mata uang mempunyai dampak yang besar terhadap kondisi keuangan suatu perusahaan. Dari dampak finansial tentunya berakibat pada posisi laba rugi, terutama bila terdapat banyak transaksi baik ekspor/ impor maupun pinjaman dalam bentuk mata uang asing.

c) Masalah pengawasan devisa (exchange control)

Perencanaan pajak juga akan berpengaruh karena bagaimanapun pengaturan pengawasan devisa berdampak terhadap transfer pembayaran-pembayaran.

d) Masalah program insentif investasi

Masalah program insentif yang ditawarkan negara tertentu memberikan pilihan wajib pajak untuk melakukan investasi/ pemekaran usaha pada suatu lokasi/ negara tertentu. Insentif investasi bisa berupa pemberian pinjaman dengan tarif bunga rendah, bebas bunga ataupun adanya pemberiaan bantuan (grants) dari pemerintah.

e) Masalah faktor nonpajak lainnya

Faktor nonpajak lainnya seperti hukum dan sistem administrasi yang berlaku, kesetabilan ekonomi dan politik, tenaga kerja, pasar, fasilitas perbankan, iklim usaha, bahasa, sistem akuntansi, dan lain-lain harus dipertimbangkan juga dalam penyusunan perencanaan pajak terutama berkaitan dengan pemilihan lokasi investasi.


(51)

28

Hasrat untuk melakukan perencanaan pajak pada dasarnya didorong oleh dua ketentuan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, yaitu (Zain, 2005: 60—61):

1. Ketentuan pertama menyangkut masalah pajak penghasilan itu sendiri yang bukan merupakan biaya yang fiskal dapat dikurangkan dalam menentukan penghasilan kena pajak (pasal 9 ayat (1) huruf h UU PPh). Sebagai konsekuensinya, apabila terdapat pengurangan pembayaran PPh, maka tidak akan terjadi penurunan dalam jumlah biaya fiskal yang dapat dikurangkan oleh karena itu juga tidak akan menimbulkan kenaikan penghasilan kena pajak. Pengurangan pembayaran PPh tersebut, yang juga merupakan jumlah yang dapat dihemat, hanya akan meningkatkan laba setelah pajak. Berbeda dengan aktivitas mencari laba/ menambah penghasilan, suatu perencanaan pajak hanya akan memberikan keuntungan yang sama sekali tidak termasuk dalam ruang lingkup pengenaan PPh.

2. Ketentuan kedua menyangkut kemungkinan dapat dikurangkannya biaya yang ada kaitanya dengan penentuan besarnya pajak yang terutang, yang dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan disebut sebagai

biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan (pasal 6 ayat (1) huruf a UU PPh) oleh karena itu perencanaan pajak terkait dengan penentuan besarnya pajak yang terutang, maka biaya yang dikurangkan untuk perencanaan pajak tersebut merupakan biaya yang fiskal dapat dikurangkan.


(52)

29

Biaya neto rancangan perencanaan pajak adalah biaya bruto dikurangi dengan jumlah-jumlah pajak yang dapat dihemat atau dengan biaya setelah pajak (after tax cost) dari suatu perencanaan pajak dapat dinyatakan sebagai berikut (Zain, 2005:61):

ATC = BTC x (1 – MTR)

ATC = After Tax Cost BTC = Before Tax Cost MTR = Marginal Tax Rate

Apabila ketentuan tersebut di atas, dikaitkan dengan rancangan perencanaan pajak, maka akan terbukti menghasilkan keunggulan ekonomis, bila dibandingkan dengan kegiatan mencari laba (profit-seeking activities).

2.2.1.8. Sistem Pemungutan pajak dalam perencanaan pajak

Perencanaan pajak tidak pula terlepas dari sistem pungutan yang dianut di Indonesia setelah reformasi pajak, yaitu self-asessment. Ciri dan cara tersendiri dari sistem pemungutan pajak tersebut adalah (Zain, 2005:59).

1. Bahwa pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian kewajiban dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

2. Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pajak, sebagai pencerminan kewajiban di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat wajib pajak sendiri.


(53)

30

3. Anggota masyarakat wajib pajak diberikan kepercayaan untuk dapat melaksanakan kegotong-royongan nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan, dan membayar sendiri pajak yang terutang (self assessment), sehingga melalui sistem ini pelaksanaan administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana, dan mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat wajib pajak.

