Saran Tahap Keputusan Decision Stage

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Desa Karang Tengah merupakan salah satu lokasi produksi ubikayu dan industri tapioka, tetapi pengelolaannya masih belum optimal, maka perlu dikembangkan. Proses pengembangan IK tapioka tersebut memerlukan sebuah strategi yang disesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki oleh Desa Karang Tengah. Nilai pada matriks IFE 2,173, dengan kekuatan paling besar ditunjukkan oleh faktor iklim kerja yang baik nilai 0,264, serta kelemahan terbesar diperoleh dari faktor mutu produk dan harga yang kurang bersaing nilai 0,096. Nilai pada matriks EFE 2,321, peluang utama ialah faktor kurangnya ancaman dari produk pengganti nilai 0,325 dan ancaman terbesar ialah faktor cuaca dan kekuatan tawar-menawar pembeli yang tinggi nilai 0,116. b. Pada matriks CP diketahui bahwa nilai Desa Karang Tengah didasarkan pada faktor penentu keberhasilan 2,239. Desa Cibuluh mendapatkan nilai 2,830, desa Ciluar mendapatkan nilai 3,112 dan Desa Kadumangu mendapatkan nilai 3,383. Pada matriks IE, posisi perusahaan terletak pada sel 5, berarti sebaiknya menggunakan strategi hold dan maintain, dengan pelaksanaan melalui strategi diversifikasi konsentrik, diversifikasi konglomerasi dan strategi pengembangan produk. c. Pada matriks QSP diperoleh beberapa alternatif strategi dari matriks IE dan SWOT, yaitu strategi diversifikasi konsentrik, diversifikasi konglomerasi, strategi pengembangan produk, strategi penggunaan teknologi yang efisien dan strategi membangun kelembagaan. Berdasarkan matriks QSP maka nilai TAS tertinggi pada strategi penggunaan teknologi yang efisien 5,515.

2. Saran

a. Untuk menanggulangi kekuatan tawar-menawar pembeli yang sangat tinggi, perlu dibentuk kelembagaan yang beranggotakan para pengusaha tapioka khususnya di Desa Karang Tengah dan umumnya seluruh desa pemasok tapioka. b. Faktor-faktor yang menentukan mutu sebaiknya dipelajari seperti teknologi, sanitasi dan selain itu kerjasama antara pemerintah dan intitusi pendidikan dengan IK tapioka untuk memberikan pelatihan tentang pembuatan tapioka yang baik sangat diperlukan. c. Industri tapioka di Desa Karang Tengah sebaiknya juga memperhatikan potensi lain yang dimilikinya seperti kopi, pisang maupun olahan ubikayu yang lain juga sangat layak untuk dikembangkan. Karena selain berpeluang untuk menjadi produk yang bernilai ekonomis lebih tinggi, pengolahan potensi tersebut relaif tidak terlalu tergantung pada faktor- faktor yang menjadi kelemahan dan ancaman dari pengolahan tapioka seperti faktor cuaca dan daya tawar pembeli yang pada saat ini dirasa terlalu tinggi. DAFTAR PUSTAKA BPS. 2006 a . Inflasi tahun 2006. http:www.bps.go.id. [24 April 2006] 2006 b . Populasi tahun 2000. http:www.bps.go.idsectorpopulationtable1.shtml. [24 April 2006] David, F. R. 2004. Manajemen Strategis : Konsep-konsep Terjemahan. PT Indeks, Jakarta Departemen KUMKM. 2004. Rencana Strategis Pembangunan KUMKM. Departemen KUMKM RI, Jakarta. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Departemen Pertanian. 2003 Pedoman Pengolahan Ubikayu. Jakarta. Dinsi, V. 2004. Jangan Mau Seumur Hidup Jadi Orang Gajian. LET’S GO Indonesia, Jakarta. Dirgantoro, C. 2004. Manajemen Stratejik. Grasindo, Jakarta. Falcon, W.P., et al. 1986. Ekonomi Ubikayu di Jawa. Standford University Press bekerjasama dengan Penerbit Sinar Harapan. Jakarta Firdaus, H. 2004. Analisis Strategi Pemasaran Tapioka Studi Kasus: Koperasi Pengrajin Tapioka Ciluar, Desa Pasir Laja Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hafsah, M.J. 2003. Bisnis Ubikayu Indonesia. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta Husodo, S.Y. 2002. Membangun Kemandirian di Bidang Pangan : Suatu Kebutuhan Bagi Indonesia. Makalah pada Seminar Kemandirian Ekonomi Nasional. Pada tanggal 22 November 2002. Jakarta. LIPI. 2006. Tepung Tapioka. http:www.pdii.lipi.go.id , [20 Januari 2006]. Kesenja, Y.Y. 2005. Analisis Industri Kecil Tepung Tapioka di Bogor Kasus: Industri Kecil Tepung Tapioka di Kelurahan Ciluar Tanah Baru, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Skripsi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kotler, P. 1999. Manajemen Pemasaran Terjemahan. Ghalia Indonesia. Jakarta Ghalia Indonesia. Jakarta. Pearce, J.A dan Robinson, R. 1997. Manajemen Strategik : Formulasi, Implementasi dan Pengendalian. Terjemahan. Binarupa Aksara. Jakarta. Purba, R.P. 2002. Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah Pada Industri Kecil Tapioka Kasus Industri Kecil Tapioka di Desa Ciparigi, Bogor Utara, Bogor. Skripsi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Purnomo, H. 2003. Pengaruh Subtitusi Tepung Tapioka dan Tepung Kedelai Terhadap Kualitas Bakso. Agrivita vol.20 no.3. Jakarta. Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Jakarta Suhendar, H. 2002. Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Industri Kecil Tahu Sumedang Studi Kasus di Bogor, Jawa Barat. Skripsi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Suriawiria, H. U. 25 September 2002. Potensi Ubikayu. Kompas Cyber Media. http:www.kompas.comkompas-cetak020925iptekpote30.htm [20 Januari 2006]. Umar, H. 2003. Strategic Management in Action. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Veriasa, T. O. 2005. Kajian Lapang di TWA. Gunung Pancar, Kabupaten Bogor. Di dalam : Hasil Belajar. Meminang Lawan Menjadi Kawan Prosiding Shared Learning II; Taman Wisata Alam Gunung Pancar, 18-27 Agustus 2005. Bogor : CIFOR dan PILI-NGO Movement. LAMPIRAN

