Uji Normalitas Uji Asumsi Klasik

Alpha Kebijakan Perpajakan X 1 0.612 reliabel Undang-Undang Perpajakan X 2 0.617 reliabel Administrasi Perpajakan X 3 0.801 reliabel Motivasi Tax Planning Y 0.919 reliabel Sumber: Lampiran 5 Berdasarkan tabel 4.14. menunjukkan bahwa variabel kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan, administrasi perpajakan dan motivasi tax planning mempunyai nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0.6, sehingga keempat variabel penelitian dinyatakan reliabel.

4.5. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Oleh karena itu dilakukan pengujian normalitas pada residual yang dihasilkan model regresi. Prosedur uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov . Jika nilai signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov 0.05 α=5, maka residual model regresi berdistribusi normal. Pengujian normalitas residual dilakukan dengan program SPSS 13.0. Berikut adalah hasil uji normalitas residual: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tabel 4.15. Hasil Uji Normalitas Unstandardized Residual Keterangan Kolmogorov Smirnov Z 0.882 Normal Nilai Signifikansi 0.418 Sumber: Lampiran 6 Berdasarkan Tabel 4.15. dapat diketahui bahwa nilai signifikan uji Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0.05 yaitu 0.418, maka disimpulkan bahwa residual model regresi berdistribusi normal.

4.6. Uji Asumsi Klasik

Untuk mengetahui apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model regresi yang menghasilkan estimator linier tidak bias terbaik, maka perlu dilakukan pengujian gejala penyimpangan asumsi model klasik. Asumsi klasik yang harus dipenuhi untuk mendapatkan model regresi yang baik adalah non multikolinieritas, nonheteroskedastisitas dan nonautokorelasi. Berikut akan dijelaskan hasil pengujian asumsi klasik menggunakan program SPSS 13.0.

4.6.1. Multikolinieritas

Multikolinieritas menunjukkan adanya hubungan linier sempurna antara variabel bebas dalam model regresi. Pendeteksian ada atau tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan VIF. Apabila nilai tolerance 0.10 dan nilai VIF 10, maka model regresi bebas dari multikolinieritas. Berikut adalah hasil uji multikolinieritas: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tabel 4.16. Hasil Uji Multikolinieritas Variabel Colinierity Statistics Keterangan Tolerance VIF Kebijakan Perpajakan X 1 0.657 1.521 non multikolinieritas Undang-Undang Perpajakan X 2 0.944 1.059 non multikolinieritas Administrasi Perpajakan X 3 0.699 1.430 non multikolinieritas Sumber: Lampiran 7 Berdasarkan tabel 4.16. menunjukkan bahwa nilai tolerance ketiga variabel bebas di atas angka 0.10, demikian pula nilai VIF semuanya di bawah angka 10, sehingga dapat dikatakan model regresi bebas dari multikolinieritas, dengan demikian asumsi nonmultikolinieritas terpenuhi.

4.6.2. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas menunjukkan adanya ketidaksamaan varian dari residual atas suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pendeteksian ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan metode korelasi Rank Spearman yaitu mengkorelasikan variabel bebas terhadap nilai residual. Jika korelasi Rank Spearman menghasilkan nilai signifikansi 0.05 α=5, maka disimpulkan dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Berikut adalah hasil uji heteroskedastisitas: Tabel 4.17. Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Bebas Korelasi Rank Spearman Signifikansi Keterangan Kebijakan Perpajakan X 1 0.141 0.442 non heteroskedastisitas Undang-Undang Perpajakan X 2 0.131 0.475 non heteroskedastisitas Administrasi Perpajakan X 3 0.166 0.363 non heteroskedastisitas Sumber : Lampiran 7 Tabel 4.17. menunjukkan bahwa nilai signifikansi korelasi Rank Spearman untuk variabel kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan dan administrasi perpajakan semuanya lebih besar dari 0,05 α=5, sehingga disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, dengan demikian asumsi nonheteroskedastisitas telah terpenuhi.

4.6.3. Autokorelasi

Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi hubungan antar pengamatan. Pendeteksian ada tidaknya autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson. Dengan ketentuan jika nilai Durbin-Watson terletak di antara nilai dU hingga 4-dU, maka tidak terjadi autokorelasi. Nilai dU yang diperoleh dari Tabel Durbin-Watson dengan n=32 dan k=3 jumlah variabel bebas adalah sebesar 1.65, sehingga didapatkan nilai 4-dU sebesar 2.35. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Dari hasil regresi diperoleh nilai Durbin-Watson sebagai berikut: Tabel 4.18. Hasil Uji Autokorelasi Nilai Durbin Watson Tabel Durbin Watson Keterangan dU 4 – dU 1.692 1.65 2.35 non autokorelasi Sumber: Lampiran 7 Tabel 4.18. menunjukkan nilai Durbin-Watson yang diperoleh dari hasil regresi adalah sebesar 1.692 terletak di antara nilai dU 1.65 dan nilai 4-dU 2.35, sehingga disimpulkan tidak terdapat autokorelasi pada model regresi, dengan demikian asumsi nonautokorelasi telah terpenuhi.

4.7. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis