Media Pembelajaran Lembar Kegiatan Siswa LKS Pembelajaran Menggunakan Model Experiential Learning

dalam kelompoknya, namun siswa akan memperoleh berbagai variasi hasil diskusi dari kelompok lain. Tugas siswa tidak hanya sampai pada pertukaran informasi dengan kelompok lain, namun masing-masing kelompok harus membandingkan hasil pekerjaan kelompok dengan lain kelompok, sehingga siswa dapat menemukan kelebihan dan kekurangan dari hasil pekerjaan masing-masing kelompok.

2.5 Media Pembelajaran Lembar Kegiatan Siswa LKS

Menurut Sadiman et al. 2010: 7, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Menurut Hamdani 2010: 43, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa, yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Lembar Kegiatan Siswa LKS merupakan salah satu bentuk media yang bisa digunakan sebagai sarana penunjang kegiatan pembelajaran. Menurut Devi et al. 2009 39, Lembar Kegiatan Siswa LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa yang biasanya berupa petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Tujuan penggunaan LKS dalam penelitian ini adalah untuk memberi penguatan sikap dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh siswa serta mengecek tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disajikan. Menggunakan media LKS, penyampaian materi dari guru kepada siswa tidak terlalu verbal. LKS digunakan sebagai sarana yang menuntun siswa dalam kegiatan menemukan konsep sekaligus membangun kemampuan siswa pada aspek komunikasi matematis karena LKS yang digunakan berisi rangkaian pertanyaan dan petunjuk yang mengarahkan siswa untuk mencapai indikator komunikasi matematis.

2.6 Pembelajaran Menggunakan Model Experiential Learning

dengan TS-TS Berbantuan LKS Pembelajaran matematika di dalam penelitian ini menggunakan dua model pembelajaran, yaitu model Experiential Learning dan model TS-TS. Tujuan penggunaan dua model di dalam penelitian ini adalah untuk membangun pengalaman siswa di dalam kegiatan penemuan konsep melalui model Experiential Learning dan melatih kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan materi keliling dan luas segiempat melalui model TS-TS. Pembelajaran menggunakan dua model tersebut juga melatih kemampuan siswa pada aspek komunikasi matematis tertulis, karena melalui tahapan-tahapan dalam kedua model tersebut, siswa dilatih untuk menulis secara matematis. Selain menggunakan dua model pembelajaran, penelitian ini juga menggunakan media pembelajaran berupa LKS. Fungsi LKS dalam penelitian ini adalah sebagai sarana yang membantu siswa dalam kegiatan pembangunan pengetahuan terutama membangun konsep dan kemampuan siswa pada aspek komunikasi matematis. LKS yang digunakan dalam penelitian ini berisi permasalahan matematis disertai dengan langkah-langkah penyelesaian yang mengarahkan siswa untuk mencapai indikator komunikasi matematis. Langkah-langkah model Experiential Learning antara lain: fase 1, concrete experience pengalaman konkrit; fase 2, reflective observation pengamatan reflektif; fase 3, abstract conceptualization konseptualisasi abstrak; dan fase 4, active experimentation percobaan aktif. Langkah-langkah model TS-TS antara lain: fase 1, menyampaikan apersepsi dan memotivasi siswa; fase 2, mengecek pemahaman dasar siswa; fase 3, menyajikan materi; fase 4, mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar; fase 5, membimbing kelompok pada saat ; fase 6, presentasi hasil kerja dan evaluasi; dan fase 7, memberikan penghargaan. Berikut sintaks dari model Experiential Learning dengan TS-TS berbantuan LKS. Tabel 2.5. Sintaks Model Experiential Learning dengan TS-TS Berbantuan LKS Fase Kegiatan Guru dan Siswa Fase 1: Menyampaikan apersepsi dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan apersepsi dan memotivasi belajar siswa. Fase 2: Concrete experience pengalaman konkrit Siswa diminta untuk mengemukakan pengalaman mereka sesuai dengan topik. Fase 3: Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru membentuk kelompok-kelompok yang terdiri dari empat siswa di setiap kelompok. Fase 4: Reflective observation pengamatan reflektif. Siswa melakukan kegiatan diskusi dengan menggunakan media berupa LKS untuk membangun konsep dari materi pembelajaran. Guru membimbing siswa dalam kegiatan diskusi. Fase 5: Presentasi hasil kerja. Salah satu kelompok mewakili untuk mempresentasikan hasil diskusi. Fase 6: Abstract conceptualization konseptualisasi abstrak. Guru mengarahkan siswa menggunakan idenya untuk menyimpulkan hasil pembangunan konsep pada tahap pengamatan reflektif. Fase 7: Active experimentation percobaan aktif dan pertukaran kelompok Siswa menggunakan konsep yang telah ditemukan sebelumnya dalam kegiatan diskusi mengerjakan latihan soal. Siswa melakukan pertukaran kelompok setelah diskusi selesai. Guru membimbing siswa dalam kegiatan diskusi dan pertukaran kelompok. Fase 8: Presentasi hasil kerja dan evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dengan cara memberi kesempatan pada setiap kelompok untuk mempresentasikan dan menyimpulkan hasil kerja mereka. Fase 9: Memberikan penghargaan. Guru menghargai hasil kerja kelompok dengan memberi pernghargaan pada kelompok yang memperoleh skor tertinggi.

2.7 Model Pembelajaran Direct Instruction DI