terhadap penurunan rendemen beras kepala. Semakin besar penurunan kadar air saat pengeringan pertama, akan semakin besar penurunan rendemen beras kepala nya.
Berdasarkan analisis menunjukkan pilihan yang terbaik adalah skenario pengeringan dengan temperatur udara 50
o
C, waktu pengeringan pertama 20 menit, waktu tempering pertama 60 menit, waktu pengeringan kedua 30 menit dan waktu
tempering kedua 30 menit, tetapi kadar air akhirnya hanya mencapai 15.82. Sedangkan berdasarkan skenario dengan temperatur udara 60
o
C, waktu pengeringan pertama 20 menit, waktu tempering 60 menit, kemudian waktu
pengeringan kedua 20 menit dan dilanjutkan tempering 80 menit, dengan kadar air akhir 14.1 bb serta rendemen beras kepala rata-rata 63.21. Berdasarkan data
tersebut, maka direkomendasikan pengeringan menggunakan skenario pengeringan dengan temperatur udara 60
o
C, dengan waktu pengeringan pertama 20 menit, tempering 60 menit, kemudian waktu pengeringan kedua 20 menit dan tempering
80 menit. Hal ini dikarenakan, kadar air yang dapat dicapai adalah 14.1 memenuhi kadar air yang disyaratkan.
3.5 KESIMPULAN
1. Terdapat batasan pengurangan kadar air saat periode pengeringan pertama, yang dapat mempengaruhi rendemen beras kepala. Pengurangan kadar air
tersebut dipengaruhi oleh waktu pengeringan, dan temperatur udara pengering. Untuk penggunaan udara pengering bertemperatur tinggi dapat
dilakukan dengan waktu pengeringan yang lebih singkat, sehingga pengurangan kadar air lebih rendah, hal ini dimaksudkan agar dapat
mengurangi tingkat stress bahan, sehingga penurunan rendemen beras kepala dapat dihindari. Batasan penurunan kadar air saat periode
pengeringan pertama agar tidak menggurang nilai rendemen beras kepala adalah kadar air mencapai 18 bb.
2. Waktu tempering, sangat berpengaruh terhadap rendemen beras kepala, pada saat pengeringan pertama ketika kadar airnya mencapai di atas 18 bb.
3. Skenario temperatur udara pengering 60 °C, waktu pengeringan 20 menit dan waktu tempering 60 menit. Perbandingan waktu pengeringan : waktu
tempering 1:3 hingga 1:4, menunjukkan rendemen beras kepala yang terbesar yaitu rata-rata 64.69, dengan hasil kadar air akhir 14.1 bb.
BAB IV DISAIN DAN SIMULASI PENGERING GABAH TIPE
RESIRKULASI MENGGUNAKAN KONVEYOR PNEUMATIK
4.1 PENDAHULUAN 4.1.1 Latar
Belakang
Padi merupakan salah satu tanaman pangan yang penting di Indonesia, karena buah atau biji padi yang dikenal dengan beras adalah bahan pangan pokok
masyarakat Indonesia. Pola konsumsi beras secara perlahan tetapi pasti mengalami peningkatan sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan, pendidikan dan
mudahnya akses informasi, peningkatan kebutuhan beras di dalam negeri mencapai 1.6 per tahun Mulyo Sidik 2006. Adapun produksi gabah tahun 2008 diprediksi
sebesar 59.877 juta ton gabah kering panen GKP BPS 2008 setara dengan 37.63 juta ton beras
Salah satu aspek penting dalam pengembangan sistem agribisnis padi adalah penanganan pasca panen, hal tersebut terkait dengan massalah kehilangan hasil
yang terjadi pada kegiatan panen, pasca panen baik berupa kehilangan bobot kuantitatif maupun berupa penurunan mutu dan kerusakan fisik kualitatif yang
cukup tinggi. Kehilangan hasil pada proses pengeringan secara dijemur di Indonesia antara 2.3 hingga 2.6 Komuro 1995 dan berdasarkan Badan Pusat Statistik
BPS 2006, kehilangan hasil panen dan pasca panen akibat dari ketidaksempurnaan penanganan pasca panen mencapai 20, dimana kehilangan saat pemanenan 9.5,
perontokan 4.8, pengeringan 2.1, penggilingan 2.2, penyimpanan 1.6, dan pengangkutan 0.2. Angka ini jika dikonversikan terhadap produksi padi nasional
pada tahun 2008 yang mencapai 59.877 juta ton setara lebih dari Rp 20 triliun, dan terdapat 1.47 juta ton gabah hilang karena penjemuran atau setara dengan Rp 3.53
triliun, dengan harga gabah Rp 2400,-kg. Untuk mengatasi kehilangan pada proses pengeringan tersebut serta dalam
rangka menghadapi perubahan iklim akibat pemanasan global, dimana mendung ataupun hujan yang tidak menentu mengakibatkan pengeringan dengan dijemur