Perintah untuk memaafkan mengandung hikmah bagi manusia, bahwa bagaimana mungkin seseorang yang ingin mendapatkan ampunan Tuhan, bila
hatinya tidak memaafkan sesama? Begitu pula bagaimana mungkin ia meminta maaf atas kesalahannya kepada sahabatnya, tetapi pada saat yang
sama, ia tidak sanggup memaafkan saudaranya yang bersalah padanya? Tidak ada cara lain kecuali, jadilah pemaaf. Firman Allah:
Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang maruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. QS.
7Al- A‟raf: 199
Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka tidak akan
memberi bantuan kepada kaum kerabatnya, orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan
hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. QS. 24An-
Nūr: 22
42
Dan bagi orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan- perbuatan keji, dan apabila mereka marah, mereka
memberi maaf. QS. 42Asy-Syuura: 37
42
Ayat ini berhubungan dengan sumpah Abu Bakar Shiddiq ra. bahwa dia tidak akan memberi apa-apa kepada kerabatnya ataupun orang lain yang terlibat dalam menyiarkan berita
bohong tentang diri Aisyah. Maka turunlah ayat ini melarang beliau melaksanakan sumpahnya itu dan menyuruh memaafkan dan berlapang dada terhadap mereka sesudah mendapat hukuman atas
perbuatan mereka itu. Lihat Al- Qur’an dan Terjemahannya, ... h. 547
Rasulullah Saw., bersabda:
ِنيَلَع ُها ىلَص ِها ِلنوُسَر ننَع ُنَع ُها َيِضَر َةَرن يَرُ َِِا ننَع : َلاَق َملَسَو
ِه ٌدَحَأ َعَضاَوَ ت اَمَو ,ازِع اِا ٍونفَعِب اًدنبَع ُها َداَز اَمَو ٍلاَم ننِم ٌةَقَدَص نتَصَقَ ناَم ُها َُعَ فَر اِا
َملسم اورُ
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., dari Rasulullah Saw.: Beliau bersabda: “Tidaklah sedekah itu mengurangi harta, Allah akan
menambahkan kemuliaan kepada orang yang bersifat pemaaf, dan Allah akan menaikkan derajat orang yang bersifat tawadhu rendah
hati. 8: 21-SM
43
ُلنوُسَر َلاَق :َلاَق ُنَع ُها َيِضَر ٍدنوُعنسَم ِننب ِها ِدنبَع نَع ِنيَلَع ُها ىلَص ِها
َو َم :َملَس
ُعَ تا َا نيِذلَا :اَنلُ ق ؟نمُكنيِف َبنوُ قرلا َننود
َذ َسنيَل :َلاَق ,َُل ُدَلنوُ ي َكِلا
َننودُعَ ت اَمَف :َلاَق ,اًئنيَش ِِدَلَو ننِم نمّدَقُ ي نََ نيِذلا ُلُجرلا ُ ِكلَو ,ِبنوُ قرلاِب ا ُُعَرنصَي َا نيِذلَا :اَنلُ ق ؟نمُكنيِف َةَعنرصلا
نِكلَو ,َكِلاَذِب َسنيَل :َلاَق .ُلاِجّرل ِبَضَغنلا َدنِع َُسنفَ ن ُكِلنََ يِذلا
. َملسم اورُ
Dari Abdullah bin Mas’ud ra.. Rasulullah Saw. bersabda, “Apakah yang kamu sebut raq
ūb seorang yang ditinggal mati anaknya?” Jawab kami, “orang yang tidak mempunyai anak”. Sabda beliau:
“Bukan itu maksud raqūb, akan tetapi raqūb ialah orang yang tidak suka anaknya mati lebih dahulu”. Sabda beliau: “Apakah yang kamu
sebut shur ’ah seorang jagoan?” Jawab kami, “Orang yang dapat
merobohkan lawanny a”. Sabda beliau: “Bukan itu seorang jagoan,
tetapi jagoan ialah seseorang yang mampu menguasai dirinya ketika dia sedang marah
” 8: 30 – SM.
44
Memaafkan adalah upaya mengimplementasikan Sifat Tuhan Yang Maha Pengampun, serta menabur Kasih-sayang-Nya bagi alam semesta.
Demikianlah hikmah terbesar bagi manusia yang memiliki hati memaafkan, sebagai khalifah dan perwujudan Tuhan dalam Sifat-Nya di muka bumi.
43
Al-H āfizh Zakī Al-Dīn „Abd Al-„Azhīm Al-Mundzirī, Ringkasan Shahīh Muslim.
