bagi Penyedia Jasa Keuangan. Penyimpanan catatan dan dokumen tersebut oleh PJK bank dilakukan paling singkat 10 sepuluh tahun sejak berakhirnya
hubungan usaha dengan pengguna jasa.
F. Pelaporan Transaksi Keuangan Mencurigakan kepada PPATK oleh
Penyedia Jasa Keuangan Bank
Suatu transaksi yang telah di tetapkan sebagai suatu transaksi keuangan mencurigakan maka setiap PJK, termasuk PJK bank wajib melaporkannya kepada
PPATK. Berdasarkan undang-undang tindak pidana pencucian uang mewajibkan PJK termasuk PJK bank untuk melaporkan transaksi keuangan mencurigakan
kepada PPATK disertai dengan penjelasan dan alasan yang menyebabkan transaksi dicurigai, identitas pihak yang melakukan transaksi, serta keterangan
atau keadaan yang melatar belakangi dan menyebabkan transaksi tersebut dicurigai. Pelaporan transaksi keuangan mencurigakan yang dilakukan oleh PJK
bank, PJK bank memiliki kewajiban untuk :
173
1. Memiliki prosedur pelaporan yang jelas dan menjamin bahwa proses dari
semua transaksi keuangan mencurigakan telah berjalan sesuai dengan prosedurnya dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang.
2. Melakukan sosialisasi sehingga setiap karyawan mengetahui siapa pejabat
yang berwenang menangani laporan transaksi keuangan mencurigakan. Dalam Pasal 23 ayat 1 UU TPPU memuat bahwa PJK wajib melaporkan
kepada PPATK yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
174
1. Transaksi keuangan mencurigakan
2. Transaksi keuangan tunai dalam jumlah paling sedikit Rp 500.000.000,00
lima ratus juta rupiah atau denda dengan mata uang asing dengan nilainya setara yang dilakukan baik dalam satu transaksi atau beberapa kali
transaksi dalam 1 satu hari kerja.
173
Bismar Nasution, Op.Cit., hal.50.
174
Pasal 23 ayat 1 Udang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
3. Transaksi keuangan transfer dana dari dan ke luar negeri.
Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 23 Ayat 1 dapat
diketahui adanya kewajiban menyampaikan laporan dari penyedia jasa keuangan kepada PPATK berupa laporan :
175
a. Transaksi keuangan mencurigakan
Pengertian transaksi keuangan mencurigakan adalah sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 5 undang-undang nomor 8 tahun 2010. Dalam
penjelasan Pasal 23 ayat 1 huruf a disebutkan bahwa pada dasarnya transaksi keuangan mencurigakan diawali dari transaksi antara lain :
1. Tidak memiliki tujuan ekonomis dan bisnis yang jelas
2. Menggunakan uang tunai dalam jumlah yang relatif besar danatau
dilakukan secara berulang-ulang di luar kewajaran. 3.
Aktivitas transaksi nasabah di luar kebiasaaan dan kewajaran Apabila transaksi-transaksi yang tidak lazim tersebut memenuhi kriteria
sebgaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 5, maka transaksi tersebut dapat diklasifikasikan sebagai transaksi keuangan mencurigakan yang wajib dilaporkan.
Sedangkan terhadap transaksi atau aktivitas di luar kebiasaan dan kewajaran, maka penyedia jasa keuangan harus memberikan perhatian khusus atas semua
transaksi yang komplek, tidak biasa dalam jumlah besar, dan semua pola transaksi tidak biasa, yang tidak memiliki alasan ekonomis yang jelas dan tidak ada tujuan
yang sah. Latar belakang dan tujuan transaksi tersebut harus sejauh mungkin diperiksa, temuan-temuan yang didapat dibuat tertulis dan tersedia untuk
membantu pihak berwenag dan auditor.
176
175
R. Wiryono, Op.Cit., Hal.122.
176
Ibid., hal. 123.
b. Transaksi keuangan tunai dalam jumlah paling sedikit Rp 500.000.000,00
lima ratus juta rupiah atau denda dengan mata uang asing dengan nilainya setara yang dilakukan baik dalam satu transaksi atau beberapa kali
transaksi dalam 1 satu hari kerja. Untuk dapat dikulaifikasikan sebagi transaksi keuangan tunai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat 1 huruf b UU TPPU bukan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 6 UU TPPU, transaksi tersebut telah memenuhi
sebagai berikut : 1.
Jumlah paling sedikit Rp500.000.000,00 lima ratus juta rupiah jika dinilai dengan rupiah. “Atau “ setara dengan jumlah paling sedikit
Rp500.000.000,00 lima ratus juta rupiah jika dilakukan dengan rupiah dan mata uang asing. “Atau” setara dengan jumlah paling sedikit
Rp500.000.000,00 lima ratus juta rupiah jika dilakukan dengan mata uang asing. Ar
ti digunakan kata “setara” disini ialah tidak perlu nilainya harus sama dengan Rp500.000.000,00 lima ratus juta rupiah.
