Tujuan Kegiatan Ilmiah OBYEK DAN TUJUAN
93
menghasilkan jawaban atau pemecahan yang dapat diandalkan. Mencari jawaban terhadap persoalan per-
tanyaan sebenarnya mencari penjelasan, mencari kete- rangan. Persoalanpertanyaan akan muncul pada saat
menghadapi hal-hal atau gejala-gejala yang mengherankan, yang belum dapat diterima dalam akal-pikir. Hal-hal atau
gejala-gejala tersebut dirasa belum terungkap keseluruhan- nya secara penuh, masih gelap, masih kabur, terasa masih
ada yang menutupinya. Maka agar hal-hal atau gejala- gejala tersebut nampak keseluruhannya secara lengkap
dan jelas, perlu adanya usaha untuk memberi penerangan atau penjelasan, dengan menguak tabir rahasia yang
mungkin masih menyelimutinya, menguak kabut yang mengkin masih mengaburkan pemahaman.
Dan setelah adanya penjelasan atau keterangan yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan yang pada
intinya memang membutuhkan penerangan atau penjelas- an, diharapkan orang dapat menerima hal-hal atau gejala-
gejala tersebut di akal-pikiranya sebagai yang tidak aneh atau asing lagi, tetapi sebagai yang sesungguhnya dirasa
sebagai yang wajar dan dapat diterima akal dalam realitas kehidupan sehari-hari. Kita berusaha memperoleh pema-
haman yang semakin jelas terang mengenai bagian-bagi- an dari hal yang diselidikinya serta hubungan antara
bagian-bagian tersebut maupun dengan bagian-bagian lainnya.
Dengan tiadanya selimut yang menutupi serta kabut yang mengaburkan, diharap hal-hal atau gejala-gejala yang
tadinya masih kabur, dianggap aneh dan tidak biasa, sete- lah akal-budi memperoleh penjelasan, memperoleh pence-
rahan, diharapkan akal-budi mampu menangkap hal-hal atau gejala-gejala tersebut nampak jelas, nampak sebagai-
mana adanya, sehingga tidak memiliki penangkapan yang keliru terhadap hal-hal atau gejala-gejala tersebut. Dan
dengan demikian diharap menghasilkan kebenaran jawab- an sebagai pengetahuan yang semakin dapat diandalkan,
serta dapat dijadikan dasar bagi berbagai pemecahan masalah terkait dalam perjalanan kehidupan kita.
94
Dan dalam perkembangan selanjutnya tentu saja kita juga terdorong untuk memperoleh penjelasan semakin
mendalam, serta semakin meluas dalam kaitannya dengan yang lain-lainnya. Sehingga alam semesta serta kehidupan
yang tadinya masih tertutup, masih gelap, masih remang- remang serta tidak jelas bagian-bagiannya yang berada di
dalamnya, juga tidak jelas hubungannya satu sama lain, diharap kita semakin dapat menguak rahasia alam semesta
dan kehidupan ini serta memperoleh kejelasan tentang isi atau bagian-bagian dari alam semesta dan kehidupan ini,
serta semakin memperoleh kejelasan tentang hubungan- hubungannya satu sama lain. Dengan pemahaman yang
semakin jelas, semakin mendalam dan semakin meluas, serta semakin memiliki kebenaran yang dapat diandalkan,
kita berharap dapat menjawab berbagai persoalan serta mengatasi memecahkan berbagai masalah yang kita
hadapi. Dan dengan kemampuan mengatasi berbagai masa- lah yang ada, tentu saja itu berarti kita semakin mampu
mengatasi berbagai rintangan hambatan untuk dapat mengelola alam semesta seisinya ini demi kepentingan
hidup kita. D. Macam-macam Hasil Kegiatan Ilmiah
Dari penjelasan tentang obyek, proses, serta tujuan kegiatan ilmiah tersebut di atas, dapatlah kita peroleh
keterangan bahwa kegiatan ilmiah pada umumnya diharap- kan menghasilkan pengetahuan ilmiah yang merupakan
tujuannya. Selain pengetahuan ilmiah merupakan salah satu tingkat pengetahuan yang diharapkan dapat mem-
berikan penjelasan yang dapat diandalkan, mungkin ada baiknya kita melihat lebih rinci beberapa ciri dari pengeta-
huan ilmiah sebagai hasil dari kegiatan ilmiah yang diharapkan.
