Profil Limbah Farmasi Berdasarkan SumberProdusen

Tabel V. Data limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman periode tahun 2006 – 2012 berdasarkan sumberprodusen Sumber th. 2006 th. 2007 th. 2008 th. 2009 th. 2010 th. 2011 th. 2012 ∑ item Internal RSUD Sleman dropping 2211 − − − − − − 2211 2,34 Eksternal a. Puskesmas Mlati II − − 4930 − − − − 4930 5,22 b. Puskesmas Seyegan − − 178 570 2873 2452 − 6073 6,43 c. P.R. YAKKUM − − − 81204 − − − 81204 86,00 Total 2211 − 5108 81774 2873 2452 − 94418 100,00 Dari tabel tersebut, bisa dilihat bahwa pada tahun 2006, tidak terdapat dokumen pengelolaan limbah farmasi eksternal. Keseluruhan limbah farmasi yang dikelola merupakan internal RSUD Sleman, akan tetapi bukan merupakan stok IFRSUD Sleman sendiri melainkan sisa stok sediaan farmasi dan steril dropping berasal dari donasi gempa yaitu sebanyak 2211 item 2,34. Peneliti tidak mendapatkan adanya dokumen pengelolaan obat pada tahun 2007. Namun, berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan narasumber, bila tidak ada data bukan berarti sama sekali tidak dilakukan pengelolaan limbah farmasi karena secara teori limbah farmasi yang dimaksud tidak hanya berupa obat-obatan, sediaan steril, ataupun alkes, tetapi juga kemasan obat itu sendiri. Hampir setiap hari di RSUD Sleman selalu dihasilkan limbah kemasan obat yang berasal dari gudang obat, apotek, laboratorium, maupun bangsal-bangsal perawatan pasien, sehingga setiap harinya pasti ada saja limbah kemasan obat yang dimusnahkan. Namun, oleh pihak RSUD Sleman limbah farmasi yang hanya berupa kemasan obat saja digolongkan ke dalam limbah medis umum. Pengumpulan, pewadahan, penimbangan, pencatatan, dan pemusnahannya menjadi satu dengan limbah medis umum. Pelaporannya bukan berupa berita acara pemusnahan obat, akan tetapi hanya dimasukkan ke dalam Buku Laporan Incinerator yang memuat informasi tentang hari dan waktu pemusnahan, asal dan volume limbah, penanganan yang dilakukan, dan petugas terkait. Karena praktek yang demikian tersebut maka Penulis tidak bisa menyinkronkan antara definisi operasional Penulis mengenai “limbah farmasi” dengan definisi limbah farmasi di RSUD Sleman menurut prakteknya, dan juga tidak bisa melakukan analisis terhadap limbah farmasi berupa kemasan obat dan menyajikannya dalam tabel karena pendataannya sudah bercampur dengan limbah medis lainnya. Pada periode tahun 2008, berdasarkan data yang diperoleh, limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman berasal dari dua sumber eksternal, yaitu Puskesmas Seyegan dan Puskesmas Mlati II Sleman dengan total 5.108 item. Dari Puskesmas Mlati II Sleman ada 4.930 item sedangkan dari Puskesmas Seyegan ada 178 item limbah farmasi. Pada tahun 2009 limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman juga berasal dari sumber eksternal yaitu Puskesmas Seyegan dan Pusat Rehabilitasi YAKKUM dengan total 81.774 item. Dari Puskesmas Seyegan ada 570 item limbah farmasi, sedangkan dari Pusat Rehabilitasi YAKKUM ada 81.204 item limbah farmasi, yang merupakan sisa stok obat-obatan dropping pasca gempa Yogya. Pada tahun 2010, limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman berasal dari Puskesmas Seyegan dengan total 2.873 item. Selanjutnya, sumber eksternal mempercayakan pengelolaan limbah farmasi kepada RSUD Sleman pada tahun 2011 adalah Puskesmas Seyegan, sebanyak 2.452 item. Untuk tahun 2012 penulis mengalami kesulitan dalam memperoleh data pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman. Hal ini disebabkan karena pada tahun ini, hingga penelitian selesai dilakukan belum disusun arsip berita acara pemusnahan obat dari sumber eksternal. Namun, berdasarkan wawancara terhadap narasumber, pada tahun ini tetap dilakukan pengelolaan secara internal, hanya terhadap kemasan-kemasan obat saja, sehingga tidak menjadi pembahasan.