Berdasarkan ketiga prinsip pemungutan pajak tersebut, wajib pajak diwajibkan menghitung, memperhitungkan, dan membayar sendiri jumlah pajak yang seharusnya terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, sehingga penentuan besarnya pajak yang terutang berada pajak wajib pajak sendiri.

2.2.2. Strategi-Strategi yang dapat digunakan dalam Perencanaan Pajak 2.2.2.1. Memanfaatkan Kemudahan yang Disediakan Ketentuan Perpajakan

Ketentuan perpajakan yang diatur dalam perundang-undangan perpajakan menyediakan banyak kemudahan bagi wajib pajak. Kemudahan-kemudahan tersebut dapat dinyatakan secara ekplisit ataupun implisit. Secara ekplisit kita bisa dengan mudah mendapatkan kemudahan, namun kemudahan yang sifatnya secara implisit, diperlukan kejadian dan penalaran yang kritis untuk menjumpainya. Kemudahan tersebut dapat berupa penegasan hal wajib pajak, kelonggaran kewajiban perajakan, insentif, fasilitas, dan lain sebagainya (Faisal, 2009:294).


(54)

31

2.2.2.1.1. Upaya Menyelenggarakan Pembukuan

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 29, pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut. Menurut Faisal (2009:295), secara implisit, wajib pajak yang menyelenggarakan pembukuan mendapat keuntungan yang relatif lebih besar dibanding wajib pajak dengan pencatatan. Wajib pajak dengan pembukuan dapat mengklaim biaya-biaya sebagai pengurang penghasilan bruto dan memperhitungkan kompensasi kerugian dalam menghitung pajak penghasilan. Keuntungan lain dari peyelenggaraan pembukuan adalah tersedianya peluang perencanaan pajak yang lebih besar dibanding dengan wajib pajak dengan pencatatan.

2.2.2.1.2. Manfaatkan Sunset Policy

Menurut Faisal (2009:296), sunset policy merupakan kebijakan kemudahan perpajakan yang berlaku dalam jangka waktu tertentu. Sifat kebijakan ini tidak permanen dan bersifat muncul dan kemudian tenggelam, sehingga sering disebut sunset policy. Istilah sunset policy dapat digunakan untk menunjuk kepada setiap kebijakan yang bersifat sementara atau berlaku dalam jangka waktu terbatas.


(55)

32

Dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sunset policy

dapat diartikan sebagai pemberian fasilitas perpajakan dalam bentuk penghapusan sanksi administrasi perpajakan berupa bunga sebagaimana diatur dalam Pasal 37A Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Undang-Undang KUP).

Misalnya, orang pribadi yang belum memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), yang dalam tahun 2008 secara sukarela mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dan menyampaikan SPT Tahunan PPh untuk tahun pajak 2007. Dalam hal ini orang pribadi tersebut tidak dikenakan sanksi administrasi untuk tahun-tahun pajak sebelumnya pada saat belum mempunyai NPWP. Hal inilah yang dimaksud dengan sunset policy.

2.2.2.1.3. Manfaatkan Batas Akhir Pembayaran (Last Minute Tax Planning) Pembayaran pajak memiliki tanggal jatuh tempo yang umumnya jatuh pada tanggal 10 atau 15 bulan berikutnya untuk pembayaran bulanan atau sebelumnya SPT tahunan disampaikan untuk pembayaran tahunan. Wajib pajak bisa melakukan penghematan dengan mempertimbangkan time value of money.

Dalam kasus PPN, last minute tax planning dapat diterapkan dengan memanfaatkan saat akhir pembuatan faktur (Faisal, 2009:298).

2.2.2.2. Memanfaatkan Kelonggaran Terhadap Pemilihan Metode Akuntansi

Ketentuan perpajakan memberi kelonggaran kepada wajib pajak dalam memilih metode akuntansi yang diterapkan. Namun demikian, kebebasan memilih


(56)

33

ini disertai dengan persyaratan taat asas, yaitu konsistensi dalam penggunaan suatu metode akuntansi dari tahun ke tahun. Perubahan metode akuntansi dapat dilakukan hanya dengan persetujuan Direktur Jendral Pajak.

Kebebasan memilih metode akuntansi ini caranya dapat dilakukan dengan pemilihan metode persediaan dan pemilihan metode penyusutan dan amortisasi yang dapat dimanfaatkan wajib pajak yang menyelenggarakan perencanaan pajak dengan menerapkan beberapa teknik (Faisal, 2009:305).

