UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
merupakan salah satu teknik kromatografi cair-cair, yang dapat digunakan baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif.
Analisis kuantitatif dengan teknik KCKT didasarkan pada pengukuran luasarea puncak analit dalam kromatogram, dibandingkan dengan
luasarea standar.
Pada prakteknya,
pembandingan kurang
menghasilkan data yang akurat bila hanya melibatkan satu standar. Oleh karena itu, maka pembandingan dilakukan dengan menggunakan
teknik kurva kalibrasi. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT
merupakan sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi. Hal ini karena didukung oleh kemajuan dalam teknologi kolom,
sistem pompa tekanan tinggi, dan detektor yang sangat sensitif dan beragam. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT mampu
menganalisa berbagai cuplikan secara kualitatif maupun kuantitatif, baik dalam komponen tunggal maupun campuran. Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu
sampel pada sejumlah bidang antara lain; farmasi, lingkungan dan industri-industri makanan. Kegunaan umum KCKT adalah untuk
pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologis, analisis ketidakmurnian impurities dan analisis senyawa-
senyawa yang tidak mudah menguap nonvolatil. KCKT paling sering digunakan untuk: menetapkan kadar senyawa-senyawa tertentu seperti
asam-asam amino, asam-asam nukleat dan protein-protein dalam cairan fisiologis, menentukan kadar senyawa-senyawa aktif obat dan lain-lain.
Prinsip kerja KCKT adalah sebagai berikut dengan bantuan pompa, fasa gerak cair dialirkan melalui kolom ke detektor, cuplikan
dimasukkan kedalam fasa gerak dengan penyuntikan. Di dalam kolom terjadi pemisahan senyawa-senyawa berdasarkan kepolaran, dimana
terdapat fase gerak dan fase diam. Fase gerak berupa zat cair yang disebut eluen atau pelarut, sedangkan fase diam berupa silika gel yang
mengandung hidrokarbon Pare J.R.J., Belanger, J.MR, 1997. Instrumentasi KCKT pada dasarnya terdiri atas delapan komponen
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pokok yaitu: wadah fase gerak, sistem penghantaran fase gerak, alat untuk memasukan sampel,kolom, detektor, wadah penampung buangan
fase gerak, tabung penghubung dan suatu komputer atau integrator atau perekam.
KCKT banyak digunakan untuk analisis asam amino karena analisa memerlukan waktu yang singkat dan memberikan hasil yang tepat dan
teliti. Untuk mendeteksi asam amino dapat digunakan detektor UV atau detektor fluoresen. Akan tetapi kebanyakan asam amino tidak
mempunyai serapan baik didaerah ultraviolet atau didaerah visibel. Dalam hal ini asam amino harus diderivatisasi terlebih dahulu supaya
membentuk derivat yang dapat menyerap cahaya UV, tampak, atau berfluoresensi Rediatning Kartini 1987, h. 2-3.
Tujuan dari derivatisasi pada HPLC untuk meningkatkan deteksi, mengubah struktur molekul atau polaritas analit sehingga akan
menghasilkan puncak kromatogram yang lebih baik, mengubah matriks sehingga diperoleh pemisahan yang lebih baik, dan menstabilkan analit
yang sensitif. Suatu reaksi derivatisasi harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut, yaitu produk yang dihasilkan harus mampu menyerap
baik sinar ultraviolet atau sinar tampak atau dapat membentuk senyawa berfluoresen sehingga dapat dideteksi dengan spektrofotometri, proses
derivatisasi harus cepat dan menghasilkan produk yang sebesar mungkin 100, produk hasil derivatisasi harus stabil selama proses
derivatisasi dan deteksi, serta sisa pereaksi untuk derivatisasi tidak mengganggu ketika pemisahan pada kromatografi Abdul Rohman et
al., 2007 . Ada dua macam derivatisasi yaitu derivatisasi pascakolom dan
derivatisasi prakolom. Beberapa metode menggunakan pacakolom derivatisasi di mana asam amino yang dipisahkan pada kolom
pertukaran ion diikuti dengan derivatisasi dengan ninhidrin, o- phthalaldehyde. Pada
derivatisasi pascakolom, pemisahan asam amino berdasarkan pertukaran ion antara gugus amino yang terprotonasi dengan ion Na
+
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dari resin penukar kation R-SO
3
-NA
+
pada pH rendah. Pendekatan lain adalah untuk derivatisasi asam amino sebelum pemisahan pada
kolom HPLC fase terbalik seperti fenil isothiosianat; 6-amino-quinolil- N-hidroksisuccinimidil karbamate; 9-fluorenil metil kloroformate
Cooper et al.,vol. 159. Pada kromatografi fase terbalik, silika non polar dimodifikasi melalui perlekatan rantai-rantai hidrokarbon panjang
berupa atom karbon 8 atau 18 dan menggunakan pelarut polar berupa campuran air dan alkohol seperti metanol. Senyawa-senyawa non polar
dalam campuran akan cenderung membentuk interaksi dengan gugus hidrokarbon karena adanya dispersi gaya van der waals. Senyawa ini
juga kurang larut dalam pelarut karena membutuhkan waktu untuk pemutusan hidrogen, sehingga senyawa non polar akan tertahan lebih
lama di dalam kolom, sedangkan molekul-molekul polar akan bergerak lebih cepat melalui kolom.
