Dari penjelasan tafsir al-mishbah, bahwa ayat dalam QS. 3Ali‟Imran:
159 ini menjadi bukti kelemahlembutan Nabi Muhammad Saw. karena sanggup memaafkan kesalahan para sahabatnya yang menyebabkan
penderitaan dan kekalahan pasukan Islam dalam peristiwa perang Uhud. Sebuah pelajaran penting, bahwa sebesar apa pun kesalahan yang dilakukan,
maka sebagai sesama muslim, hendaklah senantiasa saling memaafkan dan saling mendoakan.
B. Analisis Komparatif Tafsir QS. 3Ali’Imran: 159
Membandingkan 5 lima kitab tafsir sebagai sumber data primer dalam penelitian ini, masing-masing memiliki corak uraian yang berbeda.
Tafsir Jalalain, penjelasannya singkat yaitu menjelaskan makna per kata atau kalimat, dan menghubungkan antara kata atau kalimat dengan menambahkan
penjelasan singkat, sehingga secara global pembaca dapat menangkap maksud dari kandungan ayat 159 Surat Ali-
„Imran. Maka Tafsir Jalalain ini dapat digolongkan ke dalam tafsir yang menggunakan metode ijmali
global.
7
Tafsir Ibnu Katsir Lub ābu at-tafsīr min Ibn Katsīr, Tafsir Fi Zilalil
Qur’an, dan Tafsir Al-Maragi, yang merupakan sumber data primer dalam penelitian ini, adalah kitab tafsir yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dari kitab aslinya yang berbahasa Arab. Dengan membaca terjemahan ketiga tafsir tersebut, ditemukan penjelasan secara luas sesuai
dengan konteks makna ayatnya dengan mengartikan kosa kata, dan berdasarkan asbabun nuzul ayat, namun beberapa bagian tidak dibahas secara
luas. Misalnya dalam QS. 3Ali- „Imran: 159 ini, pada bagian
karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, tidak ditemukan uraiannya. Maka ketiga tafsir tersebut, dapat digolongkan ke
dalam tafsir dengan metode tahlili.
7
M. Alfatih Suryadilaga, dkk. Metodologi Ilmu Tafsir. Cet. I. Sleman Yogyakarta: Teras. 2005. h. 43
Metode tahlili, Baqir Al-Shadr menyebutnya metode tajzi’iy adalah
“metode yang mufassirnya berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat Al- Qur‟an dari berbagai seginya dengan memperhatikan runtutan ayat-ayat al-
Qur‟an sebagaimana tercantum di dalam mushaf”. Uraiannya bermula dari
arti kosa kata, asbab al-nuzul, munasabah, dan lain-lain. Walau pun sifatnya luas, namun tidak menyelesaikan satu pokok bahasan.
8
Perbedaan bagian penjelasan ketiga tafsir tersebut, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tafsir Bagian Penjelasan
Ibnu Katsir 1. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
Berlaku lemah lembut terhadap mereka. 2. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. 3. karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun
bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
4. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
9
Fi Zilalil Qur’an 1. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku
lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu.
2. karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu. 3. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
8
M. Quraish Shihab. Membumikan Al- Qur’an: Fungsi Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat. Cet. VI. Bandung: Mizan. 1994 . h. 86
9
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Aal asy-Seikh. Lubabut Tafsir Min Ibnu Katsir. Jilid 2. Terj. Abdul Ghaffar. Cet. 1 Bo
gor: Pustaka Imam Syafi‟i. 2001 h. 173- 175
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
10
Tafsir Al-Maragi 1. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku
lemah lembut terhadap mereka. 2. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. 3. dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan
itu. 4. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
maka bertawakkallah kepada Allah. 5. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.
11
Berbeda dengan bagian penjelasan ketiga tafsir tersebut, maka peneliti mengklasifikasi QS. 3Ali-
„Imran: 159, menjadi lima bagian penjelasan:
Bagaian pertama
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Dalam Tafsir al-Mishbah, Quraish Shihab menguraikan kandungan bagian ayat ini:
Firman-Nya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah engkau berlaku lemah lembut terhadap mereka dapat menjadi salah satu bukti
bahwa Allah swt. sendiri yang mendidik dan membentuk kepribadian Nabi Muhammad saw., sebagaimana sabda beliau:
“Aku dididik oleh Tuhanku, maka sungguh baik hasil pendidikan-
Nya.” Kepribadian beliau dibentuk sehingga bukan hanya pengetahuan yang Allah
limpahkan kepada beliau melalui wahyu-wahyu al- Qur‟an, tetapi juga
kalbu beliau disinari, bahkan totalitas wujud beliau merupakan rahmat
10
Sayyid Quthb. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an. Terj. As‟ad
Yasin, Abul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob Hamzah. Jilid 2. Cet. 1. Jakarta: Gema Insani Press. 2011. h. 191-196
11
al-Maragi. Op.cit. h. 193-204
bagi seluruh alam. Firman-Nya: Sekiranya kamu berlaku keras lagi berhati kasar..., mengandung makna bahwa engkau Muhammad,
bukanlah seorang yang berhati keras. Ini dipahami dari kata
ل
lauw yang diterjemahkan sekiranya. Kata ini digunakan menggambarkan
sesuatu yang bersyarat, tetapi syarat tersebut tidak dapat terwujud. Seperti jika seorang yang ayahnya telah meninggal kemudian berkata
“Sekiranya ayah saya hidup, saya akan menamatkan kuliah”. Karena ayahnya telah wafat, kehidupan yang diandaikannya pada hakikatnya
tidak ada dan tidak demikian, tamat yang diharapkannya pun tidak mungkin terwujud. Jika demikian, ketika ayat ini menyatakan
sekiranya engkau berlaku keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu, itu berarti sikap keras lagi berhati
kasar tidak ada wujudnya, dan karena itu tidak ada wujudnya, maka tentu saja, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu, tidak
pernah akan terjadi.