2.2.2.2.1. Pemilihan Metode Penilaian Persedian yang Menguntungkan

Ketentuan perpajakan memperbolehkan wajib pajak untuk memilih salah satu dari dua metode penilaian persedian, yaitu metode rata-rata (average) dan

first in first out (FIFO). Metode rata-rata lebih menguntungkan digunakan jika harga barang cenderung naik, misalnya karena angka inflasi yang tinggi. Sedangkan metode FIFO lebih baik jika harga cenderung stabil. Oleh karena itu, untuk menentukan metode penilaian persediaan, faktor fluktuasi harga barang beserta harga barang beserta proyeksi kecederungan harga barang di masa depan perlu dijadikan pertimbangan (Faisal, 2009:306).

2.2.2.2.2. Pemilihan Metode Penyusutan dan Amortisasi yang Menguntungkan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan pasal 11 A, Ketentuan perpajakan menawarkan metode amortisasi dan penyusutan garis lurus atau saldo menurun untuk kelompok harta tak berwujud dan harta


(57)

34

berwujud selain bangunan. Menurut Faisal (2009:308) kelonggaran ini dapat dimanfaatkan wajib pajak untuk meminimalkan beban pajak, yaitu dengan menyesuaikan metode amortisasi dan penyusutan degan pola realisasi penghasilan. Jika penghasilan di awal periode usaha tinggi, maka wajib pajak sebaiknya menggunakan saldo menurun karena proposi biaya penyusutan periode awal yang besar. Sebaliknya menggunakan metode garis lurus.

2.2.2.3. Memanfaatkan Perbedaan Perlakuan Pajak atas Bentuk Perusahaan

Berdasarkan Undang-Uundang PPh No 36 tahun 2008 Pasal 2, subjek pajak atau wajib pajak dalam ketentuan perpajakan dibagi menjadi orang pribadi, warisan belum terbagi, badan dan bentuk usaha tetap. Menurut Faisal (2009:310), subjek-subjek pajak ini mendapatkan perlakuan pajak yang berbeda, khususnya berkenaan dengan pajak penghasilan. Terdapat beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan wajib pajak untuk melakukan penghematan pajak.

2.2.2.3.1. Menentukan Orang Pribadi atau Badan Atas Pertimbangan Tarif Pajak

Kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dapat dilakukan secara perorangan ataupun membentuk badan ataupun badan seperti PT, CV, firma, atau persekutuan perdata. Salah satu pertimbangan dalam memutuskan adalah tarif pajak yang berbeda antara PPh badan dan orang pribadi. Seperti diketahui, tariff PPh badan adalah 28% (atau 25% mulai 2010) dan tarif tertinggi orang pribadi adalah 30%. Jika penghasilan kena pajak masih berada pada lapisan tarif rendah maka kegiatan usaha atau pekerjaan bebas sebaiknya dilakukan secara perseorangan (wajib pajak


(58)

35

orang pribadi). Sebaliknya jika penghasilan kena pajak sudah berada dalam briket tarif tertinggi (> Rp 500 juta), maka sebaiknya wajib pajak memutuskan menggunakan badan.

2.2.2.3.2. Memilih Perseroan Komanditer (CV) Dibanding Perseroan Terbatas (PT)

Teknik ini patut dipertimbangkan oleh wajib pajak yang tengah mempertimbangkan kelanjutan usaha atau berencana menanamkan modal dalam satu badan. Walaupun statusnya sama-sama sebagai wajib pajak badan, PT, dan CV (yang modalnya tidak terbagi atas saham, termasuk firma, persekutuan, perkumpulan, dan kongsi) ternyata mendapat perlakuan perpajakan yang berbeda.

Pengenaan pajak atas penghasilan PT dilakukan pada dua tingkatan, yaitu pada tingkat perusahan (PPh Badan atas Laba) dan pada tingkat pemegang saham (PPh orang pribadi atas deviden/ bagian laba). Pengenaan pajak terhadap CV hanya terjadi satu kali, yaitu pada tingkat perusahaan (PPh atas laba CV) dan tidak ada pengenaan pajak lagi di tingkat pemilik modal, karena bagian laba dari CV bukan objek pajak.