C. PCR Polymerase Chain Reaction
PCR Polymerase Chain Reaction merupakan suatu metode amplifikasi DNA secara in vitro pada daerah spesifik yang
dibatasi oleh dua buah primer oligonukleotida dengan bantuan enzim polymerase, dimana potongan DNA tertentu dapat dilipat gandakan
Zyskind dan Bernstain, 1992. Metode ini paling banyak dipelajari dan digunakan secara luas. Dalam waktu sembilan tahun sejak pertama
kali dikemukakan oleh ilmuan dari Cetus Corporation, Kary Mullis, PCR telah berkembang menjadi teknik utama dalam laboratorium
biologi molekuler, antara lain untuk transkripsi in vitro dari PCR template, PCR rekombinan, DNAse I footprinting, sequencing dengan
bantuan phage promoters, dan sebagainya Putra, 1999. Menurut Sambrook et al., 2001, tahapan yang terjadi dalam
proses amplifikasi DNA pada PCR yaitu pemisahan denaturasi rantai DNA template, penempelan annealing pasangan primer pada DNA
target dan pemanjangan extension primer atau reaksi polimerisasi yang dikatalisis oleh DNA polimerase.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
D. SDS-PAGE Sodium Dodecyl Sulphate Poly Acrylamide Gel
Electrophoresis 2.7.5 Prinsip Umum Elektroforesis
Pemisahan senyawa dengan gel ektroforesis dilakukan berdasarkan perpindahan molekul bermuatan karena pengaruh medan listrik. Suatu
molekul bermuatan Q dalam medan listrik berkekuatan x akan bergerak dalam kecepatan v karena mengalami gaya sebesar qx. Jika f merupakan
koefisien gesekan friksi, maka molekul tersebut akan mengalami gaya hambat sebesar vf, sehingga qx = vf. Koefisien gesekkan menurut Stoke
sebagai berikut: F = 6 π n v
dengan demikian laju molekulnya sebagai berikut:
n : Viskositas r : Jari
– jari Mobilitas elektroforesis terutama tergantung pada kekentalan
medium n, ukuran atau bentuk r, dan muatan molekul q. tanda dan besarnya muatan yang dibawa oleh gugus
–gugus yang terionisasi bervariasi, tergantung pada kekuatan ionic dan pH medium. Oleh karena
itu, pemisahan molekul –molekul efektif dengan cara menyeleksi terlebih
dahulu medium yang tepat Bintang, 2010.
2.7.6 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Elektroforesis
2.7.6.1 Medium Penyangga
Teknik elektroforesis dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu elektroforesis free boundary dan elektroforesis zona. Elektroforesis free
boundary merupakan pemisahan parsial dalam tabung gelas vertikal dari campuran protein yang membentuk suatu boundary dengan bufer yang
sesuai. Penerapan arus listrk menghasilkan pergerakan protein, karena terjadi migrasi dengan laju yang berbeda maka protein akan terpisah
Bintang, 2010.
v = q
x 6 π n v
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada elektroforesis zona, dengan melakukan pemisahan pada medium penyangga seperti gel poliakrilamid, akan diperoleh pita protein
yang lebih stabil. Konsentrasi gel harus disesuaikan agar tidak terlalu encer dan juga tidak terlalu padat Bintang, 2011. Pada elektroforesis
dalam matriks gel poliakrilamid, protein memisah ketika protein bergerak melalui matriks tiga dimensi dalam medan listrik. Matriks poliakrilamid
berfungsi untuk
memisahkan protein
berdasarkan ukuran
dan menstabilkan pH buffer agar muatan protein tidak berubah Fatchiyah,
2011.
2.7.6.2 Sampel
Larutan yang dipisahkan mempengaruhi laju migrasi termasuk muatan, ukuran, dan bentuk molekul terlarut. Muatan total akan meningkat
apabila laju migrasi meningkat, besarnya muatan biasanya tergantung pada pH. Ukuran molekul yang lebih besar menyebabkan migrasi menurun dan
kekuatan elektrostatika disekitar larutan meningkat, sedangkan bentuk molekul yang berbeda dengan ukuran yang sama seperti protein globular
dan fibrous dikarakteristik menghambat migrasi, karena perbedaan bentuk molekul dapat mempengaruhi pergerakan molekul dan kekuatan
elektrostatik Bintang, 2010. Protein merupakan molekul amfoter karena mempunyai gugus
amino positif dan karboksil negatif. Dengan demikian, protein dapat mengion, baik pada pH basa maupun pada pH asam. Pada pH rendah,
protein bersifat sebagai kation bermuatan positif yang cenderung bergerak kearah katoda elektroda negatif. Pada pH tinggi, protein bersifat
sebagai anion bermuatan negatif yang cenderung bergerak kearah anoda elektroda positif. Nilai diantara kedua pH tersebut dinamakan titik
isoelektrik isoelectric point atau pI yaitu nilai pH dimana protein menjadi tidak bermuatan. Pada pH tersebut, jumlah muatan negatif yang
dihasilkan dari proteolisis sebanding dengan jumlah muatan positif yang diperoleh dari penangkapan proton. Protein yang tidak bermuatan tidak
dapat bergerak pada medan listrik Fatchiyah, 2011.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hampir semua protein mempunyai pH kurang dari 8,0. Oleh karena itu, pH buffer elektroforesis yang berkisar 8
–9 akan menyebabkan sebagian besar protein bermuatan negatif yang akan bergerak ke anoda
Fatchiyah, 2011.
