Motivasi memiliki tiga komponen utama yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan yang merupakan segi pertama dari motivasi, timbul dalam diri
seseorang apabila ia merasa adanya kekurangan dalam dirinya. Kebutuhan timbul atau diciptakan apabila dirasakan adanya ketidakseimbangan antara apa yang
dimiliki, baik dalam artian fisiologis maupun psikologis. Usaha untuk mengatasi ketidakseimbangan biasanya akan menimbulkan
suatu dorongan. Dorongan merupakan usaha pemenuhan kekurangan secara terarah dan berorientasi pada tindakan tertentu yang secara sadar dilakukan oleh
seseorang. Dorongan dapat bersumber dari dalam diri seseorang dan dapat pula bersumber dari luar diri orang tersebut.
Dorongan yang berorientasi pada tindakan itulah yang sesungguhnya menjadi inti motivasi. Dengan demikian motivasi dapat diklasifikasikan menjadi
motivasi intristik dan motivasi ekstrinstik. Segi ketiga motivasi adalah tujuan. Dalam teori motivasi, tujuan adalah segala cara untuk memenuhi kebutuhan dan
mengurangi dorongan.
2.2.7.2. Definisi Motivasi Perencanaan Pajak
Motivasi perencanaan pajak berkaitan dengan dorongan keinginan dari dalam diri seseorang yang menimbulkan perilaku atau tindakan dalam bentuk
usaha-usaha mencari alternatif penghematan pajak yang tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, di mana
tujuannya agar dapat meminimalisasi beban atau kewajiban perpajakannya yang dibayarkan pada pemerintah.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Motivasi wajib pajak dalam melakukan perencanaan pajak selain karena dorongan dan keinginan dari dalam dirinya sendiri, dapat juga timbul akibat dari
faktor-faktor di luar dirinya seperti sikap pemerintah dan pengaruh teman. Motivasi yang mendasari dilakukannya tax planning, yaitu Suandy,
2006:11: •
Kebijakan perpajakan tax planning •
Undang-undang perpajakan tax law •
Administrasi perpajakan tax administration
2.2.7.2.1. Kebijakan Perpajakan Tax Planning
Pada saat ini, sistem pembayaran pajak yang berlaku di Indonesia dilandasi oleh sistem pemungutan di mana wajib pajak boleh menghitung,
memperhitungkan dan membayar sendiri besarnya pajak yang harus disetorkan self assesssment system. Sistem ini diberlakukan untuk memberikan
kepercayaan sebesar-besarnya kepada masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam menyetorkan pajaknya.
Self assessment system merupakan salah satu faktor yang dapat
memotivasi manajemen melakukan tax planning. Hal ini disebabkan, dalam self assessment system
para wajib pajak dapat merencanakan sendiri pajaknya dengan cara menghitung serta membayar sendiri pajaknya serta melakukan pembukuan.
Dengan adanya kepercayaan yang diberikan kepada wajib pajak, maka hal ini membuat wajib pajak termotivasi untuk merencanakan pajaknya.
Oleh karena diberlakukannya sistem tersebut, juga akan membuka peluang bagi manajer perusahaan untuk mengimplementasikan tax planning dalam
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pengendalian pemenuhan kewajiban perpajakan perusahaan. Berdasarkan Undang-Undang PPh No 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan pasal 17 ayat 1 huruf a, perusahaan yang memperoleh penghasilan kena pajak yang telah
dikenakan tarif tertinggi sebesar 25 dengan penghasilan di atas RP 500.000.000,00 dan pengenaan PPh badanya tidak final, diupayakan
seminimalkan mungkin memberikan kesejahteraan karyawan dalam bentuk natura dan kenikmatan karena pengeluaran ini tidak dapat dibebankan sebagai biaya.
Perusahaan yang badannya dikenakan pajak secara final, sebaiknya memberikan kesejahteraan karyawan dalam bentuk natura dan kenikmatan, karena pemberian
natura dan kenikmatan kepada karyawan tidak termasuk objek PPh Pasal 21, sedangkan pengeluaran untuk pemberian natura dan kenikmatan tersebut tidak
mempengaruhi besarnya PPh Badan, karena PPh Badan Final dihitung dari presentase atas penghasilan bruto sebelum dikurangi biaya-biaya. Apabila
perusahaan yang mengalami kerugian, maka pemberian natura dan kenikmatan akan menurunkan PPh Pasal 21 sementara PPh badan tetap nihil. Dengan
demikian, maka wajib pajak termotivasi untuk melakukan tax planning yang baik untuk pengendalian kewajiban perpajakan perusahaan Tanuwiardi, 2006.
