Pertumbuhan Tingkat Kelangsungan Hidup Konsumsi Pakan Buatan Struktur Histologis Organ Hati

67 67 Pakan buatan yang digunakan pada percobaan ini sama dengan yang digunakan pada percobaan I in vitro pada Tabel 7. Sebelum diberikan pada larva pakan buatan dihidrolisis predigestion terlebih dahulu dengan crude enzyme yang disekresikan oleh mikrob Carnobacterium sp., Vibrio alginoliticus dan Planococcus sp. dengan konsentrasi 25 mLkg pakan dengan periode inkubasi 12 jam berdasarkan hasil yang diperoleh pada percobaan I in vitro. Pakan buatan diberikan secara at satiation sampai kenyang dengan cara menyebarkan pakan secara merata dalam wadah percobaan. Pemberian pakan dilakukan 6 kali per hari, yaitu pada pukul 07.00, 10.00, 13.00, 16.00, 19.00, dan 22.00. Pemeliharaan dilakukan selama 30 hari. Selama percobaan, kualitas media budi daya dijaga dalam kisaran yang layak untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bandeng. Kualitas air dijaga dengan cara melakukan penyiponan terhadap sisa pakan dan feses di dasar wadah, serta melakukan pergantian air sebanyak 50 setiap 2 kali sehari. Pengukuran suhu dan salinitas media dilakukan 2 kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari, sedangkan pengukuran pH, oksigen terlarut, karbondioksida bebas dan amoniak dilakukan pada awal, tengah, dan akhir penelitian. Suhu media berkisar antara 29 dan 31 o C, pH berkisar antara 7,4 dan 7,6, oksigen terlarut berkisar antara 6,0 dan 6,5 ppm, karbondioksida bebas berkisar antara 11,97 dan 12,07 ppm, amoniak berkisar antara 0,006 dan 0,007 ppm, dan salinitas berkisar antara 30 dan 31 ppt. Parameter yang diamati adalah 1 pertumbuhan, 2 tingkat kelangsungan hidup, 3 konsumsi pakan, 4 aktivitas enzim pencernaan, dan 5 struktur histologis organ hati.

1. Pertumbuhan

Pertumbuhan diukur dengan menimbang larva uji pada awal dan akhir percobaan. Pertumbuhan relatif dihitung dengan rumus Takeuchi 1988 dan pertumbuhan biomassa dihitung dengan rumus Zonneveld et al. 1991. a. Pertumbuhan Relatif W t - W o PR = x 100 W o 68 68 Dimana : PR = pertumbuhan relatif W o = bobot rata-rata larva uji pada awal penelitian g W t = bobot rata-rata larva uji pada waktu t g b. Pertumbuhan Biomassa PB = W t - W o Dimana : PB = pertumbuhan biomassa W o = bobot populasi larva uji pada awal penelitian g W t = bobot populasi larva uji pada waktu t g

2. Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup ikan uji diamati pada awal dan akhir penelitian dan dihitung dengan menggunakan rumus Effendie 1997, yaitu : N t S = x 100 N Dimana : S = tingkat kelangsungan hidup N t = jumlah larva uji pada akhir penelitian ekor N = jumlah larva uji pada awal penelitian ekor

3. Konsumsi Pakan Buatan

Konsumsi pakan buatan dihitung sejak jadwal pemberian pakan buatan pada setiap perlakuan sampai akhir percobaan. 4. Aktivitas Enzim Pencernaan Analisis aktivitas enzim pencernaan pepsin, tripsin, a-amilase, dan lipase dalam saluran pencernaan ikan uji dilakukan pada umur larva 10 hari, 20 hari, dan pada akhir percobaan. Metode analisis aktivitas enzim pepsin Anson 1938 dalam Walford dan Lam 1993, enzim tripsin Kunitz 1947 dalam Walford dan Lam 1993, enzim a-amilase Bergmeyer dan Grassi 1983 dan lipase Tietz dan Friedreck 1966 dalam Borlongan 1990 disajikan pada Lampiran 3.

