Remaja atau siswa dalam penelitian ini bersekolah di sekolah yang heterogen. Penelitian selanjutnya diharapkan bisa mengambil subjek penelitian
pada sekolah yang homogen sehingga bisa diketahui apakakah ada perbedaan antara sekolah heterogen dengan sekolah homogen.
Dalam penelitian ini, hasil yang diperoleh hanya berasal dari data skala. Untuk dapat mengenal lebih dalam lagi mengenai kecenderungan bullying
seseorang, penelitian selanjutnya dapat menambahkan metode wawancara. Dengan demikian hasilnya menjadi lebih mendalam dan optimal.
2. Saran berkaitan dengan manfaat penelitian
a. Saran kepada remaja
Setiap remaja dari semua urutan kelahiran baik sebagai anak sulung, tengah dan bungsu berpeluang untuk menjadi pelaku bullying. Di Indonesia
bullying masih jarang dikenal, baik pengertian, jenis-jenis perilaku ataupun dampaknya. Dengan demikian remaja diharapkan untuk berhati-hati dalam
berperilaku terkait dengan pergaulan mereka, sekalipun mereka mungkin belum melakukan bullying saat ini. Mengingat masa remaja adalah masa yang
penuh gejolak dan memungkinkan seseorang berperilaku bullying, maka remaja diharapkan untuk mampu mengelola emosinya yang masih labil dan
senantiasa menjaga hubungan sosial yang sehat, sehingga kedepannya mereka tidak terjebak dalam perilaku bullying.
b. Saran kepada sekolah
Berdasarkan hasil penelitian yang ada, tidak ditemukannya perbedaan kecenderungan bullying pada remaja putra berdasarkan urutan kelahiran
mereka. Hal ini menjadikan pihak sekolah untuk senantiasa memantau semua peserta didiknya dari semua urutan kelahiran mereka agar perilaku bullying
bisa dicegah mulai saat ini. Dengan demikian sekolah menjadi tempat sosialisasi dan tempat belajar yang kondusif bagi para peserta didiknya.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang sudah dilakukan memiliki keterbatasan, yaitu:
1. Aitem yang dibuat oleh peneliti banyak yang gugur. Aitem sebelum uji coba
berjumlah 90 aitem. Setelah diujicobakan dan dianalisis hanya 55 aitem yang memenuhi kriteria dan layak untuk dijadikan aitem penelitian, sedangkan 35 aitem
dinyatakan cacat. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa istilah yang sulit dipahami sehingga subjek kurang bisa memahami aitem. Pada akhirnya hal ini
menjadikan ke-35 aitem tersebut kurang bisa membedakan subjek yang memiliki jawaban favorable dan unfavorable.