Ciri pengenal pertama dari pengetahuan ilmiah adalah bahwa pengetahuan tersebut bersifat umum. Apa-
kah pengetahuan itu dianggap layak atau tidak sebagai
95
pengetahuan ilmiah tidaklah tergantung pada faktor-faktor subyektif. Meskipun orang dapat berbeda pendapat menge-
nai masalah apakah sesuatu teori tertentu sudah cukup dasar pembenarannya untuk diterima, namun mengenai
dapat diterimanya suatu teori, tidaklah boleh ditentukan berdasarkan, misalnya: atas kesesuaiannya dengan ajaran
agama atau dengan ajaran politik tertentu, atau karena sejumlah hasil penyelidikan ilmiah tertentu secara
subyektif dianggap lebih menarik.
Kiranya tidak dapat diingkari bahwa ada hubungan yang saling mempengaruhi antara sarana-sarana yang
digunakan untuk memperoleh pengetahuan tersebut di satu pihak, dengan kadar pengetahuan ilmiah di pihak lain.
Meskipun faktor-faktor yang berada di luar ilmu pengetahuan juga ikut berpengaruh, namun faktor-faktor
tersebut harus diupayakan agar tidak menghentikan pengembangan ilmu pengetahuan secara mandiri. Menurut
pendirian modern, ilmu pengetahuan dipandang mem- punyai kedudukan autonomos mandiri dalam usaha
memperkembangkan norma-
norma “ilmiah” bagi dirinya sendiri. Pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan atas
keyakinan di bidang etik-keagamaan, kemanfaatan bagi masyarakat, keuntungan ekonomi, kegunaan politik, dan
sebagainya, tidak boleh mempengaruhinya. Ini berarti pengakuan bahwa usaha mencapai pengetahuan ilmiah itu
sendiri sudah dipandang berharga.
Pengetahuan ilmiah merupakan pengetahuan yang mempunyai dasar pembenaran. Segenap pengaturan cara
kerja ilmiah diarahkan untuk memperoleh derajat kepastian yang sebesar mungkin. Setiap pernyataan ilmiah
harus disertai dasar-dasar pembenarannya. Pernyataan- pernyataan tersebut haruslah didasarkan atas pemaham-
an-pemahaman yang dapat dibenarkan secara apriori melalui penalaran, dan juga didasarkan atas hasil-hasil
penemuan secara empirik serta telah dikaji secara ilmiah secukupnya. Dan dengan demikian diharapkan orang dapat
melakukan verifikasi serta pembenaran terhadap isi pengetahuan tersebut.
96
Pengetahuan ilmiah bersifat sistematik. Terdapat sistem baik di dalam susunan pengetahuan maupun di
dalam cara memperoleh pengetahuan tersebut. Penyelidik- an ilmiah tidak akan membatasi diri hanya pada satu
bahan keterangan, melainkan senantiasa meletakkan hubungan antara sejumlah bahan keterangan, dan berusa-
ha agar hubungan-hubungan tersebut dapat merupakan suatu kebulatan. Sedapat mungkin perlu diusahakan
meletakkan hubungan yang bersifat sistematik secara horisontal di antara berbagai bidang penyelidikan, isi
pengetahuan serta lapangan-lapangan obyek. Hubungan yang bersifat vertikal diusahakan dengan jalan saling
mempertemukan seruntut mungkin berbagai langkah penyelidikan ilmiah, tahapan-tahapan yang berurutan dari
pemikiran analitik serta interpretatif, dan juga berbagai pertanggungjawaban serta penjelasan ilmiah.
Sifat intersubyektif
dari pengetahuan
ilmiah berhubungan dengan dua ciri yang telah disebut di depan.
Kepastian pengetahuan ilmiah tidaklah didasarkan atas intuisi-intuisi serta pemahaman-pemahaman perorangan
yang bersifat subyektif, melainkan dijamin oleh sistemnya itu sendiri. Subyek penyelenggaraan pengetahuan ilmiah
itu memang tetap harus ada, tetapi hendaknya diusahakan sedapat mungkin agar dapat digantikan kedudukannya
oleh manusia-manusia lain. Dalam penyelenggaraan pengetahuan ilmiah, sifat-sifat pribadi serta perorangan
yang dipunyai subyek dengan sendirinya menjadi tidak relevan. Yang penting, subyek harus memenuhi sejumlah
syarat tertentu, yaitu: derajat kecerdasan, kemampuan untuk berpikir secara akali dan secara kritik, pengetahuan
yang luas mengenai penyusunan pengertian dan mengenai teknik-teknik penyelidikan, dan sebagainya. Setiap subyek
pelaku kegiatan ilmiah dapat digantikan kedudukannya oleh sembarang subyek yang lain, yang memiliki
pembawaan, perhatian, kecerdasan akal serta pendidikan pendahuluan yang memadai. Dan dengan melepaskan
penyelenggaraan ilmu dari subyek perorangan, pengeta- huan ilmiah memperoleh sifatnya yang umum. Penyelidikan
97
ilmiah memang harus dilakukan dan disajikan sedemikian rupa, sehingga di dalam setiap bagiannya dan di dalam
hubungan yang menyeluruh, dapat ditanggapi oleh para ilmuwan lain yang sama bidang keahliannya. Dan terhadap
hasil-hasil penyelidikan ilmiah, haruslah dimungkinkan adanya kesepakatan yang bersifat intersubyektif.
