kerja. Selain itu pengangguran yang tinggi juga merupakan faktor pendukung mudahnya perekrutan tenaga kerja.
5 Kedekatan lokasi perusahaan dengan pasar.
Letak perusahaan relatif dekat dengan pasar, yaitu masih terbilang di daerah Bogor merupakan kekuatan
tersendiri dibandingkan perusahaan sejenis yang berlokasi di luar kota. Jarak perusahaan dengan pasar mempengaruhi
ongkos transportasi yang dibutuhkan dan akhirnya berpengaruh terhadap biaya produksi.
b. Kelemahan Industri
1 SDM yang rendah.
Sumber daya manusia yang rendah berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan untuk berinovasi,
mengaplikasikan pembuatan tapioka yang efisien, mengurangi kemampulabaan perusahaan serta berdampak
negatif terhadap tingkat akseptabilitas dalam mengadopsi teknologi yang diberikan kepada masyarakat tani.
2 Terbatasnya modal.
Terbatasnya modal usaha membuat industri tapioka mengalami stagnasi. Terbatasnya pengetahuan masyarakat
akan tatacara pengajuan pinjaman modal kepada bank merupakan hambatan tersendiri.
3 Mutu produk dan harga yang kurang bersaing.
Mutu produk tapioka Desa Karang Tengah masih kurang bersaing dibandingkan dengan tapioka dari desa
lain, seperti Desa Kadumangu atau Ciluar. Hal ini disebabkan oleh kandungan air yang berbeda pada daerah
tersebut. Masalah teknologi dan sanitasi juga menjadi hambatan bagi industri tapioka Desa Karang Tengah.
Rataan industri tapioka Desa Karang Tengah mengandalkan tenaga manusia yang terkadang tidak
konsisten dan hal tersebut mempengaruhi mutu produk.
Begitupun dengan sanitasi, industri tapioka di Desa Karang Tengah kurang mempehatikan sanitasi produksi,
sehingga berpengaruh juga terhadap mutu produk. Mutu akan berbanding lurus dengan harga. Apabila mutu produk
baik, maka harga akan tinggi, dan sebaliknya.
4 Sebagian lokasi industri menggunakan lahan pihak
lain.
Sebagian industri tapioka Desa Karang Tengah berlokasi di lahan milik pihak lain, seperti PT. Sentul dan
Perum Perhutani. Hal tersebut dalam jangka panjang akan mengancam keberadaan industri ini, karena jika sewaktu-
waktu pihak yang memiliki lahan berniat mengambil haknya, maka hal tersebut akan mengancam keberadaan
perusahaan.
5 Penggunaan teknologi yang masih terbatas.
Keterlibatan teknologi pada proses produksi tapioka di Desa Karang Tengah dibilang masih kurang. Hal
tersebut mempengaruhi mutu dan kuantitas produk, sehingga menjadi kurang bersaing dengan produk dari
desa atau daerah lain.
6 Pencatatan keuangan yang masih sederhana.
Pencatatan yang dilakukan oleh industri tapioka hanya mencakup data historis penjualan. Dan rataan
perusahaan tidak dapat menganalisis biaya produksi yang dibutuhkan dalam pembuatan tapioka, karena tidak
memiliki laporan keuangan. Perusahaan juga tidak dapat menentukan apakah sebenarnya mendapat laba atau
mendapatkan kerugian.
7 Kesadaran dalam pengembalian pinjaman pada
sebagian pengusaha dan masyarakat yang relatif rendah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pabrik pengolahan tapioka, rataan pengusaha tapioka dari Desa
Karang Tengah relatif sulit untuk diberi masukan konstruktif dalam rangka meningkatkan mutu produk
tapioka kasar yang dihasilkan. Bagi rataan pengusaha tapioka, yang penting ialah menghasilkan laba. Selain itu,
ditataran masyarakat, kesadaran untuk mengembalikan hutang masih rendah. Kebiasaan tersebut secara tidak
langsung berpengaruh terhadap pengusaha tapioka. 8 Rusaknya Infrastruktur
Infrastruktur seperti jalan raya, jembatan berada dalam kondisi yang memprihatinkan sehingga sangat
menyulitkan masyarakat dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Kondisi tersebut menyebabkan sedikit
terhambatnya akses pengusaha tapioka terhadap sumber permodalan, akses informasi di tingkat pengambil
kebijakan dan sebagainya.
2. Faktor Eksternal Industri a. Peluang Industri
1 Perubahan persepsi terhadap makanan alternatif
pengganti nutrisi beras.
Tingkat kesadaran masyarakat akan kebutuhan nutrisi telah mengubah persepsi bahwa bahan makanan
yang merupakan sumber karbohidrat tidak hanya beras, tetapi juga didapatkan dari sumber-sumber yang lain.
Selain itu, pada saat ini banyak pihak-pihak seperti pemerintah melalui Departemen Pertanian, restoran, hotel,
pendidikan boga yang mempromosikan makanan berkarbohidrat pengganti beras.
2 Kondisi ekonomi yang stabil
Kondisi ekonomi yang stabil digambarkan oleh inflasi yang berada pada level satu digit, naiknya
pendapatan masyarakat yang digambarkan oleh naiknya
Upah Minimum Wilayah. Hal tersebut memberikan peluang daya beli masyarakat akan bertambah.
3 Semakin bertambahnya jumlah penduduk.
Semakin bertambahnya penduduk Indonesa dari tahun-ketahun secara otomatis akan meningkatkan
permintaan akan bahan makanan terutama yang mengandung nutrisi yang sama dengan makanan pokok.
4 Kurangnya ancaman dari produk pengganti.
Tapioka memiliki produk pengganti, khususnya dari produk umbi-umbian seperti kimpul, ubi jalar bahkan
tepung kedelai. Tetapi dalam substitusi produk, produk pengganti tersebut tidak dapat mengganti sebesar 100
karena hal tersebut tergantung dari uji organoleptik yang paling diterima. Pada kasus pembuatan bakso sapi,
penggunaan produk substitusi yaitu tepung kedelai terbukti kurang disukai karena berpengaruh terhadap rasa, bau dan
warna Purnomo, 2003.
a. Ancaman Industri 1