Tabel 21 Unjuk kerja alat secara umum Parameter
Satuan Percobaan I
Percobaan II Percobaan III Massa gabah awal
kg 450
410 410
Kadar Air awal bb
23.5 22.3
22.8 KadarAir Akhir
bb 13.95
14.15 14.20
Temp Udara lingkungan
o
C 31
31 31
RH udara lingkungan 80
80 80
Temp Udara pengering rata-rata
o
C 59.5
59.5 60
RH udara Pengering 19
20 18
Laju udara pengering m
3
dt 0.16
0.16 0.16
Daya blower udara pengering Watt
125 125
125 Temp Udara pengering keluar
rata-rata
o
C 43
42 43
Laju Udara Pembawa m
3
dt 0.23
0.23 0.23
Daya blower udara pembawa Watt
370 370
370 Total waktu pengeringan
jam 10
9 9
Konsumsi bahan bakar literjam
0.95 1.15
1.20 Effisiensi pengeringan
31.1 22.2
22.6 Rendemen beras kepala
thd beras pecah kulit 74.3
72.69 72
Konsumsi Energi Spesifik non renewable energy
MJkg uap air
3.475 4.786
4.131 Konsumsi Energi Spesifik total MJkg
uap air 6.499
8.980 8.625
4.5 KESIMPULAN
1. Simulasi komputer yang dibuat dapat digunakan untuk memprediksi total
waktu pengeringan dengan perbedaan antara 7-10, dan perbedaan kadar air akhir antara 2 – 3.
2. Waktu pengeringan berdasarkan simulasi, tiap sirkulasi yang diperlukan
11.8 menit dan waktu tempering 48.9 menit perbandingan waktu pengeringan dan waktu tempering 1:4, dengan kadar air awal bahan 23.5,
untuk mencapai kadar air rata-rata 14.2 dibutuhkan 9 kali sirkulasi dengan total waktu pengeringan 545.5 menit.
3. Penggunaan temperatur udara pengering 60
o
C menghasikan rendemen beras kepala 72-74.3, adapun pengeringan kovensional menghasilkan rendemen
beras kepala 64.77, pada pengeringan cuaca cerah. 4.
Konsumsi energi spesifik non renewable energy antara 3.475 MJkg uap air hingga 4.786 MJkg uap air, dengan menggunakan campuran minyak
jarak dan minyak tanah 1:1, didapat konsumsi energi spesifik total antara 6.499 MJkg uap air hingga 8.98 MJkg uap air dan Efisiensi pengeringan
antara 22.20 – 31.10. Konsumsi Energi listrik menggunakan konveyor pneumatik 1.028 Whkg produk.
BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN
PENGERING RESIRKULASI
5.1 PENDAHULUAN
Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan manfaat dengan memanfaatkan sumberdaya
yang ada. Kegiatan seperti ini disebut suatu proyek Pramudya dan Dewi, 1992. Adapun tujuan dari adanya proyek adalah untuk mendapatkan keuntungan, dimana keuntungan tersebut
didapatkan dari adanya selisih biaya yang diterima dengan biaya yang telah dikeluarkan. Untuk mengetahui besarnya biaya yang diterima dan biaya-biaya yang dikeluarkan, maka
dilakukan analisis biaya. Biaya-biaya suatu proyek terdiri dari biaya investasi dan biaya eksploitasi. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada tahap persiapan, sedangkan
biaya eksploitasi dikeluarkan selama proyek tersebut dijalankan. Secara tradisional petani petani dan unit usaha pengilingan mengeringkan gabah dengan
menggunakan metoda lamporan pengeringan langsung menggunakan energi matahari, sehingga membutuhkan lahan yang luas, dengan tebal tumpukan antara 1- 2.5 cm, diperlukan luas lahan
lamporan antara 80-115 m
2
untuk setiap ton gabah. Dengan cara tersebut petani tidak memperhitungkan biaya pengeringgan, dan biasanya dikeringkan dipinggir jalan atau dititipkan
ke penggilingan padi untuk dikeringkan dengan biaya Rp 50.000 per ton, tetapi dengan metoda lamporan, mutu hasil pengeringan tidak dapat ditentukan, oleh karena sangat tergantung cuaca
dan keadaan sekelilingnya. Usaha penggilingan pada umumnya mempunyai lahan untuk pengering lamporan yang
terbatas, sehingga ketika banyak petani menitipkan gabahnya untuk dikeringkan tidak mampu melakukannya, akibatnya banyak gabah yang mengalami penundaan pengeringan dan akan
menurunkan mutu hasil penggilingan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Untuk itu penting bagi pengusaha penggilingan atau kelompok tani merubah cara pengeringan dari secara
tradisional menjadi menggunakan pengering mekanis, yang dapat meningkatkan mutu pengeringan juga dapat meningkatkan hasil dari penggilingan.