17 bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain; 14 Cinta damai adalah sikap,
perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya; 15 Gemar membaca, kebiasaan menyediakan waktu
untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya; 16 Peduli lingkungan, sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memeperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi; 17 Peduli sosial, sikap dan
tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan; 18 Tanggung jawab, Sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya di lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan alam, sosial, dan budaya, negara, dan Tuhan
Yang Maha Esa.
B. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikankarakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah,
tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan habit tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga anakpeserta didik memiliki kesadaran, dan pemahaman yang
tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari Mulyasa,2011:3.
Sedangkan menurut Wyne Zuchdi, 2009:10 istilah karakter dari bahasa Yunani yang berarti ‘to mark’ menandai. Istilah ini lebih difokuskan pada upaya
18 pengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Wyne
mengatakan bahwa ada dua pengertian tentang karakter. Pertama, ia menunjukan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur,
kejam atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang
tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, Istilah karakter erat kaitannya dengan ‘personality’. Seseorang baru bisa disebut ‘orang yang berkarakter’ a
person of character apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral. Dengan demikian, pendidikan karakter yang baik, menurut Lickona, harus melibatkan
bukan saja aspek “knowing the good”moral knowing, tetapi juga “desiring the good” atau “loving the good” moral feeling dan “acting the good” moral
action. Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan
dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai- nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan. Kemudian, nilai-nilai tersebut dapat diwujudkan dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. Asmani, 2011:35
Kementrian pendidikan karakter menjelaskan bahwa pendidikan karakter merupakan keselarasan dan kesatuan holistis antara olah pikir, olah hati, olah
raga, dan olah rasakarsa merupakan aspek penting dari pendidikan karakter. Olah
19 pikir dan olah hati yang mencakup proses intrapersonal merupakan landasan untuk
mewujudkan proses interpersonal berupa olah raga dan olah rasakarsa.
http:dikdas.kemdiknas.go.id Dari penjabaran tentang pendidikan karakter, maka dapat disimpulkan
bahwa pendidikan karakter merupakan usaha terencana dalam membentuk manusia yang baik dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, manusia
dengan sesama manusia, dan manusia dengan makhluk lainnya serta lingkungan tempat tinggalnya.
2. Tujuan Pendidikan Karakter