25 mengucapkannya. Strategi tidak langsung tidak dimulai dengan menentukan
perilaku yang diinginkan, tetapi dengan menciptakan situasi yang memungkinkan perilaku yang baik dapat dipraktikan. Keseluruhan pengalaman di sekolah
dimanfaatkan untuk mengembangkan perilaku yang baik. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan karakter di
sekolah harus mampu melatih dan mengarahkan perkembangan peserta didik dalam penanaman nilai, keteladanan nilai, fasilitasi, dengan cara terus-menerus
diberikan, ditawarkan dan diulang-ulang agar terinternalisasi dan dapat diwujudkan dalam tindakan nyata seperti pada teori Lickona yang berkenaan
dengan tindakan moral.
4. Peran Semua Komponen Sekolah dalam Praktik Pendidikan Karakter
Di sekolah, kepala sekolah, pengawas, guru, dan karywan harus memiliki persamaan persepsi tentang pendidikan karakter bagi peserta didik. Setiap
personalia pendidikan mempunyai perannya masing-masing. Peran-peran komponen sekolah dalam praktik pendidikan karakter dapat dijelaskan sebagai
berikut : a.
Kepala Sekolah Kepala sekolah sebagai menejer, harus mempunyai komitmen yang kuat
tentang pendidikan karakter. Kepala sekolah harus mampu membudayakan karakter-karakter unggul di sekolahnya. Zubaedi, 2011 : 162. Menurut
Mulyasa 2011:67, Kepala sekolah adalah kepala tertinggi yang sangat berpengaruh dan menentukan kemajuan sekolah. Secara sederhana
26 kepemimpinan sekolah dapat diartikan sebagai cara atau usaha kepala sekolah
dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan, memberdayakan, dan menggerakan guru, staf, peserta didik, orang tua peserta
didik, komite sekolah, dewan pendidikan, dan pihak lain yang terkait, untuk mencapai tujuan pendidikan karakter. Dengan kata lain, bagaimana cara kepala
sekolah membuat orang lain bekerja untuk mencapai tujuan pendidikan karakter secara optimal, efektif, efisien, mandiri, produktif, dan akuntabel. Selain itu,
kepala sekolah harus mampu memobilisasi sumber daya sekolah, dalam kaitannya dengan perencanaan dan evaluasi pendidikan karakter,
pengembangan kurikulum, pembelajaran, pengelolaan ketenagakerjaan, sarana dan sumber belajar, keuangan, pelayanan peserta didik, hubungan sekolah
dengan masyarakat dan penciptaan iklim sekolah. b.
Pengawas Pengawas meskipun tidak berhubungan langsung dengan proses
pembelajaran kepada peserta didiksiswa, tetapi ia dapat mendukung keberhasilan atau kekurangberhasilan penyelenggaraan pendidkan melalui
peran dan fungsi yang diemban. Seorang pengawas tidak hanya berperan melakukan pengawasan kepada pelaksanaan tugas pihak-pihak di sekolah, baik
bersifat administratif maupun akademis, tetapi dituntut menjalankan peran pembimbing dan membantu mencari pemecahan permasalahan yang dihadapi
sekolah. Revitalisai tugas dan peran pengawas dalam pembentukan karakter peserta didiksiswa di segenap satuan pendidikan merupakan hal yang penting
27 untuk diwujudkan. Peran pengawas tidak lagi hanya mengacu pada tugas
mengawasi dan mengealuasi hal-hal yang bersifat adiministratif sekolah, tetapi juga sebagai agen atau mediator pendidikan karakter. Zubaedi, 2011 : 163
c. Para pendidik
Para pendidik atau guru dalam konteks pendidikan karakter dapat menjalankan lima peran. Pertama,konserver pemelihara sistm nilai yang
merupakan sumber norma kedewasaan. Kedua,inovator pengembangan sistem nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan. Ketiga, transmit penerus
sistem-sistem nilai ini kepada peserta didik. Keempat, transformator penerjemah sistem-sistem nilai ini melalui penjelmaan dalam pribadinya dan
perilakunya, dalam proses interaksi dengan sasaran didik. Kelima, organisator penyelenggara terciptanya proses edukatif yang dapat
dipertanggungjawabkan, baik secara formal kepada pihak yang mengangkat dan menugaskannya maupun secara moral kepada sasaran didik, serta Tuhan
yang menciptakan. Staf atau pegawai di lingkungan sekolah juga dituntut berperan dalam pendidikan karakter dengan cara menjaga sikap, sopan santun,
dan perilaku agar dapat menjadi sumber keteladanan bagi para peserta didik. d.
Peran dan Fungsi Komite Sekolah Mulyasa 2011: 75-76 mengatakan dalam implementasi pendidikan
karakter, Komite sekolahmadrasah berperan sebagai : 1
Pemberi pertimbangan advisory agency dalam penentuan pelaksanaan kebijakan pendidikan karakter di sekolahmadrasah
28 2
Pendukung supporting agency, baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan karakter.
3 Pengontrol controlling agency dalam rangka transparansi dan akutabilitas
penyelenggaraan dan keluaran mutu pendidikan karakter. 4
Mediator antara pemerintah eksekutif dengan masyarakat, dan sekolahmadrasah, dalam implementasi pendidikan karakter.
Dalam implementasi pendidikan karakter, Komite sekolahMadrasah berfungsisebagai berikut
1 Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan karakter yang bermutu dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan karakter.
2 Melakukan kerja sama dengan masyarakat peroranganorganisasidunia
usaha dunia industri dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan karakter.
3 Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai kebutuhan
pendidikan karakter yang diajukan oleh masyarakat. 4
Memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada sekolahmasdrasah mengenai kebijakan dan program pendidikan karakter,
kriteria keinerja pendidikan karakater, kriteria tenaga kependidikan, kriteria fasilitias pendidikan karakter, dan hal-hal yang terkait dengan pendidikan
karakter di sekolahmadrasah.
29 5
Mendorong orang tua dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendidikan karakter guna mendukung peningkatan mutu dan pelaksanaannya.
6 Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiyaan penyelenggaraan
pendidikan karakter. 7
Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluhuran pendidikan karakter.
C. Kerangka Konseptual Sekolah Islam Terpadu