Logika SARANA BERPIKIR ILMIAH

106 Dengan inderanya penglihatan, pendengaran, pen- cecapan, penciuman, perasa manusia melakukan pengamatan dan penyelidikan dengan teliti dan cermat. Selain mengamati hal-hal yang telah tersedia dan terbuka, manusia juga terdorong untuk menguak hal-hal yang masih gelap dengan menggunakan penerangan, serta meng- ungkap hal-hal yang masih tertutup dengan menguak dan membongkarnya. Dalam rangka memperoleh pengertian dengan jelas dan benar tidak salah tentang suatu hal, pertama-tama manusia perlu memperoleh pemahaman atau pengertian, yaitu mengidentifikasikan hal-hal yang diamati dan ditemukannnya, memilah-milah unsur-unsur yang dapat dimasukkan sebagai isi pengertian dari hal yang dimaksudkan serta menyingkirkan unsur-unsur yang tidak dapat dimasukkannya. Misalkan: terkait dengan identitas pengertian “segi-empat” dapat memasukkan unsur-unsur yang menjadi isi dari pengertian tersebut, yaitu: gambar datar, memiliki empat sisi. Dengan menentukan dan meng- abstraksikan identitas pengertian tentang suatu hal, kita dapat memiliki gambaran dalam pikiran tentang unsur- unsur yang menjadi isi dari pengertian tersebut, serta dapat menentukan lingkup pengertian yang menjangkau hal-hal yang dimaksudkan. Lingkup penger tian tentang “segi- empat” dapat mencakup: segala segi empat, empat persegi panjang, empat persegi, jajaran genjang, belah ketupat, bujur sangkar. Pengertian yang disimbolkan dengan kata merupa- kan elemen dari kegiatan berpikir. Selanjutnya kegiatan berpikir melakukan penyelidikan terhadap hubungan- hubungan identitas dari pengertian-pengertian yang telah diperolehnya. Lebih lanjut penalaran pemikiran manusia melakukan kegiatan menyatukan atau memisahkan ber- bagai pengertian, mengakui atau memungkiri suatu hal dari hal lainnya. Dan kegiatan berpikir tersebut diwujudkan dengan membuat kalimat keputusan. Suatu kalimat kepu- tusan proposisi pada dasarnya memiliki 3 unsur, yaitu: Subyek S, Predikat P, dan Kata Penghubung. 107 Dalam kalimat keputusan, pengertian-penngertian sebagai S atau P yang dihubungkan diafirmasi atau dipisahkan dinegasi satu sama lain dinamakan term. Term-term, sebagai pengertian yang digunakan dalam kalimat keputusan, memiliki arti, isi pengertian, serta lingkup pengertian. Berdasarkan lingkup cakupannya, term dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: term singular menunjuk pada satu individuhal tertentu, term parti- kular menunjuk pada sebagian dari seluruh jangkauan hal yang dimaksud, dan term universal menunjuk pada seluruh lingkup cakupan, tanpa ada yang dikecualikan. Berdasarkan lingkup cakupan S Subyek, kalimat keputusan dapat digolongkan menjadi: kalimat singular jika Subyeknya dalam term singular, atau jika Predikat diakuidiungkiri hanya terhadap satu baranggolongan yang ditunjuk dengan tegas, kalimat partikular jika Subyeknya adalah term partikular, atau jika Predikat diakuidiungkiri terhadap sebagian dari seluruh Subyek, dan kalimat universal jika Subyek term universal, atau jika Predikat diakuidiungkiri terhadap seluruh ekstensi Subyek. Berdasarkan kuantitas dan kualitas kalimat, kalimat keputusan dapat digolongkan menjadi: Kalimat A Affirmatif universal atau Affirmatif singular, Kalimat E Negatif universal atau Negatif singular, Kalimat I Affirmatif particular, dan Kalimat O Negatif partikular Sumaryono, 1999: 59-62. Setelah melakukan identifikasi, pengambilan kepu- tusan, selanjut akan dijelaskan bagaimana penalaran melakukan kegiatan pengambilan kesimpulan dengan cara menghubungkan antara keputusan yang satu dengan keputusan lainnya. Penyimpulan adalah salah satu bentuk pemikiran yang dilakukan manusia, yaitu usaha memper- oleh pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan-pengeta- huan yang telah ada. Dalam kegiatan penalaran logika, kalimat keputusan yang memuat pengetahuan yang digunakan sebagai pangkal dalam kegiatan pengambilan kesimpulan untuk memperoleh pengetahuan baru disebut premis atau antecedens. Sedangkan pengetahuan baru 108 yang menjadi kesimpulannya, disebut kesimpulan atau conclusion, consequence. Dalam keputusan, kita hanya menyatakan suatu kenyataan yang kita lihat, yang kita alami, yang harus kita terima karena memang begitu adanya; kita belum menemukan di situ hubungan logis, tapi melulu melihat kenyataannya demikian, dan menerima atau menolaknya. Hubungan logis mengandaikan dua atau lebih pengetahuan yang telah kita miliki, yang telah jadi isi pikiran kita, telah jadi pengertian kita, selanjutnya dicari hubungannya untuk menghasilkan kesimpulan sebagai pengetahuan baru. Dengan langkah membangun pengertian konsep, selanjutnya menghubungkan pengertian-pengertian dalam suatu kalimat keputusan, dan selanjutnya menyusun keputusan-keputusan sebagai premis-premis dalam suatu silogisme, ternyata manusia mampu merangkai pengertian- pengertian yang semakin luas, semakin mendalam, semakin kompleks dalam suatu rangkaian pemahaman yang sistematis tentang berbagai hal yang dihadapinya. Inilah cara manusia membangun tubuh pengetahuan dalam perjalanan hidupnya.

C. Bahasa

Keunikan manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa. Tanpa mempunyai kemam- puan berbahasa, maka kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dilakukan. Lebih lanjut, tanpa kemampuan berbahasa maka manusia tak mungkin mengembangkan kebudayaannya, sebab tanpa mempunyai bahasa maka hilang pulalah kemampuan untuk menyimpan dan meneruskan nilai-nilai budaya dari generasi yang satu kepada generasi selanjutnya. Tanpa bahasa, manusia tak berbeda dengan anjing atau monyet. 109 Manusia dapat berpikir dengan baik karena dia mempunyai bahasa. Tanpa bahasa maka manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dan abstrak seperti apa yang kita lakukan dalam kegiatan ilmiah. Tanpa bahasa maka kita tak dapat mengkomunikasikan pengetahuan kita kepada orang lain. Binatang tidak dikaruniai bahasa yang sempurna sebagaimana kita miliki, oleh sebab itu maka binatang tidak dapat berpikir dengan baik dan mengaku- mulasikan pengetahuannya lewat proses komunikasi seperti kita mengembangkan ilmu. Bahasa memungkinkan