Latar Belakang glycerin and their

1 BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Kulit cantik dan sehat merupakan impian yang diinginkan oleh setiap wanita Indonesia. Kondisi geografis Indonesia dan berbagai masalah lingkungan dapat menghambat impian semua wanita Indonesia karena dapat menyebabkan terjadinya berbagai masalah kulit. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan iklim tropis yang dilalui oleh garis khatulistiwa, sehingga Indonesia mendapat panas sepanjang tahun Munawir dkk., 2006. Paparan panas yang terjadi sepanjang tahun, mengakibatkan penduduk terpapar sinar ultraviolet UV dari matahari secara kronik dan berlebihan, sehingga menyebabkan terjadi masalah kulit seperti muncul bintik-bintik, keriput, noda hitam, kulit terbakar karena sinar matahari sunburns dan pigmentasi tidak merata pada kulit Narayanaswamy dan Ismail, 2015. Sinar ultraviolet UV merupakan radiasi elektromagnetik yang terdiri dari tiga kategori dan masing-masing mempengaruhi kulit secara berbeda. Sinar UV A memiliki energi yang lebih rendah dan selalu konstan sepanjang hari. Sinar UV A menembus lapisan kulit yang paling dalam serta mempengaruhi kolagen dan elastisitas. Sinar UV A memacu timbulnya jerawat, tanda-tanda penuaan dini, hilangnya elastisitas kulit, dan membuat kulit lebih rentan terhadap infeksi. Sinar UV B menyebabkan kerusakan kulit yang paling serius karena mempengaruhi 2 DNA. Intensitas sinar UV B paling kuat terjadi pada pukul 10.00-16.00. Sinar UV B mengakibatkan kulit terbakar, memerah, noda-noda hitam, dan terjadi penuaan. Sinar UV C kemungkinan paling berbahaya meskipun lapisan ozon menyaring sinar ini Med Express, 2009. Polusi udara dan asap rokok juga dapat menimbulkan masalah kulit. Polusi udara mengganggu kemampuan kulit dalam mengatur tingkat kelembabannya sehingga kulit menjadi terlalu kering dan bersisik serta membuat pori-pori kulit menjadi tertutup dan mengakibatkan timbulnya jerawat atau bintik- bintik hitam Med Express, 2009. Asap rokok mengandung komponen beracun yang dapat diserap secara sistemik dan menyebabkan kerusakan kolagen jaringan ikat di kulit. Peningkatan kolagenase yang diinduksi karena merokok dapat mengakibatkan degradasi kolagen atau kerusakan jaringan ikat kulit Yin, Morita, dan Tsuji, 2001. Sinar UV, polusi udara dan asap rokok dapat menyebabkan terjadinya radikal bebas. Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk ketika molekul oksigen bergabung dengan molekul lain menghasilkan jumlah elektron ganjil Pai, Shukla, dan Kikkeri, 2014. Radikal bebas merupakan senyawa yang sangat reaktif sehingga dapat menyerang senyawa apa saja, terutama yang rentan seperti lipid dan protein Kusumowati, Sudjono, Suhendi, Da’I, dan Wirawati, 2012. Radikal bebas berimplikasi pada timbulnya berbagai penyakit obesitas, arterosklerosis, penyakit Alzheimer, dan masalah kulit yaitu munculnya gejala penuaan dini Pai dkk., 2014. Penyebab penuaan dini karena radikal bebas telah 3 dikemukakan para ahli menjadi salah satu teori penuaan yang dinamakan teori radikal bebas Jusuf, 2005. Penuaan dini dapat dicegah dengan antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas Pai dkk., 2014. Secara alami tubuh dilengkapi dengan pertahanan antioksidan seperti enzim superoksida dismutase, glutation peroksidase dan katalase. Antioksidan tersebut belum sepenuhnya dapat mencegah kerusakan sel karena radikal bebas, sehingga dibutuhkan senyawa antioksidan yang diperoleh dari luar salah satunya Spirulina platensis Vaya dan Aviram, 2001. Spirulina platensis merupakan mikroalga hijau biru Cyanophyceae yang mengandung pigmen phycobiliprotein yang berfungsi sebagai pewarna alami dan memiliki aktivitas antioksidan Yudiati, Sedjati, dan Agustian, 2011. Pigmen phycobiliprotein diketahui mempunyai efek meredam beberapa reactive oxygen species ROS secara in vivo Hirata, Tanaka, Ooike, Tsunomora, dan Sakaguchi, 2000. Phycobiliprotein dapat diperoleh melalui proses maserasi menggunakan air, karena phycobiliprotein lebih mudah larut dalam pelarut polar seperti air dan larutan penyangga Arlyza, 2005 ; Setyawan dan Satria, 2013. Uji aktivitas antioksidan ekstrak Spirulina platensis dilakukan dengan menggunakan 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil DPPH pada plat Kromatografi Lapis Tipis KLT. Pada metode ini dapat dilihat terjadi perubahan warna dari senyawa berwarna ungu DPPH menjadi kuning oleh elektron dari senyawa antioksidan Masoko dan Eloff, 2007. Berdasarkan database produk dari Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM pada tahun 2012, Spirulina platensis sudah banyak diformulasikan 4 dalam bentuk sediaan oral kapsul dan tablet serta sediaan topikal seperti masker Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012. Berdasarkan database tersebut, peneliti membuat Spirulina platensis dalam inovasi kosmetik yaitu sediaan gel. Komponen penting dalam pembuatan gel adalah gelling agent dan humektan. Gelling agent yang digunakan adalah carbopol 940 dan gliserin digunakan sebagai humektan. Kelebihan carbopol 940 yaitu bersifat stabil, kompatibel dengan bahan lain dan toksisitasnya rendah. Humektan gliserin dalam sediaan topikal dapat melembabkan kulit dengan konsentrasi penggunaan gliserin kurang dari 30 Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009. Gelling agent dan humektan berpengaruh pada sifat fisik dan stabilitas sediaan gel, sehingga untuk mengetahui pengaruh antara gelling agent dan humektan maupun interaksi keduanya terhadap sifat fisik dan stabilitas sediaan gel, digunakanlah metode desain faktorial. Metode desain faktorial dalam penelitian ini dilakukan dengan dua faktor gelling agent dan humektan dan dua level level rendah dan level tinggi.

1. Rumusan masalah

Dokumen yang terkait

Optimasi sodium carboxymethyl cellulose sebagai gelling agent dan gliserin sebagai humektan dalam sediaan gel anti-aging ekstrak spirulina platensis menggunakan aplikasi desain faktorial.

0 4 117

Optimasi formula sediaan gel hand sanitizer minyak atsiri jeruk bergamot dengan humektan gliserin dan gelling agent carbopol.

0 1 80

Optimasi sodium carboxymethyl cellulose sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan gel anti-aging ekstrak spirulina platensis menggunakan aplikasi desain faktorial.

2 13 114

Optimasi carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sedian gel anti-aging ekstrak spirulina platensis dengan aplikasi desain faktorial.

4 19 111

Optimasi gelling agent Carbopol dan humektan gliserin dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) dengan aplikasi desain faktorial.

2 30 132

Optimasi Carbopol® 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan emulgel sunscreen ekstrak Kencur (Kaempferia galanga L.) : aplikasi desain faktorial.

1 10 115

Optimasi gelling agent Carbopol dan humektan propilen glikol dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) dengan aplikasi desain faktorial.

3 29 115

Optimasi humektan propilenglikol dan gelling agent carbopol 940 dalam sediaan gel penyembuh luka ekstrak daun petai Cina (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) : aplikasi desain faktorial.

5 16 99

Optimasi Carbopol 940 sebagai Gelling Agent dan Gliserin sebagai Humectant dalam emulgel minyak cengkeh sebagai penyembuh jerawat dengan aplikasi desain faktorial.

0 0 107

Optimasi humektan propilenglikol dan gelling agent carbopol 940 dalam sediaan gel penyembuh luka ekstrak daun petai Cina (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) : aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 1 97