Terjemahan dari Mukhtasha Shah īh Muslim oleh Syinqithy Djamaluddin dan H.M Muchtar
Zoerni. Cet. 1. Bandung: Mizan. 2008. h. 1036.
44
Ibid.
3. Memohon Ampunan Allah bagi Mereka
Karena tidak berlaku keras lagi berhati kasar, lalu menahan kemarahan, kemudian memaafkan, adalah kebajikan yang belum sempurna,
bila tidak diikuti dengan memohonkan ampunan Allah bagi mereka yang bersalah. Menahan marah, memaafkan, dan memohon ampunan Allah,
laksana trimurti kebajikan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Sedangkan induk dari trimuti kebajikan ini adalah sifat kelembutan,
manifesati dari hati yang ikhlas kepada Allah. Kebajikan memohon ampunan Allah, hanya ditujukan kepada sesama
orang-orang beriman. Allah melarang untuk memintakan ampunan bagi kaum musyrikin.
Firman Allah:
Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun kepada Allah bagi orang-orang musyrik,
walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum Kerabat nya, sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu
adalah penghuni neraka jahanam. QS. 9At-Taubah: 113
Dan permintaan ampun dari Ibrahim kepada Allah untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya
kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari
padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. QS. 9At-Taubah: 113
4. Bermusyawarah
Peradaban manusia tercipta karena kesepakatan yang terlahir dari hasil musyawarah. Sehingga Indonesia yang merdeka pun menjadikan
musyawarah sebagai dasar negara dalam Pancasila, sila ke-4: “Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan
”. Menurut Nurcholish Madjid Cak Nur ketika menguraikan makna
Pancasila pada sila ke-4, bahwa dinamika tarik menarik antara hak dan kewajiban yang tidak dapat dipisahkan, melahirkan mekanisme musyawarah
dari bahasa Arab, musyawarah yang berarti “saling memberi isyarat”, yaitu
isyarat tentang yang baik dan benar.
45
Mengutip Quraish Shihab:: “Kata musyawarah terambil dari akar kata sy, w, r, yang pada
mulanya bermakna mengeluarkan madu dari sarang lebah. Makna ini kemudian berkembang, sehingga mencakup segala sesuatu yang dapat
diambil atau dikeluarkan dari yang lain termasuk pendapat. Musyawarah dapat juga berarti mengatakan atau mengajukan sesuatu.
Kata musyawarah pada dasarnya hanya digunakan untuk hal-hal yang baik, sejalan dengan makna dasarnya.
Madu bukan saja manis, melainkan juga obat untuk banyak penyakit, sekaligus sumber kesehatan dan kekuatan. Itu sebabnya
madu dicari di mana pun dan oleh siapa pun. Madu
dihasilkan oleh
lebah. Jika
demikian, yang
bermusyawarah mesti bagaikan lebah, makhluk yang sangat berdisiplin, kerja samanya sangat mengagumkan, makanannya sari
kembang, dan hasilnya madu. Di mana pun hinggap, lebah tak pernah merusak. Ia takkan mengganggu kecuali diganggu. Bahkan
sengatannya pun dapat menjadi obat. Seperti itulah makna permusyawaratan, dan demikian pula sifat yang melakukannya. Tak
heran jika Nabi Saw. menyamakan seorang mukmin dengan lebah.”
46
45
Nurcholish Madjid. Tradisi Islam: Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan di Indonesia, Jakarta: Paramadina, Cet. II, 2008. h. 244
46
M. Quraish Shihab. Wawasan Al- Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan
Umat. Cet. X. Bandung: Mizan, 2000. h.469
5. Tekad yang Bulat Disertai Tawakkal
Tawakkal asal katanya dari:
َلَكَو -
ُلِكَوُ ي
wakala-yuwakili yang berarti: menyerahkan, mempercayakan. Kemudian terdapat penambahan huruf
ت ta di awal kata wakala, dan tanda
ّ tasydid pada huruf kaf sehingga menjadi لكَوَ ت tawakkal yang berarti ًلنيِكَو َراَص shāra wakīlan artinya menjadi wakil.
47
Karena rahmat Allah, ia bersikap lemah lembut, sehingga tidak berlaku keras lagi berhati kasar, kemudian sanggup memaafkan, bahkan
mendoakan dan memohonkan ampunan Allah serta bersedia melakukan musyawarah, setelah itu semua, maka dengan penuh kebulatan tekad, ia pun
menyerahkanmempercayakan kepada Allah segala akibatnya; baik maupun buruk. Inilah makna dari tawakkal, dengan ungkapan
wakafaa billahi wakīlan artinya Cukuplah Allah sebagai Wakil.
