10
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian tentang Nilai Moral
1. Nilai Moral
Dalam dirimanusia terdapat beberapa nilai. Nilai merupakan hal penting dalam pembentukkan kepribadian manusia karena sejatinya nilailah yang
mendiskripsikan siapa jati diri dari manusia tersebut. Nilai atau value bahasa Inggris atau valere bahasa latin berarti berguna mampu akan, berdaya, berlaku,
dan kuat. Nilai adalah kualitas suatu hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai, dan dapat menjadi objek kepentingan Sjarkawi, 2006:29.
Menurut Sudarwan Danim 2003: 65 secara universal dan hakiki, moralitas merupakan aturan, kaidah baik dan buruk, simpati atas fenomena
kehidupan dan penghidupan orang lain, dan keadilan dalam bertindak. Inilah yang kemudian membentuk manusia yang utuh yang mampu mempertimbangkan segala
sesuatu dengan arif dan bijak yang bermanfaat bagi orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.
Moralitas, moralisasi, tindakan amoral, dan demoralisasi merupakan realitas hidup dan ada di sekitar kita. Ross Poole Sudarwan Danim, 2003:65
terkadang konsep moralitas itu telah disingkirkan, meski tidak mungkin akan raib di dunia ini. Kebermaknaan itu tercermin dari keamanan, kenyamanan,
kebersahabatan, kebertanggungjawaban, ketenangan, tanpa prasangka, kepastian bertindak, memegang kesepakatan, dan keceriaan hidup.Inilah dambaan dan
11 tuntunan kita untuk hidup dalam suasana asali moral moral state of natural di
mana tuntutan-tuntutan moralitas dan aspirasi-aspirasi kitasendiri terakomodasi secara normal di dalam hidup masyarakat. Kilpatrick dan Lickona Zuchdi, 2009:
10 merupakan dua tokoh pencetus utama pendidikan karakter yang mempercayai adanya keberadaan moral absolute, yakni bahwa moral absolute perlu diajarkan
kepada generasi muda agar mereka paham betul mana yang baik dan benar. Sjarkawi 2006:31 menegaskan nilai moral mempunyai tuntutan yang
lebih mendesak dan lebih cukup serius. Mewujudkan nilai moral merupakan himbauan dari hati nurani. Salah satu ciri khas nilai moral adalah timbulnya suara
dari hati nurani yang menuduh diri sendiri sebagai sauatu hal yang terbaik, sehingga timbul usaha meremehkan yang lain atau terujumus memuji diri dalam
usaha mewujudkan nilai-nilai moral itu. Thomas Lickona 2012:62-63 menjelaskan bahwa nilai moral meminta
seseorang untuk melaksanakan apa yang sebaiknya di lakukan. Seseorang harus melakukannya bahkan kalaupun sebenarnya seseorang tidak ingin meakukannya.
Lickona membagi nilai moral menjadi dua kategori, yakni nilai moral universal dan nilai moral non universal. Nilai-nilai moral universal seperti memperlakukan
orang lain dengan baik, serta menghormati pilihan hidup, kemerdekaan, dan kesetaraan dapat menyatukan semua orang dimanapun mereka berada karena kita
tentunya menjunjung tinggi dasar-dasar nilai penghargaan dan kemanusiaan diri. Sedangkan nilai-nilai moral yang bersifat nonuniversal tidak membawa tuntutan
moral yang bersifat universal. Ini adalah nilai-nilai seperti kewajiban yang berlaku
12 pada agama-agama tertentu ketaatan, berpuasa, dan memperingati hari besar
keagamaan yang secara individu menjadi sebuah tuntutan yang cukup penting. Namun, hal tersebut belum tentu dirasakan sama dengan individu lain.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa moral tidak selamanya berwujud sikap ataupun perilaku namun keputusan-keputusan dalam
pikiran seseorang yang dipengaruhi oleh nilai-nilai agama, budaya, sosial dan ekonomi. Hal ini merupakan hasil dari pertimbangan moral di dalam pribadi
manusia. Sehingga dimanapun seseorang bersikap dan bertindak jika ia telah memiliki pijakan moral yang telah diyakininya maka yang muncul adalah perilaku
yang bijaksana tanpa merugikan hak-hak orang lain.
2. Tingkatan Moral Masyarakat