Pada umumnya dalam kegiatan ilmiah orang berusaha untuk memenuhi seluruh tolok ukur keilmiahan
tersebut di atas, sehingga kegiatan ilmiah tersebut memang menghasilkan pengetahuan ilmiah yang memang menjadi
tujuannya. Namun bila kita melihat dalam pelaksanaannya, ternyata tujuan umum yang hendak dicapai oleh kegiatan
ilmiah tersebut dapat dipecah-pecah menjadi berbagai tujuan khusus. Dan dari berbagai macam kegiatan ilmiah,
dapatlah kita temukan beraneka ragam hasil pengetahuan ilmiah.
Berdasar obyek material maupun obyek formal yang menjadi sasaran atau bidang kajian dari kegiatan ilmiah,
kiranya kita dapat membedakan hasil dari kegiatan ilmiah tersebut antara lain: ilmu pengetahuan alam, ilmu
pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan budaya, ilmu pengetahuan bahasa, ilmu pengetahuan hewan, ilmu
pengetahuan logam, ilmu pengetahuan kelautan. Dan berdasar bidang kajian yang cukup luas tersebut, dapat
dilakukan penyelidikan-penyelidikan mengenai bidang- bidang yang lebih sempit atau khusus, dan tentu saja akan
menghasilkan pengetahuan ilmiah yang lebih specifik, misalnya: dari ilmu pengetahuan alam dabat dibahas
unsur-unsur serta kegiatan alam alam lebih khusus, sehingga muncul ilmu pengetahuan kelistrikan, ilmu
pengetahuan tentang gerak mekanika, ilmu pengetahuan logam, ilmu pengetahuan tentang zat cair hydrologi; dari
ilmu pengetahuan bahasa dapat diusahakan pembahasan lebih khusus menjadi etimologi, leksikologi, fonologi.Bila
berdasar pada hasrat manusia dalam mengusahakan kegiatan ilmiah, yaitu hasrat sekedar mengetahui dan
hasrat untuk berbuat, maka hasil dari kegiatan ilmiah yang
98
diharapkannya dapat berupa ilmu pengetahuan teoritis dan ilmu pengetahuan praktis.
Bila didasarkan pada berbagai macam pertanyaan yang muncul dalam kegiatan ilmiah tersebut tentu saja juga
akan menghasilkan berbagai jenis ilmu pengetahuan. Ada berbagai macam pertanyaan yang dapat dimunculkan
terhadap alam semesta seisinya termasuk kehidupan manusia, misalnya: mempertanyakan identitas serta
gambaran suatu hal, mempertanyakan cara kerja serta hubungan antar bagian-bagiannya maupun dengan hal
yang lain, mempertanyakan penyebab suatu kejadian atau peristiwa, mempertanyakan suatu kebiasaan serta keajegan
yang berlangsung mengenai suatu hal, Dari pertanyaan- pertanyaan yang muncul tersebut tentu saja diharapkan
dapat diusahakan jawabannya sebagai hasil kegiatan ilmiah yang merupakan tujuannya. Dan berdasar berbagai
macam pertanyaan tersebut akan menghasilkan berbagai jenis pengetahuan ilmiah yang merupakan jawaban serta
hasil kegiatan ilmiah yang diharapkan, misalnya: ilmu pengetahuan deskriptik, yaitu memberikan gambaran
tentang suatu hal dengan segala ciri-cirinya untuk meng- identifikasikan
suatu obyek
secara tepat,
dengan memperhatikan kesamaan maupun perbedaan dengan hal-
hal lainnya, serta melihat unsur-unsur yang terhubung satu sama lain sebagai satu kesatuan.