Kebijakan perpajakan tax policy merupakan alternatif dari berbagai sasaran yang hendak dituju dalam sistem perpajakan dari berbagai aspek
kebijaksanaan pajak, berikut akan diuraikan faktor-faktor yang mendorong dilakukannya suatu perencanaan pajak yaitu Suandy, 2006:12:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
a. Pajak yang akan dipungut
Di dalam sistem perpajakan ada berbagai tipe pajak yang harus menjadi pertimbangan utama baik berupa pajak langsung maupun pajak tidak
langsung dan cukai seperti: 1
Pajak penghasilan badan dan perseorangan 2
Pajak atas capital gains 3
With holding tax atas gaji, dividen, sewa, bunga, royalty, dan lain-lain 4
Pajak atas impor, ekspor, serta bea masuk 5
Pajak atas undian hadiah 6
Bea materai 7
Capital transfer taxes transfer duties 8
Business licence dan trade taxes lainnya Terdapat berbagai kewajiban jenis pajak yang harus dibayar di mana
masing-masing jenis pajak tersebut mempunyai sifat perlakuan pajak sendiri- sendiri. Hal ini membuat wajib pajak termotivasi untuk melakukan perencanaan
pajak agar jumlah pajak yang harus dibayarkan menjadi lebih kecil. Pajak penghasilan adalah pajak atas laba yang dapat mengurangi besarnya penghasilan
bersih. Maka diperlukan perencanaan pajak yang baik untuk bisa menganalisis atas transaksi apa akan terkena pajak yang mana dan berapa dana yang diperlukan,
sehingga dapat meminimalisasi beban pajak dari wajib pajak. Misalnya bea masuk dianggap sebagai biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan kena pajak atau bisa dimintakan restitusi apabila kita melakukan ekspor barang, sedangkan pajak penghasilan adalah pajak atas laba atau
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
penghasilan kena pajak yang dapat mengurangi besarnya penghasilan bersih setelah pajak. Maka agar tidak mengganggu atau tidak memberatkan arus kas
perusahaan, diperlukan perencanaan pajak yang baik untuk bisa menganalisis atas transaksi apa akan terkena pajak yang mana dan berapa dana yang diperlukan,
sehingga dapat diketahui berapa penghasilan bersih setelah pajak Suandy, 2006:12.
a. Siapa yang akan dijadikan subjek pajak?
Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut the classical system
di mana ada pemisahan antara wajib pajak badan dengan wajib pajak orang pribadi.
Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut the classical system
di mana ada pemisahan antara badan usaha dengan pribadi pemiliknya yang akan menimbulkan pajak ganda.
Adanya perbedaan perlakuan perpajakan atas pembayaran dividen badan usaha kepada pemegang saham perseorangan dan kepada pemegang saham
berbentuk badan usaha menyebabkan timbulnya usaha untuk merencanakan pajak dengan baik agar beban pajak rendah sehingga
sumber daya perusahaan bisa dimanfaatkan untuk tujuan yang lain. Di samping itu, ada pertimbangan untuk menunda pembayaran dividen
dengan cara meningkatkan jumlah laba yang ditahan bagi perusahaan yang juga akan menimbulkan penundaan pembayaran pajak.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
b. Apa saja yang merupakan objek pajak?
Yang merupakan objek pajak adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun di luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menembah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan bentuk apapun. Adanya perlakuan perpajakan yang berbeda atas objek pajak yang secara
ekonomis hakikatnya sama akan menimbulkan usaha perencanaan pajak agar beban pajaknya rendah.
c. Berapa besarnya tarif pajak?
Adanya tarif yang diterapkan di Indonesia mengakibatkan seorang perencanaan pajak akan berusaha sedapat mungkin dikenakan tarif yang
paling rendah. Menurut Barry Bracewell dan Milnes 1980:
“The heavier the burden, the dtoner the movite and the wider the scope for tax avoidance, since the taxpayer may avoid the higher rates of tax while
still remaining liae to the lower”.
d. Bagaimana prosedurnya?
Adanya self assessment system dan payment system mengharuskan seseorang perencanaan pajak yang merencanakan pajak dengan baik.