2. Dalam 1 satu hasil kerja dilakukan 1 satu kali atau beberapa kali
transaksi. Kewajiban untuk menyampaikan laporan transaksi tunaidapat dikecualikan
atau tidak perlu dilaksanakan oleh PJK jika laporan tentang transaksi keuangan tunai yang dimaksud adalah laporan terhadap :
177
1. Transaksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa Keuangan dengan
pemerintah dan bank sentral. Bahwa yang dimaksud dengan transaksi dengan pemerintah adalah
transaksi yang menggunakan rekening pemerintah dan dilakukan untuk dan atas nama pemerintah, yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, kementrian,
lembaga pemerintah non kementrian atau badan-badan pemerintah lainnya, namun
177
Ibid., hal 128.
tidak termasuk badan usaha milik negaradaerah. Sedangkan yang dimaksud dengan bank sentral adalah bank indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat 1 UU No. 3 Tahun 2009. 2.
Transaksi untuk pembayaran gaji atau pensiun Dalam keputusan Kepala PPATK Nomor 3IKEP.PPATK2009 tentang
Pedoman Laporan Transaksi Keuangan Tunai dan Tata Cara Pelaporannya bagi Penyedia Jasa Keuangan, disebutkan bahwa transaksi yang dikecualikan yang
berupa pembayaran gaji dan pensiun adalah suatu transaksi tertentu yang secara rutin dilakukan oleh suatu institusilembagaperusahaan dalam rangka
pembayaran gaji karyawannya. Namun, transaksi penarikanpenyetoran tunai seorang nasabah perorangan yang atas dasar pengakuaanya dilakukan untuk
pembayaran gaji dan tidak secara rutin tidak termasuk sebagai transaksi yang dikecualikan.
3. Transaksi lain yang ditetapkan oleh Kepala PPATK atau atas permintaan
PJK yang disetujui oleh PPATK. Penjelasan Pasal 23 ayat 4 huruf c, menyebutkan bahwa yang dimaksud
dengan, transaksi lain adalah transaksi-transaksi yang dikecualiakan sesuai dengan
karateristiknya selalu dilakukan dalam bentuk tunai dan dalam jumlah besar, misalnya setoran rutin oleh pengelola jalan tol atau pengelola
supermarket.
Transaksi lain yang ditetapkan oleh Kepala PPATK dapat diartikan bahwa
Kepala PPATK dapat menetapkan transaksi lain yang dikecualikan berdasarkan besarnya jumlah transaksi, bentuk, atau wilayah kerja pihak pelapor tertentu.
Pemberlakuan pengecualian tersebut dapat dilakukan, baik untuk jangka waktu
yang tidak terbatas permanen maupun untuk waktu tertentu. Sedangkan transaksi lain atas permintaan penyedia jasa keuangan yang disetujui oleh
PPATK, dapat dikecualikan dari kewajiban pelaporan adalah :
178
a. Transaksi keuangan tunai dilakukan oleh nasabah yang telah menjadi
nasabah penyedia jasa keuangan sekurang-kurangnya 6 enam bulan secara terus-menerus.
b. Transaksi keuangan tunai yang merupakan transaksi rutin, yaitu
transaksi yang dilakukan secara harian, mingguan, atau bulanan. c.
Transaksi keuangan tunai yang terkait secra langsung dengan kegiatan usah nasabah dan usaha yang umumnya dilakukan secra tunai.
Kepala PPATK dengan berbagai pertimbangan dapat menyetujui atau menolak permohonan pengecualian pelaporan transaksi keunangan tunai yang
diajukan oleh penyedia jasa keuangan. c.
Transaksi keuangan transfer dana dari dan ke luar negeri. Baik dalam naskah maupun penjelasan UU No 8 Tahun 2010 tidak ada
ketentuan atau penjelasan yang menyebutkan apa yang dimaksud dengan transfer dana. Oleh karena itu, pengertiannya telah dimuat dalam Pasal 1 angka 1 UU No 3
Tahun 2011 tentang Transfer Dana, bahwa pengertian transfer dana adalah rangkaian kegiatan apa yang dimulai dengan perintah dari pengirim asal yang
bertujuan memindahkan sejumlah dana kepada penerima yang disebutkan dalam perintah transfer dana sampai dengan diterimanya dana oleh penerima. Transaksi
keuangan transfer dana sebagaimana dimakud dalam Pasal 23 ayat 1 huruf b UU No 8 Tahun 2010 , dapat dilakukan :
a. Antar bank yang ada di dalam negeri,
b. Antar bank yang ada didalam negeri dengan bank yang ada diluar negeri.
178
Ibid., hal 129.
Mengenai besarnya jumlah transaksi keuangan yang wajib dilaporkan oleh PJK bank kepada PPATK diatur berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh
PPATK.
179
Atas dasar laporan dari PJK bank tersebut dan informasi lainnya, PPATK akan melakukan analisis untuk mendeteksi tindakan pidana pencucian
uang, dan kemudian menyerahkan laporan hasil analisisnya kepada pihak penyidik dan penuntut. Untuk memperoleh laporan dan hasil deteksi atau analisis
yang baik, PPATK harus menjalin kerjasama dengan PJK bank dan instansi terkait lainya atau dengan FIU dari negara lain.
