4.4.3 Pengaruh waktu tempering terhadap beras kepala
Pengaruh waktu tempering terhadap mutu gabah yang ditandai dengan besarnya nilai Beras kepala, seperti ditunjukkan pada tabel 20. Nampak walaupun
kecil terdapat perbedaan, semakin lama waktu tempering semakin besar nilai beras kepala nya. Hal ini menunjukkan perlunya waktu tempering agar kadar air bahan
antara pusat bahan dan permukaan merata dan mengurangi adanya tegangan panas thermal stress secara terus menerus yang dapat menyebabkan keretakan Bonazzi
et al. 1994. Tabel 20 Beras kepala terhadap waktu tempering
Lama Tempering 40 menit
50 menit Rendemen Beras kepala
72.69 74.3
4.4.4 Distribusi temperatur udara pengering masuk dan keluar
Temperatur udara pengering masuk ruang pengering relatif konstan sebesar rata-rata 59.52
o
C dan RH 17.33, entalpi rata-rata adalah 135.71kJkg, sedangkan temperatur udara keluar rata-rata 42.29
o
C dan RH rata-rata 53.57, entalpi rata-rata 135.58 kJkg, dengan demikian entalpi udara pengering masuk dengan entalpi
udara pengering keluar hampir sama, hal ini menunjukkan proses pengeringan terjadi secara entalpi konstan, dan dianggap proses adiabatik, karena tidak ada
panas yang megalir selain dari udara pengering itu sendiri. Distribusi temperatur udara pengering di dalam ruang pengering bervariasi terhadap jaraknya, Gambar 38
menunjukkan distribusi temperatur pada menit ke 11.8 menit. Adapun Gambar 39 adalah keadaan distribusi temperatur udara pengering setelah menit ke 446.24
menit, ketika akhir proses pengeringan. Berdasarkan Gambar 40 temperatur udara keluar pengering secara rata-rata
semakin meningkat, sepanjang waktu pengeringan, hal tersebut menandakan kadar air bahan semakin berkurang, sehingga energi yang diperlukan untuk menguapkan
air dalam bahan semakin kecil.
Gambar 38 peng
Gambar 39 penge
8 Distribusi t gering pada m
9 Distribusi t ering pada m
temperatur u menit ke 11.8
temperatur u menit ke 446
udara penger 8 menit, untu
udara penger .2 menit, un
1 4
7 10
13 16
19 22
25 28
31 34
1 4
7 10
13 16
19 22
25 28
31 34
ring secara s uk kadar air
ring secara s ntuk kadar ai
59 ‐60
5 57
‐58 5
55 ‐56
54 53
‐54 5
51 ‐52
5 49
‐50 4
47 ‐48
4 45
‐46 44
43 ‐44
4 41
‐42 4
39 ‐40
3 37
‐38 3
35 ‐36
59 ‐60
57 ‐58
55 ‐56
53 ‐54
51 ‐52
49 ‐50
47 ‐48
45 ‐46
43 ‐44
41 ‐42
39 ‐40
37 ‐38
simulasi di d gabah 23.5
simulasi di d r gabah 23.5
8 ‐59
6 ‐57
4 ‐55
2 ‐53
‐51 8
‐49 6
‐47 4
‐45 2
‐43 ‐41
8 ‐39
6 ‐37
58 ‐59
56 ‐57
54 ‐55
52 ‐53
50 ‐51
48 ‐49
46 ‐47
44 ‐45
42 ‐43
40 ‐41
38 ‐39
36 ‐37
dalam ruang bb
dalam ruang 5 bb
Gambar 40 Distribusi temperatur udara pengering pengukuran pada percobaan dengan kadar air gabah 23.5 bb.
Gambar 40 menunjukkan perbandingan distribusi temperatur udara keluar pengering berdasarkan simulasi dan percobaan, nampak bahwa hasil simulasi tidak
jauh berbeda dengan hasil pengukuran dalam percobaan dengan koefisien diterminasi R
2
= 0.95, sehingga simulasi dapat digunakan untuk memprediksi nilai temperatur keluar pengering dengan sangat baik.
Gambar 41 Distribusi temperatur udara keluar pengering, secara simulasi dan percobaan
10 20
30 40
50 60
70
200 400
600 800
temperatur °C
Waktu menit
suhu udara masuk
suhu udara keluar
10 20
30 40
50 60
200 400
600 800
Temperatur C
Waktu menit
simulasi percobaan
Gambar 42 Grafik temperatur udara keluar pengering, secara simulasi dan percobaan
4.4.5 Perubahan Temperatur