Kebenaran Ilmiah KEJELASAN DAN
141
mengusahakan jawabannya. Atas dasar teori-teori yang sudah ada serta telah memiliki kebenaran yang diandalkan,
kita dapat manjalankan penalaran untuk memperoleh kemungkinan jawaban atas persoalan yang diajukan dalam
kegiatan ilmiah tersebut. Agar menghasilkan jawaban yang benar, perlu adanya konsistensi dengan teori-teori yang
telah diakui kebenarannya, sehingga jawaban tersebut koheren dengan teori-teori bersangkutan. Kebenaran yang
dituntut dalam proses penalaran deduktif ini adalah kebenaran koherensi, yaitu adanya hubungan yang logis
dan konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang relevan. Misalnya, suatu jawaban yang menyatakan bahwa jumlah
besar dari ketiga sudut segitiga adalah 180 derajat didasarkan pada aksioma bahwa sudut lurus itu besarnya
180 derajat, dan jumlah dari ketiga sudut segitiga tersebut ternyata membantuk sudut lurus. Berhubung jawaban
tersebut memiliki konsistensi dan hubungan logis dengan pernyataan-pernyataan yang sudah ada dan memiliki
kebenaran, maka jawaban tersebut adalah benar. Atau jawaban mengenai penyebab turunnya harga gabah adalah
terjadinya musim panenan padi merupakan jawaban yang benar, karena memiliki konsistensi dengan teori ekonomi
tentang persediaan, penawaran dan harga. Sehingga dalam penalaran deduktif untuk menghasilkan hipotesis sebagai
jawaban sementara, perlu adanya kebenaran koherensi; hipotesis dituntut memiliki hubungan logis atau konsis-
tensi dengan teori-teori terkait yang telah diakui kebenarannya.
Dan untuk mengetahui apakah hipotesis tersebut memiliki kebenaran dalam realitasnya, maka perlulah
diadakan uji hipotesis. Secara induktif perlu mengusa- hakan fakta-fakta yang relevan yang mendukung hipotesis
tersebut. Bila ternyata hipotesis tersebut memiliki hubungan kesesuaian korespondensi dengan fakta-fakta
yang relevan dengan obyek kajian, maka hipotesis tersebut benar, sedangkan bila sebaliknya tentu saja salah.
142
Setelah hipotesis diuji dan ternyata benar, maka hipotesis tersebut tidak lagi merupakan jawaban semen-
tara, melainkan sudah merupakan jawaban yang memiliki kebenaran yang dapat diandalkan, dan tentu saja jawaban
sebagai hasil kegiatan ilmiah ini dapat semakin mem- perkaya khasanah ilmu pengetahuan. Manusia tidak hanya
cukup berhenti berusaha dengan memperoleh pengeta- huan, melainkan ada dorongan kehendak untuk bertindak,
melakukan aktivitas dalam mengusahakan sarana bagi kebutuhan hidupnya. Maka pengetahuan ilmiah yang telah
diperoleh tersebut dapat menjadi kekayaan yang cukup berharga sebagai sumber jawaban terhadap berbagai
persoalan dan permasalah yang dihadapinya. Bila pengeta- huan
yang dihasilkan
tersebut ternyata
memiliki konsekuensi praktis, yaitu berguna dan berhasil dalam
memecahkan berbagai persoalan yang kita hadapi, maka pengetahuan tersebut memiliki kebenaran pragmatis.
Pada tahap menyampaikan dan mempublikasikan hasil pengetahuan ilmiah yang telah diusahakan, kita perlu
menggunakan bahasa yang sesuai dengan bidang ilmu terkait khususnya berkenaan dengan istilah-istilah,
rumus-rumus maupun simbol-simbol yang biasa dipakai dalam bidang ilmu bersangkutan. Kebenaran dalam ilmu
pengetahuan harus selalu merupakan hasil persetujuan atau konvensi dari para ilmuwan pada bidangnya.
Kebenaran ilmu pengetahuan memiliki sifat universal sejauh kebenaran tersebut dapat dipertahankan; keuniver-
salan ilmu pengetahuan dibatasi oleh penemuan-penemu- an baru atau penemuan lain yang hasilnya menolak
penemuan yang ada atau bertentangan sama sekali. Jika terdapat hal semacam ini, maka diperlukan suatu
penelitian ulang yang mendalam. Dan, jika hasilnya memang berbeda maka kebenaran yang lama harus diganti
oleh penemuan baru, atau kedua-duanya berjalan bersama dengan kekuatannya atau kebenarannya masing-masing.
143