2.2.2.4. Memanfaatkan Perbedaan Perlakuan Pajak Terhadap Biaya Penghasilan

Strategi tax planning ini diarahkan pada perekayasaan penghasilan ke dalam berbagai format yang dimungkinkan sedemikian rupa sehingga menghasilkan penghematan pajak. Maksudnya, strategi tax planning ini digunakan untuk merekayasa bagaimana penghasilan itu terlihat rendah sehingga


(59)

36

pajak yang ditimbulkan relative lebuh rendah. Walaupun PPh merupakan pajak subjektif yang pengenaannya sangat memperhatikan keadaan subjektivitas wajib pajak, dalam beberapa kondisi, PPh juga mengenal pembedaan pemajakan di antara berbagai jenis objek penghasilan (Faisal, 2009:315).

2.2.2.4.1. Konsentrasi pada Produk Berpajak Rendah

Teknik ini dapat dimanfaatkan oleh wajib pajak yang bergerak dalam bidang usaha yang menghasilkan bermacam produk yang dikenakan pajak secara berbeda. Teknik ini juga dapat digunakan oleh wajib pajak orang pribadi yang menggunakan norma perhitungan penghasilan netto (NPPN). Jika seorang wajib pajak orang pribadi memiliki usaha yang menghasilkan dua atau lebih memiliki produk yang memiliki norma yang berbeda, maka wajib pajak tersebut dapat mengarahkan konsentrasi produksi ke produk yang dikenakan norma paling rendah (Faisal, 2009:319).

2.2.2.5. Memanfaatkan Perbedaan Perlakuan Pajak Terhadap Biaya

Strategi ini viable bagi wajib pajak yang menyelenggarakan pembukuan dan penghasilannya dikenakan pajak tidak final, yang dimaksud dengan pajak tidak final adalah beban pajak yang masih dapat dikreditkan lagi dengan hutang pajak yang lain. Wajib pajak yang memperoleh penghasilan khusus (scheduler)

atau yang penghasilan netonya dihitung dengan menggunakan norma tidak memiliki ruang tax planning mengeksplorasi unsur biaya. Hal ini terjadi lantaran perhitungan pajak final atau perhitungan dengan menggunakan norma dilakukan di atas basis bruto dengan tidak mempertimbangkan biaya-biaya.


(60)

37

Sasaran dari perencanaan pajak yang memanfaatkan unsur biaya ini sama dengan strategi tax planning atas penghasilan, yaitu pada minimlisasi penghasilan kena pajak atau dasar pengenaan pajak. Instrumen yang digunakan adalah biaya-biaya pengurangan penghasilan bruto (deductible expenses), yaitu bagaimana mengoptimalkan biaya yang diperkenankan ketentuan perpajakan sedemikian rupa sehingga diperoleh laba neto yang terutang pajak pada tingkat paling minimum (Faisal, 2009:320).

Biaya-biaya yang dapat dikurangkan dengan penghasilan bruto (deductible expense) terdiri dari (Faisal, 2009:18):

a. Biaya yang berkaitan dengan usaha b. Penyusutan dan amortisasi

c. Iuran pensiun

d. Kerugian karena penjualan atau pegalihan harta e. Kerugian dari selisih mata uang asing

f. Biaya penelitian dan pengembangan

g. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih h. Sumbangan penanggulangan sosial

2.2.2.5.1. Optimalisasi Biaya Karyawan

Teknik ini memanfaatkan perbedaan perlakuan pajak atas biaya-biaya pengurangan penghasilan bruto yang berhubungan dengan imbalan kepada karyawan. Teknik ini dilakukan dengan mempertimbangkan kenyataan bahwa imbalan kepada karyawan dikenakan (pemotongan) pajak dan pada saat yang sma


(61)

38

perusahaan (pemberi kerja) juga diberikan kepercayaan memotong pajak tersebut (Faisal, 2009:320).

Seperti misalnya dalam hal membuat kebijakan perusahaan dalam penentuan pemberian imbalan berupa kenikmatan natura atau penambahan tunjangan makan siang. Apabila diberikan dalam bentuk natura berarti akan ada pembebanan biaya untuk menyediakan makan siang yang bisa digunakan sebagai pengurang pendapatan bruto dan bisa sebagai penghematan untuk PPh 25, sedangkan bagi karyawan ada penghematan untuk PPh 21.

2.2.2.6. Menghidari Pemeriksaan Pajak

Dari perspektif wajib pajak, pemeriksaan pajak sebisa mungkin dihindari karena biayanya sangat mahal. Seluruh jenis biaya kepatuhan terlibat dalam pemeriksaan, baik biaya material (direct material), maupun immaterial (time cost

dan psychic cost).