Berkenaan dengan
persoalan untuk
mencari penjelasan tentang sebab-musabab suatu hal atau
peristiwa, misalnya: mengapa ada pelangi, mengapa terjadi revolusi, mengapa di dalam suatu masyarakat terjadi
kebiasaan-kebiasaan tertentu, apa yang menyebabkan terjadinya gerhada bulan. Kegiatan ilmiah yang berusaha
mencari penjelasan tentang subab-musabab suatu hal atau peristiwa, yang menggunakan pertanyaan mengapa atau
apa sebabnya, tentu saja diharapkan menghasilkan pengetahuan ilmiah kausatif serta eksplikatif, yaitu
memberikan penjelasan tentang sebab-musabab tentang adanya suatu hal atau terjadinya suatu peristiwa.
99
Baik pengetahuan ilmiah yang bersifat deskriptik maupun pengetahuan ilmiah yang bersifat eksplikatif, pada
akhirnya diharapkan dapat menghasilkan perumusan hukum-hukum umum seperti yang terjadi pada pelbagai
bidang ilmu pengetahuan, misalnya: bidang ilmu alam, bidang ilmu masyarakat, bidang ilmu bahasa. Dan atas
dasar hukum-hukum umum ini tentu saja dalam keadaan- keadaan tertentu dapat memberikan kemungkinan untuk
meramalkan prediction gejala-gejala baru. Dan kadang- kadang peramalan tersebut dipandang pula sebagai tujuan
khusus suatu penyelidikan ilmiah. Meskipun peramalan tersebut kadang-kadang secara langsung merupakan
akibat dari hasil-hasil penyelidikan yang bersifat deskriptik maupun yang bersifat eksplikatif, namun peramalan
tersebut merupakan tujuan yang kurang pokok.
Sebagai akibat kedua yang dapat timbul dari ditemukannya keajegan-keajegan sebagai hasil dari
kegiatan ilmiah tersebut ialah kemungkinan untuk melaku- kan pengawasan control terhadap kelompok gejala sejenis
secara ilmiah. Kemungkinan ini tentu saja tergantung pada kesempatan yang dipunyai oleh seorang penyelenggara ilmu
untuk menangani sendiri geja-gejala tadi. Dalam kelompok ilmu pengetahuan alam kemungkinan untuk mengawasi
dan meramalkan lebih dimungkinkan. Hal ini tentu saja tidak hanya karena penyelidikannya dilakukan di dalam
laboratorium-laboratorium, yang keadaan lingkungannya lebih mudah dikuasai serta lebih mudah diubah-ubah
sesuai dengan kehendak pelaku kegiatan ilmiah, melainkan juga karena hukum-hukum alam lebih dapat dimanfaatkan
bagi pembaharuan-pembaharuan teknik. Tetapi pada banyak ilmu, misalnya pada ilmu masyarakat dan sejarah,
kemungkinan
–kemungkinan untuk melakukan pengamat- an maupun peramalan jauh lebih sedikit jumlah dan
bahkan tidak terdapat. Hal ini tentu saja disebabkan adanya keterbatasan-keterbatasan faktual maupun yang
bersifat kesusilaan terhadap obyek kegiatan ilmiah tersebut. Meskipun demikian, pengamatan dan peramalan
100
tersebut, jika dimungkinkan, senantiasa merupakan sumber yang kaya bagi kemajuan ilmiah.
Selain kedua pengetahuan tersebut memungkinkan orang untuk meramal serta mengontrol, adanya hukum-
hukum umum yang memiliki keajegan-keajegan tersebut memungkinkan orang memiliki pengetahuan bagaimana
melakukan sesuatu. Pengetahuan teoritis bagaimana sesuatu dilakukan ini tentu saja dalam prakteknya perlu
didukung dan berkaitan dengan ketrampilan atau lebih tepat keahlian dan kemahiran teknis dalam melakukan
sesuatu. Seseorang yang mempunyai pengetahuan jenis ini tidak lain berarti ia tahu bagaimana melakukan sesuatu.
Karena pengetahuan ini berkaitan dengan praktek, maka pengetahuan ini disebut juga pengetahuan praktis.
Pengetahuan ini tentu saja bukan hanya sekedar bersifat praktis, melainkan tetap saja memiliki landasan atau
asumsi teoretis tertentu. Dan asumsi teoretis tersebut dapat saja memberikan landasan bagi orang untuk dapat
secara praktis melakukan penataan, pengaturan, peng- olahan, serta pemanfaatan berbagai hal serta keadaan bagi
kebutuhan hidupnya.