17
merupakan pewarna alami yang memiliki aktivitas antioksidan dengan cara peredaman radikal bebas oleh 2,2
’-azobis 2-amidinopropane dihydroxychloride AAPH Hirata dkk., 2000 ; Yudiati dkk., 2011. Biomassa sel dari Spirulina
platensis terutama pigmen phycobiliprotein akan jauh lebih mudah larut dalam pelarut polar, seperti air dan larutan penyangga bufer terutama bufer fosfat bila
dibandingkan dengan pelarut kurang polar seperti aseton dan kloroform Arlyza, 2005 ; Setyawan dan Satria, 2013.
G. Ekstraksi
Prinsip ekstraksi adalah melarutkan dan menarik senyawa menggunakan pelarut yang tepat Silvia, Arreneuz, dan Wibowo, 2015. Maserasi merupakan
proses ekstraksi yang dilakukan pada suhu kamar, yang memungkinkan untuk pelarut menembus struktur seluler pada tumbuhan dan melarutkan senyawa aktif
Supriyatna, Moelyono, Iskandar, dan Febriyanti, 2015. Metode maserasi pada umumnya digunakan dalam isolasi senyawa bahan
alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel
sehingga senyawa metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama
perendaman yang dilakukan. Pemilihan pelarut pada metode maserasi akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperlihatkan kelarutan senyawa
bahan alam dalam pelarut tersebut Zullaikah, Fulanah, dan Fitri, 2015. Pelarut yang digunakan akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung senyawa aktif. Senyawa aktif akan larut karena
18
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan senyawa aktif di dalam dan di luar sel, di mana sel yang mengandung senyawa aktif konsentrasi tinggi akan menuju
pelarut konsentrasi rendah untuk mencapai kesetimbangan konsentrasi antara senyawa aktif di dalam dan di luar sel Silvia dkk., 2015.
H. Gel
Gel merupakan sistem semisolid yang tersusun atas dispersi molekul kecil atau besar dalam pembawa berair seperti jeli dengan penambahan bahan
pembentuk gel. Bahan pembentuk gel yang dapat digunakan berupa makromolekul sintetik seperti karbomer; derivat selulosa, seperti karboksi metil
selulosa, hidroksi propil metil selulosa; dan gum alami seperti tragakan. Gel dapat mengembang ketika didiamkan, dan membentuk tiksotropik sehingga harus
dikocok sebelum digunakan untuk mengencerkan gel dan memungkinkan penuangan Allen, Popovich, dan Ansel, 2013.
Formulasi gel terdiri dari bahan pembentuk gel; air; bahan obat; pelarut, seperti alkohol atau propilen glikol; pengawet seperti metil paraben dan propil
paraben; dan penstabil seperti dinatrium edetat. Gel yang mengandung bahan obat dapat dibuat untuk berbagai rute pemberian, meliputi kulit, mata, hidung, vagina,
dan rektum Allen dkk., 2013. Gel diklasifikasikan menjadi hidrogel dan organogel didasarkan pada
keadaan fisik dari dispersi gelling agent. Hidrogel dibuat dengan menggunakan gelling agent yang larut air atau membentuk dispersi koloid dalam air, sedangkan
organogel dibuat menggunakan bahan berminyak yang tidak larut air Gad, 2008.
19
Gel yang diaplikasikan ke kulit memiliki beberapa keuntungan yaitu tiksotropik, tidak berminyak, mudah dioleskan, mudah dibersihkan, emolien,
jernih, kompatibel dengan beberapa eksipien dan larut dalam air Helal, El- Rhman, Abdel-Halim, dan El-Nabarawi, 2012. Ketidakstabilan gel dapat dibagi
menjadi 2 yaitu swelling dan sineresis. Swelling merupakan pembengkakan gel dan sineresis adalah peristiwa gel mengkerut sehingga cenderung memeras air
keluar dari dalam sel, akibatnya gel tampak lebih kecil dan padat Kuncari, Iskandarsyah, dan Praptiwi, 2014.
I. Gelling Agent
Pada penelitian ini gelling agent yang digunakan yaitu carbopol 940.
Pemerian dari carbopol adalah serbuk putih, higroskopis, asam, dan sedikit berbau
khas. Kegunaan carbopol 940 selain sebagai gelling agent dalam formulasi
sediaan semisolid adalah sebagai rheology modifier, material bioadhesive, controlled release agent, emulsifying agent, agen stabilitas, dan agen pensuspensi.
Carbopol biasa digunakan dalam kosmetik dan produk pharmaceutical karena stabilitasnya yang tinggi, kompatibel dengan bahan lain, dan toksisitasnya
rendah Lu dan Jun, 1998. Batas konsentrasi penggunaan carbopol sebagai
gelling agent yaitu 0,5-2 Rowe dkk., 2009.
Gambar 6. Struktur carbopol Rowe dkk., 2009
20
J. Humektan
Humektan merupakan salah satu dari hydrating substances dalam produk kosmetik yang berfungsi untuk mencegah hilangnya air dari produk selama
penggunaan dan meningkatkan kadar air dalam bahan yang bersentuhan dengan produk Barel dkk., 2009. Humektan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
gliserin. Pemerian dari gliserin adalah cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
kental, memiliki rasa manis, dan bersifat higroskopis. Gliserin memiliki rumus empirik C
3
H
8
O
3
dan bobot molekul 92,09. Gliserin juga berfungsi sebagai pengawet, co-solvent, pelarut, emolien, penetration enhancer, dan bahan
pengisotonis. Campuran gliserin dengan air, etanol 95 dan propilen glikol adalah stabil. Gliserin dalam sediaan topikal digunakan sebagai humektan yang
dapat melembabkan kulit dengan konsentrasi penggunaan gliserin kurang dari 30 Rowe dkk., 2009. Kelebihan gliserin yaitu menunjukkan kesetimbangan
higroskopisitas yang baik dan tidak toksik kecuali pada konsentrasi yang tinggi Schueller dan Romanowski, 1999.
Gambar 7. Struktur gliserin Rowe dkk., 2009
K. Bahan-bahan yang Digunakan dalam Pembuatan Gel Anti-Aging