3. Industri Kecil
Industri kecil adalah perusahaan industri yang dapat diklasifikasikan ke dalam perusahaan kecil jika nilai investasi modal untuk membeli peralatan dan
mesin-mesin berkisar antara Rp 50 Juta sampai Rp 200 Juta dan pemilik usaha adalah warga negara Indonesia, sedangkan jumlah tenaga kerja yang dipakai
berkisar antara 5 orang sampai 19 orang.
2.3.1. Pilihan Usaha Bidang Idustri
Kegiatan usaha yang termasuk bidang industri mempunyai berbagai perlakukan khusus dalam bidang perpajakan. Perlakukan khusus tersebut
memungkunkan untuk menjadi alternatif pilihan bagi kegiatan usaha industri yang menarik bagi wajib pajak. Memang pilihan wajib pajak untuk berusaha pada
bidang industri tertentu sangat tergantung pada kemampuan mengelola bidang indutri tersebut. Namun demikian perbedaan perlakuan perpajakan pada bidang
industri juga memungkinkan wajib pajak untuk melakukan diversifikasi atau sekedar sebagai pembanding usaha Muljono, 2009:40.
Wajib pajak industri perlu mempertimbangkan perlakuan perpajakan yang diterapkan pada masing-masing kegiatan industri, yaitu:
1. Pertimbangan PPh
2. Pertimbangan PPn
2.3.1.1. Pertimbangan Pengenaan PPh Bidang Industri
Dalam ketentuan PPh bidang industri, untuk perhitungan PPh terutang pada akhir tahun untuk semua jenis kegiatan industri tidak dibedakan, tidak
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
terdapat perlakuan khusus, baik dalam pengakuan penghasilan maupun biaya. Apabila memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban pemungutan
PPh maka akan didapatkan berbagai perbedaan. Pemungutan PPh yang dilakukan oleh industri adalah berkaitan dengan PPh pasal 22 atas penjualan produknya. PPh
pasal 22 yang dipungut itu memang menjadi beban bagi pembeli sebagai distributor atau lainnya. Namun dengan adanya beban PPh 22 pada pembeli,
sehingga hal itu juga berdampak pada penjual. Tidak semua kegiatan industri dibebani kewajiban memungut PPh 22.
Kewajiban pemungutan PPh 22 ini hanya diberikan kepada pabrikan yang berbentuk badan usaha. Besarnya Tarif Serta Perlakukan PPh 22 atas kegiatan
industri. Apabila wajib pajak mempunyai penghasilan kena pajak sebesar 10 dari DPP dan tarif PPh sebesar 15 maka besarnya PPh terutang adalah 3 dari
DPP. Pemungutan PPh 22 yang tidak final tersebut kalau di kreditkan masih akan kurang jika dibandingkan dengan yang akan terutang.
Namun demikian kalau pungutan PPh 22 tersebut bersifat final maka PPh tersebut bukan merupakan kredit pajak dan bukan merupakan biaya, sedangkan
terhadap penghasilan distributor tersebut masih akan tetap terhutang PPh. dengan adanya hal ini, yang harus diperhatikan bagi pengusaha adalah bagaimana
menyikapi ketentuan tersebut agar usahanya dapat tetap eksis Muljono, 2009:40
.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.3.1.2. Pertimbangan Pengenaan PPn Bidang Industri
Pengenaan PPn produk industri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1. Dasar pengenaan dan tarifnya
2. Cara pelunasan
Dasar pengenaan dan tarif PPn pada industri umumnya adalah sebesar 10 dari DPP, atau tidak berbeda dengan yang lain. Hanya saja untuk industri
tertentu tidak mempergunakan dasar dan tarif itu. Untuk industri rokok mempergunakan dasar harga bandrol dan tarif 8,4; atau kalau menggunakan
perhitungan sebelumnya maka PPn Rokok adalah 11,9 dari DPP. Industri rekaman gambar dan suara walaupun tarifnya sama, 10, tetapi menggunakan
dasar harga rata-rata yang ditentukan oleh pemerintah. Harga rata-rata yang ditentukan pemerintah tersebut membuat harga menjadi standar. Tentu saja yang
punya harga lebih tinggi dari rata-rata akan diuntungkan, tetapi yang lebih rendah akan dirugikan. Demikian harga jual rata-rata tersebut pasti lebih tinggi dari DPP,
karena harga jual adalah inklusif PPn. Sedangkan untuk kegiatan industri lainnya, besarnya PPn adalah sebesar
10 dari DPP. Dengan perbandingan tersebut akan tampak bahwa besarnya PPn 10 dari DPP pada industri merupakan perhitungan PPn yang paling rendah
dibanding cara lainnya. Cara pelunasan PPn pada umumnya melalui mekanisme PKPM namun pada industri tertentu pelunasannya melibatkan Ditjen Bea Cukai,
karena berkaitan dengan kegiatan cukai maupun bea masuk, seperti untuk rokok, rekaman suara atau gambar dan juga impor. Berbeda dengan industri umumnya
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
yang pelunasan PPn-nya dilakukan setelah produk terjual, untuk industri rokok, industri rekaman gambar dan suara, pelunasan PPn dilakukan pada saat penebusan
bea cukai, walau produknya belum terjual. Bagi wajib pajak industri, untuk cara pelunasan PPn tidak ada pilihan,
yaitu memakai PKPM, termasuk juga tidak ada pilihan penggunaan DPP. Untuk itu pertimbangan perlakuan PPn pada industri lebih terkait dengan kena PPn atau
tidak. Cara paling menguntungkan dalam pembayaran PPn pada industri adalah dengan mempergunakan mekanisme PKPM yang dilakukan setelah produk terjual
Muljono,2009:41.
2.4. Teori-teori yang digunakan dalam Penelitian