Wajib pajak dapat melakukan berbagai upaya untuk menghindar dari pemeriksaan pajak, baik pemeriksaan untuk menguji kepatuhan wajib pajak maupun pemeriksaan untuk tujuan lain. Teknik yang diuraikan dan disarankan di sini didasarkan atas praktik, kebiasaan, dan kebijakan DJP dalam menentukan strategi pemeriksaan. Misalnya dalam melakukan pemeriksaan rutin DJP selalu memprioritaskan pemeriksaan terhadap wajib pajak yang menyampaikan SPT lebih bayar. Mengetahui SPT lebih bayar termasuk kriteria pemeriksaan, maka selayaknya wajib pajak mengupayakan tidak menyampaikan SPT lebih bayar (kecuali dalam kondisi tak terhindarkan) (Faisal, 2009:328).


(62)

39

2.2.2.7. Menjaga Hubungan Baik dengan Administrasi Perpajakan

Tiga aspek berbicara mengenai administrasi perpajakan, maka ada tiga aspek yang terlibat, yaitu:

1. Suatu institusi atau badan yang mempunyai wewenang yang tanggung jawab untuk menyelenggarakan pungutan pajak.

2. Orang-orang yang terdiri dari pejabat dan pegawai yang bekerja pada instansi perpajakan yang secara nyata melaksanakan kegiatan pemungutan pajak.

3. Kegiatan menyelenggaraan pungutan pajak oleh sesuatu institusi atau badan yang ditatalaksanakan sedemikian rupa sehingga dapat mencapai sasaran yang telah digariskan dalam kenijakan perpajakan, berdasarkan sarana hukum yang telah ditentukan oleh undang-undang perpajakan dengan efisien.

Dari ketiga aspek di atas, yang paling penting diperhatikan adalah aspek kedua, yaitu faktor manusia. Unsur manusialah yang mengendalikan institusi atau menjalankan aktivitas administrasi perpajakan pada prinsipnya sama dengan menjaga hubungan dengan unsur manusia yang ada dalam organisasi administrasi perpajakan (Faisal, 2009:337).

2.2.3. Pengertian Manajemen Pajak

Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Menurut Lumbantoruan (1996) manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban pajak dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Tujuan


(1)

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini terdapat keterbatasan yang mungkin dapat mempengaruhi hasil penilitian. Keterbatasan-keterbatasan penelitian tersebut yaitu:

1. Pengambilan sampel yang menggunakan pendekatan purposive sampling yang berakibat pada hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi secara luas untuk semua perusahaan industri di Surabaya dan tidak semua perusahaan industri yang terdaftar di Disperindag Surabaya yang dijadikan sampel dalam penelitian ini hanya perusahaan industri kimia tahun 2010.

2. Dari hasil penelitian juga dapat dilihat adanya pengaruh dari variabel lain diluar dari variabel dalam penelitian ini, sehingga dalam penelitian yang akan datang hendaknya diperhitungkan dengan variabel lain yang kemungkinan berpengaruh terhadap memotivasi manajemen perusahaan melakukan tax planning.


(2)

BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membuktikan secara empiris apakah ada pengaruh faktor-faktor tax planning yang diindikatori kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan, dan administrasi perpajakan terhadap motivasi manajemen melakukan tax planning di perushaan industri kimia yang terdaftar di Disperindag Surabaya 2010.

Berdasarkan hasil pengelolaan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Sesuai uji analisis, bahwa kebijakan perpajakan, undang–undang perpajakan dan administrasi perpajakan merupakan faktor-faktor yang dapat memotivasi manajemen perusahan dalam melakukan tax planning di beberapa perusahaan industri kimia yang terdaftar di Disperindag Surabaya 2010, sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini teruji kebenarannya.


(3)

5.2. Saran

Berdasrkan hasil penelitian yang diperoleh maka saran untuk penelitian berikutnya ialah memperbanyak jumlah sampel sesuai metode regresi linier berganda. Penambahan jumlah sampel dapat dilakukan dengan mengembangkan lingkup penelitian yang lebih luas, seperti responden penelitian sekarang ini yang hanya wajib pajak badan perusahaan industri kimia yang terdaftar di Disperindag Surabaya tahun 2010. Selain itu dapat menambahkan faktor-faktor lain, seperti Beban Pajak, Kewajiban Pajak.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Al husin, Syahri, 2002, Aplikasi Statistik Praktis dengan SPSS 10 for windows, Yogyakarta: J&J Learning.

Algifari, 2000, Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi, Yogyakarta: BPFE.