Selanjutnya dalam proses penegakan hukum, PPATK dapat melakukan kerjasama dan membantu pihak penyidik dan penuntut umum dengan informasi
yang dimiliki dan kemampuan analisinya. Informasi tersebut dapat berasal dari database PPATK, atau dapat juga berasal dari sharing information dengan FIU
dari negara lain.
180
Penyampaian laporan transaksi keuangan mencurigakan dilakukan sesegera mungkin oleh penyedia jasa keuangan yaitu paling lama 3
tiga hari kerja setelah PJK bank mengetahui adanya unsur transaksi keuangan mencurigakan. Sedangkan untuk penyampaian laporan atas transaksi tunai harus
dilakukan paling lama 14 empat belas hari kerja terhitung sejak tanggal transaksi dilakukan. Dan untuk penyampaian laporan transaksi keuangan transfer dana dari
dan ke luar negeri dilakukan paling lama 14 empat belas hari kerja terhitung sejak tanggal transaksi dilakukan.
Setiap PJK termasuk PJK bank yang tidak melaksanakan kewajibannya dalam melakukan penyampaikan laporkan transaksi keuangan mencurigakan
179
Ibid., hal.127.
180
Yunus Husein, Op.Cit., hal.85.
kepada PPATK, maka akan dikenakan sanksi administrasif. Sanksi administratif yang dikenakan oleh PPATK dapat berupa :
181
a. Peringatan
b. Teguran tertulis
c. Pengumuman kepada publik mengenai tindakan atau sanksi
d. Denda adsministratif
Pelaksanaan kewajiban pelaporan oleh pihak pelapor maka pihak pelapor dan bagi pihak saksi juga diberikan perlindungan, perihal perlindungan bagi
pelapor diatur dalam Pasal 83 sampai Pasal 87 UU RI No.8 Tahun 2010. Bentuk perlindungan bagi pelapor dan sanksi dapat berupa :
182
a. Pejabat dan pegawai PPATK, penuntut umum, atau hakim wajib
merahasiakan pihak pelapor dan saksi. Pelanggaran terhadap ketentuan tersebut memberikan hak kepada pelapor atau ahli warisnya untuk
menuntut ganti kerugian melalui pengadilan.
b. Setiap orang yang melaporkan terjadinya dugaan tindak pidana pencucian
uang wajib diberi perlindungan khusus oleh negara dari kemungkinan ancaman yang membahayakan diri,jiwa, danatau hartanya, termasuk
keluarganya.
c. Di sidang pengadilan, saksi, penuntut umum, hakim, dan orang lain yang
terkait dengan tindak pidana pencucian uang yang sedang dalam pemeriksaan dilarang menyebutkan nama, alamat pelapor, atau hal lain
yang memungkinkan dapat terungkapnya identitas pelapor dan hakim wajib mengingatkan pihak-pihak tersebut dalam setiap persidangan
sebelum sidang pemeriksaan dimulai.
d. Setiap orang yang memberikan kesaksian dalam pemeriksaan tindak
pidana pencucian uang wajib diberi perlindungan khusus oleh negara dari kemungkinan ancaman yang membahayakan diri, jiwa, danatau hartanya,
termasuk keluarganya. Ketentuan mengenai tata cara pemberian perlindungan khusus tersebut diatur dalam peraturan perundang-undangan.
e. Pelapor tidak dapat dituntut, baik secara perdata atau pidana, atas laporan
danatau kesaksian yang diberikan oleh yang bersangkutan. Saksi yang memberikan keterangan palsu di atas sumpah dipidana sesuai dengan
ketentuan dalam kitab undang-undang hukum pidana.
181
Pasal 30 Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.
182
Juni Sjafrein Jahja, Op.Cit., hal 63.
Pengaturan perlindungan terhadap pihak pelapor dalam peristiwa tindak pidana pencucian uang adalah sebagai akibat dari lemahnya penegakan hukum
dan kurang kompherensifnya pengaturan mengenai perlindungan pihak pelapor sehingga menyebabkan keengganan bagi pihak pelapor dan saksi untuk
melaksanakan kewajibannya. Pelapor akan enggan melaporkan mengenai apa yang diketahui terkait dugaan terjadinya tindak pidana meskipun undang-undang
mewajibkan untuk melaporkannya kepada instansi berwenang. Pengaturan mengenai perlindungan yang sudah diatur dan tetap
dipertahankan ialah jaminan perlindungan oleh undang-undang artinya bahwa perlindungan yang diberikan telah secara tegas diatur dalam undang-undang
tindak pidana pencucian uang dan perlindungan karena pelaksanaan undang- undang artinya adanya suatu perlindungan apabila pelaksanaan kewajiban oleh
pihak pelapor diterapkan dengan konsisten.
183
183
Andrian Sutedi, Op.Cit., hal.297.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan