C. Kesesuaian Pengelolaan Limbah Farmasi dengan Prosedur Rumah Sakit
dan Standar Pembanding
1. Kesesuaian dari aspek prosedur dan SDM Dalam pembahasan ini dilakukan evaluasi terhadap kesesuaian SDM
yang terlibat dalam pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman khususnya IFRS dan ISRS dengan standar pembanding utama maupun standar pembanding
pendukung. Pembahasan mengenai SDM terdiri dari beberapa unsur yaitu: struktur organisasi, kualifikasi petugas, uraian tugas, pelatihan petugas, dan
pengetahuan petugas. Berikut ini adalah rangkumannya dalam bentuk tabel:
Tabel VII. Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi dari Aspek SDM di IFRS
No. Aspek
Standar pembanding kesesuaian
Keterangan 1
Struktur organisasi
KepMenKes RI Nomor 1197MenkesSKX2004 tentang
Standar Pelayanan Farmasi sesuai
IFRSUD Sleman telah menerapkan strukur organisasi minimal IFRS
2 Kualifikasi
petugas KepMenKes RI Nomor
1197MenkesSKX2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi
- Ada kesulitan akses data
penelitian dari pihak rumah sakit 3
Uraian tugas -
KepMenKes RI Nomor 1197MenkesSKX2004 tentang
Standar Pelayanan Farmasi -
Standar Kompetensi Apoteker di Indonesia
sesuai IFRSUD Sleman telah memiliki
uraian tugas yang cukup jelas khususnya dalam hal administrasi
dan pengelolaan perbekalan farmasi
4 Pelatihan
petugas KepMenKes RI Nomor
1197MenkesSKX2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi bab VII.
Pengembangan staf dan program pendidikan
cukup sesuai mengikuti pelatihan farmasi klinik
dan manajemen farmasi rumah sakit, tetapi belum pernah
mengikuti pelatihan khusus tentang pengelolaan limbah
farmasi
5 Pengetahuan
Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di rumah sakit Bab III.
Pengelolaan perbekalan farmasi dan Bab IV. Pengelolaan perbekalan
farmasi khusus cukup
paham IFRSUD Sleman paham mengenai
penggolongan, sumber, pendataan, penandaan di etalase
ED, dan upaya minimisasi limbah farmasi FIFOFEFO. Pemahaman
tentang proses pengelolaan hanya sampai pada tahap pelabelan
dengan informasi dasar.
Dari tabel tersebut, IFRSUD Sleman telah menerapkan struktur organisasi minimal sesuai ketentuan dengan adanya bagian-bagian yang berada
langsung di bawah kepalapimpinan IFRS yaitu pengelola perbekalan farmasi, pelayanan farmasi, dan manajemen mutu lampiran 5,
meskipun di IFRSUD Sleman sendiri manajemen mutu bukan merupakan bagian yang berdiri sendiri
melainkan sebagai suatu sub bagian dari bagian perbekalan farmasi, dimana yang bertanggungjawab dalam hal mutu adalah sub bagian gudang obat dan sub bagian
produksi. Untuk kualifikasi petugas IFRSUD Sleman, pada tabel tidak ada
keterangan mengenai kesesuaian dengan standar pembanding karena kesulitan akses datadokumen terkait dengan adanya aturan publikasi dari pihak rumah
sakit. Namun, dari analisis Penulis standar kualifikasi petugas IFRSUD Sleman pastinya sudah sesuai dengan standar pembanding dan memenuhi ketentuan
karena RSUD Sleman telah mendapatkan status akreditasi Lulus Tingkat Lengkap termasuk dalam pelayanan kefarmasian. Kualifikasi petugas IFRS yang harus
dipenuhi adalah sebagai berikut: staf dan pimpinan IFRS dipimpin oleh Apoteker. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker yang mempunyai
pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi rumah sakit. Apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin kerja. Pada pelaksanaannya
Apoteker dibantu oleh Tenaga Ahli Madya Farmasi D III dan Tenaga Menengah FarmasiAsisten Apoteker DepKes RI, 2004.
Dari aspek uraian tugas, IFRSUD Sleman telah mempunyai suatu dokumen uraian tugas yang cukup jelas dalam hal administrasi dan pengelolaan
perbekalan farmasi meliputi pembagian fungsi, tugaskewajiban, koordinasi, dan wewenang masing-masing bagian maupun sub bagian yang terdapat pada struktur
organisasi lampiran 7. berdasarkan penelaahan data yang dilakukan Penulis, sub bagian penanggung jawab gudang dan entry data adalah yang paling krusial yang
terkait dengan pengelolaan stok dan limbah farmasi secara langsung khususnya dalam hal administrasi pelaporan dan penghapusan perbekalan farmasi, dibantu
oleh sub bagian penanggung jawab pelayanan farmasi dan bagian adminitrasi dan staf.
Pendidikan dan pelatihan adalah suatu proses atau upaya peningkatan pengetahuan dan pemahaman di bidang kefarmasian atau bidang yang berkaitan
dengan kefarmasian secara kesinambungan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan di bidang kefarmasian Depkes, 2004. Dalam hal
pelatihan, petugas IFRSUD Sleman paling sering mengikuti pelatihan tentang farmasi klinik dan manajemen farmasi rumah sakit. Adanya pelatihan ini
berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan petugas IFRS mengenai pengelolaan stok dan limbah farmasi, misalnya tentang penggolongan jenis dan sumber limbah
farmasi, perbedaan pengertian antara kadaluwarsa dan tidak terpakai, pendataan dan penandaanpelabelan limbah farmasi, prosedur dan proses
pengelolaan limbah farmasi, dan upaya-upaya yang bisa ditempuh dalam minimisasi limbah farmasi misalnya FIFO, FEFO, anjuran peresepan, yang
dapat diketahui hasilnya dari proses wawancara. Dari hasil wawancara, Penulis bisa mengetahui bahwa petugas IFRSUD
Sleman cukup paham tentang hal-hal tersebut. Namun, untuk pemahaman proses pengelolaan limbah farmasi hanya sampai pada proses pelabelan dengan informasi
dasar sumber dan isi, sedangkan proses setelah diangkut ke sanitasi kurang