I. Pengrajin tapioka IK tapioka A. Identitas pengrajin dan Keluarga

1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan FormalNon Formal : 5. Alamat : 6. Jumlah Anggota Keluarga : No. Nama Umur LP Pendidikan Pekerjaan B. Informasi Umum Usaha 1. Bagaimana sejarah tapioka di desa ini ? siapa yang memulai ? mengapa memilih lokasi desa Karang Tengah ? 2. Sejak kapan BapakIbu mengusahakan tapioka? 3. Bagaimana struktur organisasinya ? 4. Alasan memilih usaha tapioka ? 5. Sebelum mengusahakan tapioka, pernahkan mengusahakan tanaman produksi yang lain ? Sebutkan.... 6. Usaha tapioka merupakan pekerjaan sambilan atau utama ? 7. Jelaskan kemudahan dan atau kesulitan dalam mengusahakan tapioka 8. Bagaimana prospek usaha tapioka ? 9. Bagaimana pemanfaatan pendapatan usahatani tapioka ? kebutuhan primer atau sekunder dan apakah mencukupitidak? 10. Apakah ada intervensi pemerintah dalam memajukan IK tapioka di desa Karang Tengah ? 11. Adakah pesaing dari desa lain ? jika ada, sejak kapan ? 12. Bagaimana kondisi pesaing tersebut ? keunggulan dan kelemahan 13. Apakah ada jalinan kerjasama yang berbentuk organisasi antar pengrajin tapioka di desa Karang Tengah ? mengapa ? 14. Mengapa anda memilih tempat disini ? 15. Apa kelebihan tapioka dari desa Karang Tengah ? C. Permodalan 1. Bagaimana memperoleh modal usaha ? 2. Berapa modal awal yang dibutuhkan dalam usaha ini ? 3. Berapa lama usaha ini mencapai Break Event Point ? D. Ketenagakerjaan 1. Darimana pengetahuan anda tentang pengolahan tapioka ?