12
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dapat dibaca: Firman-Nya:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka. Artinya, dan tidak sesuatu yang menjadikan kamu bersikap lemah lembut kepada mereka kalau
bukan rahmat Allah yang diberikan kepadamu dan kepada mereka. Qatadah mengatakan, “Karena Rahmat Allah engkau Muhammad
bersikap lemah lembut kepada mereka. Huruf “
م
“ merupakan shilah penghubung. Dan bangsa Arab biasa menghubungkannya dengan
isim ma’rifat.
13
Lanjutan Firman Allah Sekiranya kamu bersikap
keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Yang dimaksud dengan “ ظفلا “ dan “ ظيلغلا “ di sini adalah ucapan kasar. Hal ini sesuai dengan firman-Nya
“berhati keras”. Artinya, jika kamu mengeluarkan kata-kata buruk dan berhati keras kepada mereka, niscaya mereka akan menjauh dan
meninggalkanmu, tetapi Allah menyatukan mereka semua kepadamu. Dan Allah menjadikan sikapmu lembut kepada mereka dimaksudkan
untuk menarik hati mereka, sebagaimana yang dikatakan Abdullah bin
Amr, “Aku melihat sifat Rasulullah SAW dalam kitab-kitab terdahulu seperti itu, dimana beliau tidak bertutur kata kasar dan tidak juga
berhati keras, tidak juga berteriak-teriak di pasar, tidak pernah
12
M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al- Qur’an. Cet.
III. Vol. 2. Jakarta: Lentera Hati. 2010. h.310-311
13
Isim ma’rifat ialah isim kata benda yang menunjukkan sesuatu yang jelas seperti ‘Umar nama orang, Makkah nama kotatempat, Engkau kata ganti. Kebalikannya adalah isim
nakirah yaitu: isim kata yang menunjukkan sesuatu yang tidak jelas, seperti seorang laki-laki, kota suatu kota.
membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi beliau itu senantiasa memberikan maaf.”
14
Inilah gambaran, betapa agung akhlak Rasulullah Saw. mampu menunjukkan sikap kelembutan terhadap umatnya, padahal secara logika,
kesalahan yang mereka perbuat, pantas mendapatkan hukuman, karena mereka sudah memaksakan kehendak kepada Rasulullah untuk keluar
menghadapi musuh di luar kota Madinah. Akibatnya, Rasulullah menanggung penderitaan dan kekalahan dalam perang Uhud. Nampaknya mereka tidak lagi
menghargai pendapat Rasulullah yang bersumber dari wahyu melalui mimpi beliau. Oleh karenanya, penggalan bagian pertama ayat 159 Surat Ali-
„Imran, menegaskan keagungan akhlak Rasulullah Saw. Tafsir al-Mishbah dan Tafsir Ibnu Katsir, menyelaraskan penggalan
bagian pertama ayat tersebut sesuai dengan firman-Nya dalam ayat yang lain:
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan keimanan
dan keselamatan bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. QS. 9At-Taubah: 128.
Selanjutnya, terhadap penggalan bagian pertama ayat 159 Surat Ali- „Imran, dapat dibaca pula dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an:
Inilah rahmat Allah yang meliputi Rasulullah dan meliputi mereka, yang menjadikan beliau SAW., begitu penyayang dan lemah
lembut kepada mereka. Seandainya beliau bersikap keras dan berhati kasar, niscaya hati orang-orang di sekitar beliau tidak akan tertarik
kepada beliau, dan perasaan mereka tidak akan tertambat pada beliau. Manusia itu senantiasa memerlukan naungan yang penuh kasih
sayang, pemeliharaan yang optimal, wajah yang ceria dan peramah, cinta dan kasih sayang, dan jiwa kepenyantunan yang tidak menjadi
sempit karena kebodohan, kelemahan dan kekurangan mereka. Mereka memerlukan hati yang agung, yang suka memberi kepada
14
Aal asy-Syeikh. op. cit., h. 173-174