menjadi lebih percaya pada teman-teman yang senasib dengannya Lumansupra, 2008 Santrock, 1995.
Menurut Erikson dalam Rice, 1996, salah satu tugas perkembangan yang utama pada masa remaja adalah pembentukan identitas diri yang koheren. Tugas
pembentukan identitas digambarkan Erikson sebagai kemampuan pembuatan keputusan dengan mengeksplorasi alternatif dan komitmen berdasarkan peran tertentu.
Remaja tertarik untuk mengetahui siapa dirinya, bagaimana dirinya dan kemana mereka akan menuju ke masa depannya. Remaja yang berhasil mengatasi identitas
yang saling bertentangan pada masa ini akan memunculkan suatu kepribadian yang menarik dan dapat diterima. Sedangkan remaja yang tidak berhasil mengatasi krisis
identitas, menjadi bingung dan menderita, sehingga perilaku mereka akan cenderung menarik diri atau kehilangan identitas mereka dalam kelompok Santrock, 1995.
Menurut Erikson Santrock, 1995 kenakalan remaja terjadi karena anak remaja gagal mengalami identitas diri. Tidak jarang pula mereka berperilaku menyimpang
seperti membolos, melalaikan tugas dan mogok belajar. Selain itu, juga mengalami hambatan dalam proses sosialisasi di sekolah, bahkan tindakan agresif terkadang
muncul dalam pergaulan.
D. Hubungan antara Bullying dengan Urutan Kelahiran pada Remaja
Remaja adalah sebuah tahap perkembangan dengan berbagai tugas yang menyertainya. Dari segi sosio emosional kondisi emosi anak remaja menuntut
otonomi, tanggungjawab dan kebebasan emosional yang lebih besar. Selain itu masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi.
Perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atas situasi sosial, emosinya negatif dan temperamental.
Dalam menghadapi ketidaknyamanan emosional, remaja awal akan bereaksi secara defensif dan berusaha melindungi kelemahan. Akhirnya sikap agresiflah yang sering
muncul. Sedangkan di pihak orangtua, pengontrolan terhadap remaja menjadi semakin ketat. Kedua hal yang bertolak belakang ini akhirnya menimbulkan konflik dan remaja
memutuskan untuk bergabung dengan teman-teman sebayanya. Dilihat dari segi kognitifnya anak remaja mulai berpikir operasional formal dan
sudah bisa berpikir abstrak. Pemikiran mereka idealis dan menerapkan standar-standar kehidupan yang tinggi. Hal ini bisa memicu adanya ketidakpuasan apabila realita yang
mereka jumpai tidak seperti yang ada dengan pemikiran mereka yang idealistis. Remaja juga harus menyelesaikan tugas perkembangannya mencari identitas diri.
Dalam tugas ini, remaja mencari kemampuannya dan kekurangannya. Mereka mengeksplorasi diri, mencari tahu siapa dan bagaimana dirinya. Selain itu, remaja
merasa ingin diperhatikan dan tampil di depan umum. Mereka merasa diperhatikan oleh orang lain.
Di lain sisi setiap remaja dengan keluarga yang berbeda dan pengasuhan yang berbeda membawa mereka kepada perbedaan karakter. Hal ini terkait dengan posisi
urutan kelahiran dimana orang tua memberi perlakuan yang berbeda kepada setiap posisi sehingga karakter yang dihasilkan pun berbeda. Anak sulung memiliki karakter
yang superior dan dominan dalam keluarga. Mereka ingin menjadi pemimpin bagi adik-adiknya dan menjadi panutan. Kecenderungan ini terkait dengan karakternya
yang otoriter. Anak tengah berkarakter lebih mandiri, lebih bebas dan kreatif. Mereka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lebih suka bergaul dengan teman seusianya. Anak bungsu memiliki karakter sebagai anak yang manja. Hal ini menjadikan anak bungsu kurang mandiri, kurang dewasa dan
sedikit mendapat tanggungjawab dari orang yang lebih tua. Remaja akhirnya memiliki karakter yang berlainan sebagai hasil dari
penyelesaian tugas perkembangan yang ada. Di lain sisi, remaja yang memiliki posisi urutan kelahiran yang juga berbeda-beda baik sebagai anak sulung, tengah ataupun
bungsu memiliki karakter yang berlainan. Dengan karakter-karakter yang berlainan itu tentunya akan membawa ke sebuah kecenderungan perilaku salah satunya
kecenderungan bullying. Bullying adalah perilaku menyakiti yang dilakukan dengan sengaja dan berulang. Perilaku ini muncul karena ada perbedaan kekuasaan antara
pelaku dengan korbannya. Pelaku bullying secara umum memiliki karakter seperti otoriter, suka memerintah, dominan, menjadi penentu keputusan dan memiliki
kekuasaan. Karakter ini hampir serupa dengan karakter yang ada pada anak sulung. Anak bungsu karakternya berlaianan dengan karakter pelaku bullying. Anak bungsu
dikenal dengan karakter yang bebas, manja, inferior dan mandiri. Sedangkan anak tengah juga memiliki karakter yang berlainan dengan karakter pelaku bullying, dimana
anak tengah suka bersosialisasi, dan menjadi mediator dalam pergaulan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan kecenderungan bullying berdasarkan urutan kelahiran birth order pada remaja putra.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk melihat perbedaan dengan cara membandingkan kecenderungan bullying
Variabel Tergantung ditinjau dari urutan kelahiran yang meliputi anak sulung, anak tengah dan anak bungsu Variabel Bebas Purwanto, 2008.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah anak remaja yang dibatasi pada remaja awal yaitu mulai dari usia 13 sampai 16 tahun Santrock, 1995. Subjek secara umum
memiliki kriteria: 1.
Berada dalam batas usia 13-16 tahun. 2.
Berpendidikan SLTP. 3.
Jenis kelamin laki-laki. 4.
Mempunyai 2 saudara kandung yang masih hidup, sehingga dalam keluarga subjek masih ada pengasuhan terhadap anak sulung, tengah dan bungsu.
C. Identifikasi Variabel
Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu yang pertama disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas merupakan sebuah aspek dari lingkungan yang diteliti
secara empiris dengan tujuan untuk menentukan apakah ini akan mempengaruhi suatu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI