26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental menggunakan desain faktorial yaitu dengan melihat perbandingan komposisi carbopol
940 dan gliserin untuk memperoleh formula optimum dalam pembuatan sediaan gel anti-aging.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi
komposisi gelling agent carbopol 940 dan humektan gliserin.
b. Variabel tergantung. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat
fisik gel meliputi organoleptis, pH, homogenitas, viskositas, dan daya sebar gel serta stabilitas gel viskositas dan persen sineresis setelah siklus
freeze thaw dan selama masa penyimpanan 28 hari. c.
Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah alat dan bahan yang digunakan, cara penyimpanan
ekstrak Spirulina platensis, lama dan kecepatan pencampuran ketika pembuatan gel, lama penyimpanan, serta wadah yang digunakan selama
penyimpanan sediaan gel anti-aging.
27
d. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali
dalam penelitian ini adalah suhu dan kelembaban ruangan saat pembuatan dan penyimpanan sediaan gel anti-aging.
2. Definisi operasional
a. Ekstrak Spirulina platensis adalah ekstrak yang diperoleh dengan cara
maserasi serbuk Spirulina platensis menggunakan pelarut air perbandingan 1:10 selama 2 jam.
b. Gelling agent adalah bahan pembentuk gel yang membentuk matriks.
Pada penelitian ini digunakan carbopol 940 sebagai gelling agent.
c. Humektan adalah bahan yang berfungsi untuk menarik lembab dari
lingkungan sehingga kelembaban kulit dapat dipertahankan. Pada penelitian ini digunakan gliserin sebagai humektan.
d. Desain faktorial adalah metode yang memungkinkan untuk mengetahui
efek yang dominan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas sediaan gel anti-aging.
e. Formula optimum adalah formula gel yang memenuhi standar sediaan
semisolid yang ditetapkan daya sebar 5-7 cm, viskositas 200-300 dPa.s. f.
Faktor adalah variabel yang diteliti dalam penelitian yaitu carbopol 940 dan gliserin.
g. Level adalah tetapan atau nilai dari suatu faktor yang dinyatakan secara
numerik. h.
Respon adalah perubahan yang dapat diamati dan dinyatakan sebagai besaran yang dapat dikuantitasikan. Pada penelitian ini respon dinyatakan
28
sebagai hasil sifat fisik gel meliputi viskositas dan daya sebar, serta stabilitas gel meliputi viskositas dan persen sineresis.
i. Sifat fisik gel adalah parameter-parameter yang menjadi acuan untuk
mengetahui kualitas fisik gel yang meliputi organoleptis, pH, homogenitas, viskositas, dan daya sebar gel.
j. Organoleptis adalah uji pengamatan terhadap bentuk, warna, dan bau dari
sediaan gel anti-aging. k.
pH merupakan salah satu parameter dari sediaan gel. pH sediaan gel yang baik untuk kulit wajah adalah 4,0-5,5.
l. Homogenitas ditentukan dari ada tidaknya serbuk yang muncul pada
sediaan gel anti-aging. m.
Viskositas adalah tingkat kekentalan gel anti-aging yang diukur menggunakan viskotester.
n. Daya sebar adalah diameter penyebaran cm gel anti-aging pada kaca
bulat berskala selama 1 menit dengan beban 125 g. o.
Stabilitas gel adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui tingkat kestabilan gel anti-aging, meliputi viskositas dan persen sineresis yang
diuji setelah sediaan gel melewati siklus freeze thaw dan selama masa penyimpanan 28 hari.
p. Persen sineresis adalah salah satu parameter stabilitas gel anti-aging
dengan melihat dan menghitung volume air yang keluar dari dalam gel.
29
q. Contour plot adalah grafik yang berfungsi untuk memprediksi komposisi
optimum suatu formula berdasarkan parameter sifat fisik viskositas dan daya sebar gel anti-aging ekstrak Spirulina platensis.
r. Contour plot superimposed adalah penggabungan grafik contour plot tiap
respon viskositas dan daya sebar sehingga diperoleh area optimum. s.
Subjective assessment adalah penilaian dari responden melalui kuesioner sebagai gambaran penerimaan konsumen terhadap sediaan gel anti-aging
yang dihasilkan. t.
Persentase setuju adalah jumlah persentase dari hasil persentase kuesioner sangat setuju dan setuju.
C. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk Spirulina platensis CV. Blue Green Algae Biotechnology, carbopol
940, gliserin, akuades, trietanolamin TEA, metil paraben, silika gel GF 254, n-butanol, asam
asetat glasial, rutin, dan 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil DPPH.
D. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas PYREX-GERMANY, sendok, timbangan analitik Mettler Toledo GB 3002,
shaker, aluminium foil, plat kaca, oven, sentrifuge, tabung sentrifuge, corong, kertas saring, corong pisah, chamber, mixer, sudip, wadah plastik, wrapping
plastic, viskotester seri VT 04 RION-JAPAN, stopwatch, indikator pH universal, alat uji homogenitas dan alat uji daya sebar.
30
E. Tata Cara Penelitian
1. Pembuatan ekstrak Spirulina platensis
Serbuk Spirulina platensis ditimbang seksama sebanyak 10 gram, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL, lalu ditambahkan akuades sebanyak
100 mL. Erlenmeyer kemudian ditutup dengan aluminium foil, lalu dimaserasi menggunakan bantuan shaker dengan kecepatan 140 rpm selama 2 jam.
Hasil maserasi kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 4.000 rpm selama 30 menit. Setelah disentrifugasi, endapan dan supernatan yang dihasilkan
kemudian dipisahkan dengan disaring menggunakan corong dan kertas saring sehingga diperoleh supernatan yang merupakan ekstrak cair Spirulina platensis
yang dimasukkan dalam formula pembuatan gel.
2. Uji aktivitas antioksidan ekstrak cair Spirulina platensis dengan
Kromatografi Lapis Tipis KLT
Uji aktivitas antioksidan ekstrak Spirulina platensis sebagai penangkap radikal bebas dilakukan berdasarkan metode Kannahi dan Suganya 2001 dengan
sedikit modifikasi. Uji aktivitas diawali dengan mengeringkan plat KLT dalam oven pada suhu 100°C selama 10 menit. Fase diam yang digunakan yaitu silika
gel GF 254 dengan ukuran 5 x 15 cm dengan jarak elusi 10 cm. Fase gerak yang digunakan untuk mengelusi yaitu n-butanol : asam asetat glasial : akuades dengan
perbandingan 4 : 1 : 5 sebanyak 100 mL. Fase gerak dimasukkan ke dalam corong pisah lalu digojok selam 4 menit. Setelah itu dilakukan pendiaman selama satu
hari. Fase gerak yang telah didiamkan selama 1 hari membentuk fase atas dan
fase bawah yang dipisahkan dengan corong pisah. Fase atas yang diambil
31
merupakan fase geraknya. Fase gerak dimasukkan ke dalam chamber, kemudian chamber dijenuhkan menggunakan kertas saring. Plat KLT yang telah
dikeringkan, kemudian diambil untuk digunakan sebagai tempat penotolan. Larutan rutin 0,2 dalam metanol dibuat sebagai larutan standar dengan
menimbang rutin sebanyak 0,02 g lalu dilarutkan dalam metanol pada labu takar 10 mL lalu ditotolkan menggunakan pipa kapiler pada plat KLT. Hal yang sama
dilakukan pada ekstrak Spirulina platensis dengan menotolkan ekstrak menggunakan pipa kapiler pada plat KLT. Plat KLT dimasukkan ke dalam
chamber yang telah dijenuhkan, kemudian ditunggu hingga fase gerak mengelusi totolan ekstrak Spirulina platensis hingga batas tanda yang menempuh jarak elusi
10 cm. Plat KLT disemprot dengan menggunakan larutan DPPH 0,2 dalam
metanol dan didiamkan dalam ruang gelap selama 30 menit. Plat KLT kemudian diamati. Senyawa aktif penangkap radikal bebas akan menunjukkan bercak
berwarna kuning dengan latar belakang ungu Demirezer, Kuruuzum-Uz, Bergere, Schiewe, dan Zeeck, 2001 ; Kannahi dan Suganya, 2001.
3. Orientasi formula gel anti-aging