membedakan mutu dari ketiga kelas tapioka tersebut secara kasat mata ialah warna, aroma dan kandungan air. Penentuan
mutu tapioka biasanya didasarkan berdasarkan contoh yang diambil dari karung dan selanjutnya diperiksa dengan
memegang contoh tersebut. Penentuan mutu tapioka dilakukan oleh pihak dari pabrik karena sudah
berpengalaman. Untuk penjualan onggok, ada pengusaha tapioka
yang menjual melalui tengkulak. Rata-rata pengusaha menjual sendiri onggok ke pabrik. Sedangkan yang menjual
melalui tengkulak biasanya berpandangan bahwa perbedaan terjadi pada ongkos transportasi, sehingga tidak merasa
dirugikan bila menjual melalui tengkulak. Semakin banyaknya pabrik pengolahan tapioka,
membuat pengusaha tapioka kasar memiliki alternatif dalam menjual produknya. Pengusaha tapioka tersebut terlebih
dahulu melakukan survai harga ke beberapa pabrik pengolahan dan selanjutnya menjualnya ke pabrik yang
memberikan harga tertinggi.
b. Analisis Lingkungan
Eksternal 1. Analisis Lingkungan Makro
a. Kebijakan Pemerintah
Pembangunan ekonomi yang berbasis masyarakat seharusnya menjadi prioritas utama pembangunan
ekonomi nasional, karena tujuan pembangunan ekonomi rakyat sesuai dengan amanat konstitusi yaitu
meningkatkan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Departemen Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Departemen KUMKM dalam Rencana
Strategis 2005-2009 berusaha mengembangkan UMKM dengan meningkatkan SDM yang dimiliki UMKM,
meningkatkan aksesabilitas KUKM terhadap sumber- sumber pembiayaan, memperluas sumber pembiayaan bagi
KUKM, baik bank maupun nonbank. Selain itu, Dinas Perindustrian Kabupaten Bogor mempunyai program yang
bertujuan untuk mengembangkan industri kecil secara umum di Kabupaten Bogor. Programnya termasuk
pelatihan yang meliputi pelatihan manajemen administrasi, peningkatan mutu, diversifikasi produk dan bantuan
permodalan. Bantuan permodalan ini disebut Bantuan Dana Bergulir dan dikucurkan pemerintah sebesar Rp
25.000.000 dan sudah berlangsung tujuh tahun. Tapi sejauh ini usaha-usaha pemerintah tersebut belum dapat
dirasakan oleh para pengusaha tapioka secara maksimal baik bantuan permodalan, upaya pencerahan teknologi,
pembentukan kelembagaan, bantuan pemasaran dan lain- lain.
b. Kondisi Ekonomi
Pendapatan per kapita masyarakat yang meningkat yang dapat diktahui dari naiknya Upah Minimum Wilayah
juga merupakan pengaruh positif bagi pengusaha tapioka. Peningkatan pengeluaran rataan per kapita sebulan untuk
makanan merupakan indikasi bagi peningkatan permintaan bahan makanan seperti tepung tapioka.
Rendahnya inflasi juga mendukung daya beli masyarakat. Inflasi yang menggambarkan kenaikan harga-
harga secara umum, masih pada level satu digit. Inflasi pada tahun 2006 bulan Januari sebesar 1,36, Februari
0,58 dan Maret sebesar 0,03 BPS, 2006
a
.
c. Sosial Budaya
Meningkatnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya diversifikasi pangan dan
kandungan pada ubikayu menimbulkan efek positif bagi
tapioka. Tapioka sebagai hasil olahan dari ubikayu yang mengandung banyak karbohidrat dapat menggantikan
kebutuhan akan beras. Selain itu, pada saat ini semakin banyak gerakan
kampanye atau promosi yang diarahkan kepada seluruh lapisan masyarakat, mulai lapisan bawah, sampai lapisan
atas. Bahkan Departemen Pertanian RI mulai gencar mempromosikan hasil olahan makanan non beras yang
mengandung karbohidrat tinggi. Peran dari ahli tata boga dan peneliti juga cukup besar dalam menciptakan variasi
yang menarik dari makanan hasil olahan ubikayu atau tapioka.
Lokasi ibukota negara yang berdekatan dengan Bogor juga berpengaruh terhadap tumbuhkembangnya
industri tapioka di Desa Karang Tengah. Disisi lian, para pemuda dari desa banyak yang mencari kerja keluar desa
sehingga jarang yang berprofesi sebagai pengusaha tapioka.
d. Demografi