Sistem pembayaran pajak yang berlaku di Indonesia makin ditingkatkan penerapannya. Hal ini di samping mengganggu arus kas perusahaan juga
biasa mengakibatkan kelebihan pembayaran atas pemungutan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.7.2.2. Undang-Undang Perpajakan Tax Law
Undang-undang perpajakan adalah kumpulan peraturan-peraturan yang mengatur masalah perpajakan. Pada kenyataannya di manapun tidak ada undang-
undang yang mengatur setiap permasalahan secara sempurna, maka dalam pelaksanaanya selalu diikuti oleh ketentuan ketentuan lain peraturan pemerintah,
keputusan presiden, keputusan menteri keuangan, dan keputusan direktur jenderal pajak, maka tidak jarang ketentuan pelaksana tersebut bertentangan dengan
undang-undang itu sendiri karena disesuaikan dengan kepentingan pembuat kebijaksanaan dalam mencapai tujuan lain yang ingin dicapainya Suandy,
2006:13 Seperti diketahui, tax planning merupakan suatu proses yang mendeteksi
cacat teoritis dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersebut. Melaksanakan tax planning dengan memanfaatkan celah-celah dari peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Keadaan ini menyebabkan munculnya celah bagi wajib pajak untuk menganalisis dengan cermat atas kesempatan tersebut
untuk digunakan merencanakan pajak yang baik. Wajib pajak dapat mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajaknya Tanuwiardi: 2006.
Beberapa undang-undang yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tax planning
yakni: 1.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
3. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang
Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah. Undang-undang tersebut merupakan suatu dasar bagi wajib pajak maupun
pengusaha kena pajak untuk mengetahui hal-hal apa saja yang sudah diatur dalam undang-undang sehingga kita dapat melaksanakan tax planning tanpa
melanggar undang-undang perpajakan.
2.2.7.2.2.1. Implemantasi Tax Planning yang Sesuai dengan Undang- Undangan Perpajakan Tax Law
Berdasarkan Undang-Undang PPh No 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan,
bahwa tax planning dapat dilakukan pada saat awal mendirikan usaha dengan cara memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur dalam undang-undang. Dalam pemilihan
lokasi yang didirikan wajib pajak harus cermat. Hal ini disebabkan, adanya lokasi- lokasi usaha tertentu yang memperoleh fasilitas yang lebih dibanding dengan
lokasi kawasan lainya. Apabila wajib pajak ingin mendapatkan fasilitas yang diberikan pemerintah maka wajib pajak dapat memilih lokasi usaha yang tertentu,
misalnya di Indonesia bagian timur. Dengan mendirikan usaha di daerah tersebut, maka wajib pajak dapat memperoleh banyak pengurangan pajak penghasilan. Di
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
samping itu sesuai dengan pasal 11 dalam Undang-Undang PPh No 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan maka akan diberikan fasilitas seperti penyusutan
dan amortisasi yang dipercepat, kompensasi kerugian yang lebih lama dari seharusnya. Dengan demikian, wajib pajak termotivasi untuk melakukan tax
planning dengan cara memanfaatkan celah-celah yang ada dalam undang-undang
Tanuwiardi, 2006. Fasilitas PPh pada kawasan berikat, dipungutnya atas PPh pasal 22 dalam
Undang-Undang PPh No 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan mengenai impor memang tidak terlalu berpengaruh terhadap besarnya PPh terhutang, tetapi
dengan tidak dihitungnya PPh pasal 22 impor, bila dihitung secara future value, hal itu berdampak penghematan pajak. Misalnya PT Awangawang yang berlokasi
di kawasan berikat tahun 2010 mengimpor bahan yang seharusnya dipungut PPh pasal 22 Impor, sebesar Rp 300.000.000,00 tersebut seharusnya dibayar setiap
bulan saat penebusan barang atau bahan impor. Dengan adanya fasilitas tidak dipungut PPh 22 impor maka besarnya PPh pasal 22 impor tersebut dibayar pada
saat pelaporan PPh tahunan, yaitu dalam komponen terhutang yang harus dibayar pada tanggal 25 maret 2011. Jika dihitung tingkat bunga 1 per bulan, maka
besarnya PPh yang dapat dihemat adalah sebesar Rp 26.669.888,00 atau sebesar 8,8 tentu saja bukan merupakan pengurangan PPh terutang, tetapi berupa
penghasilan apabila PPh tersebut pembayarannya ditunda, dan dengan memperhitungkan adanya bunga sebesar 1 tersebut Muljono, 2009:93.
Fasilitas tidak dipungut PPn, sesuai dengan pasal 16B dalam Undang- Undang PPh No 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan nilai Barang dan Jasa
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, fasilitas tidak dipungut PPn yang diberikan atas pengadaan barang oleh bendaharawan pemerintah adalah:
1. Dengan nilai dibawah Rp 1.000.000,00
2. Impor dan penyerahan barang tertentu
3. Penyerahan di kawasan berikat
4. Penyerahan oleh EPTE pat
5. Kemudian impor untuk tujan ekspor
Penjualan barang kepada bendaharawan pemerintah akan dipungut PPn 10 dan PPh pasal 22 sebesar 1,5. Pemungutan PPn oleh bendaharawan
pemerintah ini memang menyalahi sistem karena sebetulnya yang harus memungut PPn adalah penjual tetapi daam hal ini dilakukan oleh pembeli.