Andreas, Sajuli, 2005,Perencanaan Pajak Untuk Menentukan Beban Pajak Yang Efisien Pada Perusahaan, Jakarta : Universitas Kristen Krida Wacana. Anonim, 2010, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi Jurusan

Akuntansi, Penerbitan Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur. ______, 2010, Pertumbuhan Produksi Industri Pengolahan Besar Dan Sedang

Jawa Timur Triwulan Iii Tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Timur, 1 November 2010, No.65,hal 1-6.

______,2010, Target Pajak Di Surabaya Capai Rp 12,5 Triliun http://bataviase.co.id/node/548226.

______, 2009, Kompilassi Undang-Undang Perpajakan2009, LPPAPSI- Departemen Akuntasi Fakultas Ekonmi Universitas Airlangga.

Chandra, Dwi, 2009, Analisis Faktor–faktor yang Memotivasi manajemen perusahaan Melakukan Tax Planning (Study beberapa Perusahaan didaerah Margomulyo). Skripsi Universitas Pembangunan Nasional.

Erly,Suandy, 2006. Perencanaan Pajak (Edisi 3).Jakarta: Salemba Empat. Faisal, Gatot, 2009, How To Be A Smarter Tax Payer. Jakarta: Grasindo

Ghozali, Imam, 2009,Aplikasi Analisis Multivarrate dengan Program SPSS, Semarang: Universitas Diponorogo.

Gloritho, 2008, Pengaruh Penerapan Perencanaan Pajak Biaya Pada PT XYZ untuk Meminimalkan Beban Pajak dan Hubungannya dengan Kinerja Perusahaan, Universitas Gunadarma.


(5)

Hardika, 2007, Perencanaan Pajak Sebagai Strategi Penghematan Pajak, Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan Vol.3, No.2.

Hidayat, Nur, 2000, Menelusuri Tax Planning Dalam Kerangka Undang-Undang, Jurnal Perpajakan Indonesia.

Ismarita, 2007, Pengaruh Penerapan Tax Planning Biaya Pegawai Terhadap Beban Pajak Terhutang Wajib Pajak Badan, Skripsi Universitas Widyatama.

Lumbantoruan, Sophar, 1996. Akuntansi Pajak, Edisi Revisi. Jakarta : Grasindo Mangoting,Yenni, 1999, TAX PLANNING : Sebuah Pengantar sebagai alternative

Meminimalkan Pajak, Universitas Kristen Petra.

Mangungsong, Soddin, 2002, Perancanaan Tax Planning Dalam Mengefisiensikan Pembayaran Pajak Penghasilan, Jurnal Imiah Akuntansi vol. 2

Mardiasmo, 2009Perpajakan edisi Revisi 2009. Yogyakarta : Andi.

Muljono, Djoko, 2009. Tax Planning Menyiasaati Pajak Dengan Bijak.Yogyakarta : Andi.

Zain, Mohammad, 2005. Manajemen Pajak. Jakarta : Salemba Empat. Nazir,Mohammad, 2005,Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.

Nur, Yousri, 2010, Surabaya “Juga” Berjuluk Kota

Industri,www.rajaagam.wordpres.com 31 Juli 2010.PT.RajaGrafindo

Persada.

Purwanto, Suharyadi, 2004, Statitika: Untuk Ekonomi & Keuangan Modern, Jakarta: Salemba Empat.

Ramayanti, Eni, 2009, Penerapan Tax Planning Atas Pajak Penghasilan Badan Pada PT Agricom Putra Citra Optima Cabang Medan, Skripsi Universitas Sumatera Utara.

Sugiyono, 2003, Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta. ________, 2007, Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.


(6)

Sulaiman, Wahid, 2004, Analisis Regresi Menggunakan SPSS, Yogyakarta: Andi Offset.

Republika Indonesia, Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Republika Indonesia, Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

Republika Indonesia, Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi., Surabaya, Penerbit Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur.

Suryanti, 2008, Perencanaan Pajak Untuk Meminimalkan Pembayaran Pajak Pada Pt.Arta Design.http://www.gunadarma.ac.id

Tanuwiardi,Martha, 2006, Analisis Faktor –faktor yang Memotivasi manajemen perusahaan Melakukan Tax Planning daerah SIER. Skripsi Universitas Kristen Petra.

Umar, Husein, 2004, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta : Rajawali Pers

Waluyo, 2008, Perpajakan Indonesia, Jakarta : Salemba Empat

Yogyakarta,Andi, 2002, 10 Model Penelitian dan Pengolahannya dengan SPSS 10.01.Semarang : Wahana Komputer.