Selain ayat yang menjadi kajian tafsir pada skripsi ini, masih banyak ayat Al-
Qur‟an tentang tawakkal, kesemuanya itu tidak dapat penuliskan tampilkan, tetapi hanya beberapa ayat yang dapat penulis tampilkan sebagai
berikut:
Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut kepada Allah yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: Serbulah
mereka dengan melalui pintu gerbang kota itu, Maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. dan hanya kepada Allah
hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman. QS. 5Al-Maidah: 23
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
47
Ahmad Warson Munawir. Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-buku Ilmiah Keagamaan Pesantren Al-Munawwir Krapyak. 1984. h. 1687
ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka karenanya, dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. QS. 8Al-Anfal: 2
ingatlah, ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: Mereka itu orang-orang
mukmin ditipu oleh agamanya. Allah berfirman: Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. QS. 8Al-Anfaal: 49
Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup kekal yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. dan cukuplah Dia Maha
mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya. QS. 25Al-Furqan: 58
Rasulullas Saw. bersabda:
:ُلنوُقَ ي َملَسَو ِنيَلَع ُها ىلَص ِها َلنوُسَر ُتنعََِ :َلاَق ُنَع ُها َيِضَر َرَمُع ننَع نوُلكَوَ تَ ت نمُكنَا نوَل
نوُدنغَ ت ,َرن يطلا ُقُزنرَ ي اَمَك نمُكَقَزَرَل ِِلكَوَ ت قَح ِها ىَلَع َن َيذمرلا اورُ .اًناَطِب ُنوُرَ تَو اًصاَِِ
Dari Umar ra. berkata: “Saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda”: “Seandainya kamu sekalian benar-benar tawakkal kepada
Allah niscaya Allah akan memberi rezeki kepadamu sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung, dimana burung itu keluar pada waktu
pagi dengan perut kosong lapar dan pada waktu sore ia kembali dengan p
erut kenyang”. HR. At-Turmudzi
48
Abu „Abdullah Al-Qurasyi pernah ditanya tentang makna tawakkal, lalu ia menjawab bahwa “tawakkal ialah bergantung kepada Allah dalam
segala keadaan.” Lalu si penanya berkata: “Jelaskanlah kepadaku”. Abu
48
Mushlich Shabir. Terjemah Riyadhus Shalihin. Jilid 1. Semarang: Karya Toha Putra Semarang. 2004 h. 59
„Abdullah Al-Qurasyi menjawab: “Meninggalkan semua penyebab yang tidak dapat menyampaikan kepada Allah Swt.
49
Dengan demikian,
lemah lembut,
memaafkan, mendoakan,
musyawarah, dan tawakkal, adalah lima asas kepribadian untuk mencapai tingkat kebajikan tertinggi, sehingga memperoleh kasih sayang Tuhan.
D. Aspek-aspek Kecerdasan Ruhani Guru
Untuk memahami kecerdasan ruhani sebagai anugerah Allah berdasarkan QS. 3Ali-
„Imran: 159, adalah sangat jelas terbaca pada ayat ini yang diawali dengan redaksi,
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah...”. Rahmat Allah tersebut telah menghiasi kepribadian Rasulullah yang agung,
sebagai tauladan bagi segenap manusia yang beriman kepada Allah. Kepribadian yang dilandasi keimanan dan melahirkan perilaku akhlak mulia,
adalah manifestasi dari kecerdasan ruhani. Jadi kecerdasan ruhani inilah yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam mendidik. Adapun aspek-aspek
kecerdasan ruhani berdasarkan tafsir QS. 3Ali- „Imran: 159, adalah sebagai
berikut:
1. Lemah Lembut terhadap Mereka linta lahum
Al- Qur‟an adalah petunjuk bagi segenap umat manusia. Mengambil
pelajaran dari kisah Musa dan Harun, serta Muhammad Saw. yang diperintahkan oleh Allah untuk bersikap lemah lembut, maka sikap ini
menjadi contoh yang baik uswatun hasanah bagi setiap guru dalam memperlakukan peserta didiknya.
Kelembutan merupakan manifestasi dari kecerdasan jiwa yang terpancar oleh cahaya kecerdasan ruhani. Jiwa yang cerdas adalah manusia
yang menjadi inspirator lahirnya tindakan-tindakan yang tepat untuk menyayangi dan mengasihi serta menghindari impuls
50
yang meledak-ledak.
49
Imam Al-Ghazali, Ringkasan Ihya ’ ‘Ulumuddin, Terj. oleh Bahrun Abu Bakar. L.C.
cet. I Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009, h. 464
50
Impuls bermakna: Rangsangan atau gejolak hati yang timbul dengan tiba-tiba untuk melakukan sesuatu tanpa pertimbangan dorongan hati.