2.7.6.3 Buffer
Sistem bufer digunakan untuk mempertahankan pH didalam reservoir dan didalam medium penyangga, disamping itu sistem bufer
berfungsi sebagai elektrolit pembawa aliran listrik. Bufer yang digunakan harus berinteraksi dengan molekul yang dipisahkan dan pH yang
digunakan harus sesuai sehingga campuran molekul dapat dipisahkan satu sama lain tetapi tidak mengakibatkan denaturasi. pH dipilih berdasarkan
jenis campuran yang akan dipisahkan, umumnya pemisahan maksimal dapat dicapai pada titik isolistrik Bintang, 2010.
Kekuatan ionik larutan bufer biasanya berada pada kisaran 0,05 –
0,15 dan biasanya diambil nilai diantara kedua nilai ekstrem. Pada kekuatan ionik yang rendah akan terjadi pergerakan molekul yang cepat
dan produksi panas yang rendah dan terjadi difusi yang nyata. Sedangkan pada kekuatan ionik yang tinggi, diperoleh pita
–pita yang tajam, namun akan terjadi produksi panas yang lebih tinggi dan terjadi pergerakan
molekul pada jarak yang pendek Bintang, 2010.
2.7.6.4 Medan Listrik
Sumber arus listrik yang stabil diperlukan untuk menghasilkan aliran listrik dengan voltase yang konstan. Kekuatan ionik medan listrik
pada kisaran 2 –8 V cm sesuai untuk suhu ruang. Apabila kekuatan medan
magnet lebih besar dari 10 V cm, maka akan terjadi kehilangan air yang besar karena proses penguapan akibat dari panas yang ditimbulkan.
Larutan bufer kemudian dialirkan kedalam tangki penyangga untuk menggantikan air yang hilang, dan ini mengakibatkan pergeseran pita
– pita. Pemanasan yang berlebih menyebabkan senyawa terdenaturasi.
Metode –metode pendinginan medium pemisahan dapat dilakukan,
sehingga kekuatan medan 100V cm dapat digunakan. Keuntungan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
elektroforesis pada voltase tinggi adalah terjadinya pemisahan yang cepat Bintang, 2010.
2.7.7 SDS-PAGE Sodium
Dodecyl Sulphate
PolyAcrylamide Gel
Electrophoresis
Elektroforesis adalah suatu cara untuk memisahkan fraksi-fraksi suatu campuran berdasarkan atas pergerakan partikel koloid yang
bermuatan, dibawah pengaruh medan listrik. Cara elektroforesis telah digunakan untuk analisa virus, asam nukleat, enzim dan protein lain, serta
molekul-molekul organik dengan berat molekul rendah seperti asam amino Westermeier, 2004.
Sodium Dodecyl Sulfate Poliacrylamide Gel Electrophoresis SDS- PAGE merupakan elektroforesis gel untuk memisahkan molekul protein
dengan metode two-dimensional gel electrophoresis yaitu menggunakan dua macam gel dengan masing-masing bufer yang berbeda. Gel yang
digunakan pada SDS-PAGE adalah running gel dan stacking gel Gambar 7. Prinsip SDS-PAGE adalah memisahkan molekul protein berdasarkan
berat molekul Alberts et al, 2002.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 7. Skema Alur Elektroforesis
Sumber: Bintang, 2010
Sodium Dodecyl Sulfate SDS adalah deterjen yang mampu menghambat interaksi hidrofobik antar molekul serta melarutkan molekul
yang hidrofobik tersebut. Sodium Dodecyl Sulfate SDS berfungsi untuk mendenaturasi protein dalam bentuk protein kompleks kuarterner, tersier,
dan sekunder menjadi bentuk yang lebih sederhana primer atau linear. Sodium Dodecyl Sulfate SDS juga mengubah seluruh muatan protein
menjadi negatif Seidman Moore, 2002: 583. Hal ini seperti terlihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Konformasi protein sebelum dan setelah penambahan SDS
Sumber: Davidson, 2001
Menurut Dunn 1989, protein yang terdenaturasi sempurna akan mengikat SDS dalam jumlah yang setara dengan berat molekul protein
tersebut. Elektroforesis gel SDS dilakukan pada pH sekitar netral dengan adanya β-merkaptoetanol untuk mereduksi semua ikatan disulfida dalam
rantai yang ada pada protein menjadi gugus sulfihidril.