2.7 Model Pembelajaran Direct Instruction DI
Pembelajaran langsung atau Direct Instruction dikenal dengan sebutan acive teaching ataupun whole-class teaching yang mengacu pada gaya mengajar
dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada siswa dan mengajarkan secara langsung kepada seluruh kelas Suprijono, 2009: 43. Berikut
merupakan sintaks model pembelajaran langsung direct instruction. Tabel 2.6. Sintaks Model Direct Instruction
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1: Establishing Set Menyampaikan
tujuan dan
mempersiapkan siswa.
Menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, mempersiapkan siswa untuk
belajar.
Fase 2: Demostrating Mendemonstrasikan
pengetahuan atau
keterampilan. Mendemonstrasikan
keterampilan yang
benar, menyajikan informasi tahap demi tahap.
Fase 3: Guided Practice Membimbing pelatihan.
Merencanakan dan memberi pelatihan awal. Fase 4: Feed Back
Mengecek pemahaman
dan memberikan umpan balik.
Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik.
Fase 5: Extended Practice
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan
dan penerapan. Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan
lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupansehari-
hari.
Sumber: Suprijono 2009: 50 Di dalam model DI, guru memiliki banyak porsi dalam pembelajaran,
karena peran guru adalah sebagai pemberi informasi. Tugas siswa dalam pembelajaran langsung adalah mendengarkan, memperhatikan, dan mencatat
penjelasan guru. Model DI memberi kesempatan kepada siswa belajar dengan mengamati, mengingat, dan menirukan apa yang dimodelkan oleh guru, sehingga
penting bagi guru untuk memperhatikan kualitas dan kuantitas materi yang akan diberikan kepada siswa. Dalam segi kualitas, guru harus memperhatikan
kebenaran dari materi tersebut, mempersiapkan diri dengan baik sebelum menyampaikan materi tersebut, serta menggunakan cara yang kreatif dalam
penyampaian materi. Dalam segi kuantitas, guru harus memperhatikan porsi penyampaian materi di setiap pertemuan. Banyaknya materi yang dipelajari oleh
siswa harus disesuaikan dengan tingkat berpikir siswa, agar siswa dapat memahami materi dengan baik di setiap pembelajaran.
2.8 Ketuntasan Belajar