memberantas tindak pidana pencucian uang yang berkaitan dengan pemberian informasi tentang adanya transaksi keuangan mencurigakan sebagai indikasi
tindak pidana pencucian uang kepada PPATK. 2.
Untuk memberikan masukan bagi aparat penegak hukum untuk dapat meningkatkan profesionalisme kerjanya dalam upaya membantu PPATK
dalam memberantasan tindak pidana yang berkaitan dengan tindak pidana pencucian uang.
D. Keaslian Penulisan
Skripsi dengan judul “Identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan Oleh Penyedia Jasa Keuangan Bank Sebagai Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang” belum pernah ditulis oleh siapapun sebelumnya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Pada prinsipnya dalam penulisan
karya ilmiah ini penulis memperolehnya berdasarkan literatur yang ada, baik dari perpustakaan, maupun media elektronik, ditambahkan pemikiran penulis. Oleh
karena itu skripsi ini adalah asli merupakan karya ilmiah milik penulis dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral maupun akademik.
E. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Tindak Pidana
Pidana berasal dari kata straf Belanda, yang ada kalanya disebut dengan istilah hukuman. Istilah pidana lebih tepat dari istilah hukuman, karena hukum
sudah lazim merupakan terjemahan dari Recht.
17
Dalam KUHPid Kitab Undang- Undang Hukum Pidana tidak diberikan defenisi terhadap istilah tindak pidana
17
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005, hal.24.
atau strafbaarfeit. Karenanya, para penulis hukum pidana telah memberikan pendapat mereka masing-masing untuk menjelaskan tentang arti dari istilah
tersebut. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa tindak pidana adalah perbuatan yang pelakunya seharusnya dipidana. Tindak pidana dirumuskan dalam undang-
undang, antara lain dalam KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana .
18
Menurut Moeljatno, pengertian hukum pidana adalah bagian daripada keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-dasar
dan aturan-aturan untuk:
19
1. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah
melanggar larangan-larangan itu dapat dikenai atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan.
2. Menentukan dengan cara bagaimana penggunaan pidana itu dapat
dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.
Mengenai definisi dari tindak pidana ada 2 dua pandangan yang berbeda dari para sarjana yakni pandangan dualisme dan pandangan monisme. Pertama,
Pandangan dualisme adalah pandangan yang memisahkan antara perbuatan dan orang yang melakukan. Salah satu sarjana terkenal penganut pandangan ini
adalah Moeljatno.
20
Menurut Moeljatno, perbuatan pidana adalah “perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman sanksi yang berupa
pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang hukum dan
diancam pidana, asal saja dalam hal itu diingat bahwa larangan ditujukan pada
18
Frans Maramis, Hukum Pidana umum dan tertulis di Indonesia, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2013, hal.57.
19
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta : Rineka Cipta, 1993, hal.1.
20
Adami Chazawi,Op.Cit.,hal.72.
perbuatannya yaitu kejadian atau keadaan yang ditimbulkan oleh kelakuan orang, sedang ancaman pidananya ditujukan pada orang yang menimbulkan
kejahatan.
21
Kedua, pandangan monisme adalah pandangan yang tidak memisahkan antara unsur-unsur mengenai perbuatan dengan unsur-unsur mengenai diri
orangnya. Salah satu sarjana terkenal yang menganut pandangan ini adalah Simon.
22
Simon merumuskan strafbaarfeit itu adalah tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja oleh
seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan oleh Undang-Undang telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum.Alasan
dari Simon mengapa strafbaarfeit harus dirumuskan seperti di atas karena:
23
1. Untuk adanya suatu srafbaarfeit diisyaratkan bahwa disitu terdapat suatu
tindakan yang dilarang ataupun yang diwajibkan dengan Undang-Undang dimana pelanggaran terhadap larangan atau kewjiban seperti itu telah
dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum.
2. Agar suatu tindakan seperti itu dapat dihukum, maka tindakan itu harus
memenuhi semua unsur dari delik seperti yang dirumuskan oleh Undang- Undang.
3. Setiap strafbaarfeit sebagai pelanggaran terhadap larangan atau kewajiban
menurut Undang-Undang itu, pada hakikatnya merupakan tindakan melawan hukum atau suatu onrechtmatige handeling.
Suatu perbuatan dapat dikatan sebagai suatu perbuatan pidana tentunya ada
unsur-unsur dari suatu yang dikatakan tindak pidana telah dilakukan oleh yang bersangkutan. Adapun unsur-unsur dari tindak pidana adalah sebagai berikut.
a. Unsur Objektif
21
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta : Sinar Grafika, 2005, hal.7.
22
Adami Chazawi, Op.Cit., hal.75.
23
Evi Hartanti, Op.Cit., hal.5.
Unsur yang terdapat diluar si pelaku. Unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan, yaitu dalam keadaan-keadaan di mana tindakan-tindakan si
pelaku itu harus dilakukan. Terdiri dari : 1 Sifat melanggar hukum, 2 Kualitas dari si pelaku. Misalnya keadaan sebagai pegawai negeri didalam kejahatan
jabatan menurut Pasal 415 KUHP atau keadaan sebagai pengurus atau komisaris dari suatu Perseroan Terbatas di dalam kejahatan menurut Pasal 398 KUHP.
Kausalitas yaitu hubungan antara suatu tindakan sebagai penyebab dengan suatu kenyataan sabagai akibat.
24
b. Unsur Subjektif
Unsur subjektif ialah unsur yang terdapat atau melekat pada diri si pelaku, atau yang dihubungkan dengan diri si pelaku termasuk didalamnya segala sesuatu
yang terkandung di dalam hatinya. Unsur ini terdiri dari :
25
1. Kesengajaan atau ketidaksengajaan dolus atau culpa.
2. Maksud pada suatu percobaan, seperti ditentukan dalam Pasal 53 ayat 1
KUHP. 3.
Macam-macam maksud seperti terdapat dalam kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, dan sebagainya.
4. Merencanakan terlebih dahulu, seperti tercantum dalam Pasal 340 KUHP,
yaitu pembunuhan yang direncanakan terlebih dahulu. 5.
Perasaan takut seperti terdapat di dalam Pasal 308 KUHP. Tentang penentuan perbuatan mana yang dipandang sebagai perbuatan
pidana, kita menganut azas yang dinamakan azas legalitas principle of legality, yakni suatu perbuatan hanya merupakan tindak pidana, jika ditentukan terlebih
dahulu dalam suatu ketentuan perundang-undangan Pasal 1 ayat 1 KUHP. Dalam bahasa latin, berbunyi: Nullum delictum nulla poena sine previa legi
24
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Jakarta : Rajawali Pers, 2102, hal.50.
25
Ibid.,hal.51.
poenalli tiada kejahatan, tiada hukuman pidana tanpa undang-undang hukum pidana terlebih dahulu.
26
2. Pengertian Tindak Pidana Pencucian Uang