Walupun PPn yang diungut oleh bendaharawan tersebut pada akhirnya diminta kembali, tetap pengusaha tentu cenderung memilih untuk tidak dipungut PPn, agar
atas penjualan produknya itu bisa mendapatkan pembayaran penuh. Yang kedua, pengusaha tidak perlu melalui prosedur restitusi untuk meminta kembali PPn yang
telah dipungut oleh bendaharawan. Fasilitas tidak dipungut PPn ini sering sekali dimanfaatkan pengusaha, yang baik secara sengaja ataupun tidak sengaja, tidak
dipungutnya PPn ini diperuntukan pada transaksi pengadaan barang sampai dengan Rp 1.000.000,00 yang atas transaksinya secara tidak dipecah-pecah.
Dalam arti kalau anggaran untuk pengadaan barang tertentu lebih dari Rp1.000.000,00, seharusnya pengusaha menolak untuk menjual barangnya dalam
waktu yang sama dengan nilai setiap faktur kurang dari Rp 1.000.000,00
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
sedangkan jumlah keseluruhan faktur lebih dari RP 1.000.000,00 Muljono, 2009:82.
Hasil suatu tax planning bisa dikatakan baik atau tidak tergantung dengan apa yang kita lakukan dan semua itu harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Kadang-kadang suatu rencana harus diubah mengingat adanya peraturan perundang-undangan. Tindakan perubahan tersebut harus tetap dijalankan
walaupun diperlukan penambahan biaya kemungkinan keberhasilannya sangat kecil. Sepanjang masih besar penghematan pajak yang biasa diperoleh rencana
tersebut harus tetap dijalankan, karena bagaimanapun juga kerugian yang ditanggung merupakan kerugian minimal. Meskipun suatu tax planning sudah
dijalankan dan proyek sudah berjalan, masih perlu memperimbangkan setiap perubahan yang terjadi termasuk perubahan undang-undang Tanuwiardi, 2006.
2.2.7.2.3. Administrasi perpajakan Tax Administration
Indonesia merupakan negara dengan wilayah luas dan jumlah penduduk yang banyak. Sebagai negara berkembang developing country masih mengalami
kesulitan dalam melaksanakan administrasi perpajakan secara memadai proper. Hal ini mendorong perusahaan untuk melaksanakan perencanaan pajak dengan
baik agar terhindar dari sanksi administrasi maupun pidana karena adanya penafsiran antara aparat fiskus dengan wajib pajak akibat luasnya peraturan
perpajakan yang berlaku dan sistem informasi yang masih belum efektif Suandy, 2006:13.
Aspek Administratif dari kewajiban perpajakan meliputi kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP dan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pengukuhan Pengusaha Kena Pajak PKP, menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, membayar pajak, menyapaikan surat pemberitahuan SPT di samping
memotong atau memungut pajak Suandy, 2006:9.
2.3. Pengertian Industri
Pengertian industri bila mengacu pada Pasal 1 Undang-Undang No. 8 pada Peraturan Daerah Kota Surabaya nomor 3 tahun 2002 dan Peraturan Walikota
Surabaya nomor 31 tahun 2006 tentang retribusi pelayanan di bidang perindustrian, perdagangan dan penanaman modal serta tata cara pelayanan di
bidang perindustrian dan perdagangan. Menyatakan bahwa industri merupakan kegiatan ekonomi yang mengolah
bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi menjadi barang yang lebih nilainya termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Tujuan
utama dari suatu kegiatan industri adalah menambah kegunaan utility suatu barang atau benda yang dilakukan perusahaan industri.
Sadli 1979 menyatakan industri adalah merupakan kumpulan dari perusahaan yang memproduksi barang, sedangkan Winardi 1980 berpendapat
bahwa industri sebagai usaha produktif terutama dalam bidang produksi atau perusahaan-perusahaan, misalnya transportasi dan perhubungan yang
menggunakan modal tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Pengertian perusahaan industri menurut Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Surabaya yang berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Surabaya nomor 3 tahun 2002 dan Peraturan Walikota nomor 31 tahun 2006
dalam Widyanto, 2009 merupakan usaha kesatuan produksi yang terletak pada
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.