B. Profil Limbah Farmasi Berdasarkan BSOSatuan dan Jenis Kemasan

Bentuk sediaan obat BSO atau satuan obat dan sediaan steril yang dikelola di RSUD Sleman baik dari sumber internal maupun eksternal selama periode tahun 2006 – 2012 terdiri dari bermacam-macam jenis. Ada yang padat, semi padat, maupun cair dan dikemas dalam berbagi jenis wadah. Berikut ini adalah tabel yang menyajikan data limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman periode tahun 2006 – 2012 baik berdasarkan BSOsatuan dan jenis kemasan: Tabel VI. Data limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman periode tahun 2006 – 2012 berdasarkan BSOsatuan dan jenis kemasan obat Dapat dilihat bahwa BSO padat terbanyak yang dikelola adalah berupa tablet dengan jumlah 82.633 item, dimana ferous Sulfas merupakan item tablet terbanyak yaitu 28.000 dari keseluruhan. BSO padat terbanyak kedua berupa kapsul yaitu 8.666 item, dimana Moxilen ® 250 merupakan merk dagang kapsul terbanyak yaitu 6.000 item dari keseluruhan. BSO padat yang dikelola berjumlah 91558 item terdiri atas tablet, kapsul, suppositoria, serbuk, dan kaplet dalam berbagai jenis kemasan. BSO padat terbanyak pertama yang dikelola berupa tablet yaitu ferous sulfas 28.000 item dalam kemasan dosbox dan strip, sedangkan terbanyak kedua adalah kapsul yaitu Moxilen ® 250 6000 item dalam kemasan kaleng dan box. Untuk sediaan semi padat yang dikelola ada 140 item, dan terdiri dari dua jenis BSO saja yaitu salep dan krim. Jumlah BSO salep terbanyak adalah oksitetra salep mata 36 item sedangkan BSO krim terbanyak adalah Chloramfecort-H ® 84 item. BSO cair yang dikelola sebanyak 2690 item, terdiri dari larutan obat steril dalam ampul dan vial, larutansolutio, suspensi inhalasi, infus IV, serum, emulsi, dan shampo obat luar. BSO cair terbanyak pertama adalah larutansolutio yaitu 2.052 item dimana Tolak Angin ® 15 ml dalam kemasan sachet merupakan merk dagang terbanyak yang dikelola 1.440 item. BSO cair terbanyak kedua berupa larutan steril dalam kemasan ampul yaitu 396 item dimana 2 FDC fase intensif merupakan jenis terbanyak 72 item. Dengan mengetahui BSOsatuan dan jenis kemasan apa saja yang dikelola selama periode tahun 2006 – 2012, dalam pembahasan selanjutnya bisa diketahui juga apakah pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman sudah sesuai dengan ketentuan. Hal ini disebabkan karena berbeda jenis BSO dan jenis kemasan bisa berbeda pula cara pengelolaannya keterangan mengenai jumlah dan jenis kemasan masing-masing BSO yang lain dapat dilihat di lampiran 4.

C. Kesesuaian Pengelolaan Limbah Farmasi dengan Prosedur Rumah Sakit

dan Standar Pembanding 1. Kesesuaian dari aspek prosedur dan SDM Dalam pembahasan ini dilakukan evaluasi terhadap kesesuaian SDM yang terlibat dalam pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman khususnya IFRS dan ISRS dengan standar pembanding utama maupun standar pembanding pendukung. Pembahasan mengenai SDM terdiri dari beberapa unsur yaitu: struktur organisasi, kualifikasi petugas, uraian tugas, pelatihan petugas, dan pengetahuan petugas. Berikut ini adalah rangkumannya dalam bentuk tabel: Tabel VII. Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi dari Aspek SDM di IFRS No. Aspek Standar pembanding kesesuaian Keterangan 1 Struktur organisasi KepMenKes RI Nomor 1197MenkesSKX2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi sesuai IFRSUD Sleman telah menerapkan strukur organisasi minimal IFRS 2 Kualifikasi petugas KepMenKes RI Nomor 1197MenkesSKX2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi - Ada kesulitan akses data penelitian dari pihak rumah sakit 3 Uraian tugas - KepMenKes RI Nomor 1197MenkesSKX2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi - Standar Kompetensi Apoteker di Indonesia sesuai IFRSUD Sleman telah memiliki uraian tugas yang cukup jelas khususnya dalam hal administrasi dan pengelolaan perbekalan farmasi 4 Pelatihan petugas KepMenKes RI Nomor 1197MenkesSKX2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi bab VII. Pengembangan staf dan program pendidikan cukup sesuai mengikuti pelatihan farmasi klinik dan manajemen farmasi rumah sakit, tetapi belum pernah mengikuti pelatihan khusus tentang pengelolaan limbah farmasi 5 Pengetahuan Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di rumah sakit Bab III. Pengelolaan perbekalan farmasi dan Bab IV. Pengelolaan perbekalan farmasi khusus cukup paham IFRSUD Sleman paham mengenai penggolongan, sumber, pendataan, penandaan di etalase ED, dan upaya minimisasi limbah farmasi FIFOFEFO. Pemahaman tentang proses pengelolaan hanya sampai pada tahap pelabelan dengan informasi dasar. Dari tabel tersebut, IFRSUD Sleman telah menerapkan struktur organisasi minimal sesuai ketentuan dengan adanya bagian-bagian yang berada