5. Struktur Histologis Organ Hati

Pengamatan terhadap organ hati secara histologis dilakukan pada akhir pemeliharaan, untuk menganalisis perkembangan hepatosit pada akhir 69 69 pengamatan dan penyimpanan glikogen di dalam hati. Tahapan pembuatan preparat histologis dapat dilihat pada Lampiran 9. Analisis Data Data yang diperoleh pada percobaan ini dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji respons pada tarap uji 95 menggunakan program SPSS 12,0, kecuali data histologis organ hati dianalisis secara deskriptif. Hasil Percobaan I In Vitro Kadar Glukosa dan Derajat Hidrolisis Karbohidrat Pakan Hasil pengukuran produk hidrolisis karbohidrat, yaitu kadar glukosa pakan pada akhir periode inkubasi setelah dihidrolisis predigestion dengan crude enzyme pencernaan eksogen yang disekresikan oleh mikrob Carnobacterium sp., Vibrio alginoliticus, dan Planococcus sp. disajikan pada Gambar 13 dan Lampiran 22. Hasil analisis kadar karbohidrat pakan pada akhir periode inkubasi disajikan pada Lampiran 25. Berdasarkan data kadar karbohidrat pada awal dan akhir percobaan dapat dihitung derajat hidrolisis karbohidrat sebagaimana tersaji pada Gambar 14 dan Lampiran 26. Konsentrasi crude enzyme dan periode inkubasi nyata P0,05 mempengaruhi kadar glukosa Lampiran 23 dan derajat hidrolisis karbohidrat pakan Lampiran 27. Kadar glukosa dan derajat hidrolisis karbohidrat pakan meningkat dengan bertambahnya konsentrasi crude enzyme dan periode inkubasi yang diberikan Gambar 13 dan 14 serta Lampiran 24 dan 28. Kadar glukosa pakan tertinggi yang dihasilkan adalah 64,65 mg100 mL pada konsentrasi crude enzyme 25 mLkg pakan dengan periode inkubasi 12 jam. Kadar ini tidak berbeda dengan kadar glukosa pakan pada konsentrasi crude enzyme 20 mLkg pakan, yaitu 64,47 mg100 mL pada periode inkubasi yang sama. Akan tetapi, kadar ini berbeda dari kadar glukosa pakan pada perlakuan lainnya. Derajat hidrolisis karbohidrat pakan tertinggi, yaitu 66,96, dicapai pada konsentrasi crude enzyme 25 mLkg pakan dengan periode inkubasi 12 jam. Derajat hidrolisis ini berbeda dari derajat hidrolisis karbohidrat pakan pada perlakuan lainnya. Kadar glukosa 70 70 Konsentrasi crude enzyme 10 20 30 40 50 60 70 2 4 6 8 10 12 Periode inkubasi jam Kadar glukosa pakan mg100mL 5 mgkg pkn 10 mgkg pkn 15 mgkg pkn 20 mgkg pkn 25 mgkg pkn Konsentrasi crude enzyme 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2 4 6 8 10 12 Periode inkubasi jam Derajat hidrolisis karbohidrat pakan 5 mgkg pkn 10 mgkg pkn 15 mgkg pkn 20 mgkg pkn 25 mgkg pkn dan derajat hidrolisis karbohidrat pakan berbeda pada berbagai periode inkubasi pada setiap konsentrasi crude enzyme. Gambar 13. Kadar glukosa pakan pada akhir periode inkubasi pada berbagai konsentrasi crude enzyme Gambar 14. Derajat hidrolisis karbohidrat pakan pada akhir periode inkubasi pada berbagai konsentrasi crude enzyme Kadar Protein Terlarut dan Derajat Hidrolisis Protein Pakan Kadar protein terlarut merupakan produk antara pada hidrolisis protein oleh crude enzyme protease. Hasil pengukuran kadar protein terlarut pakan yang dihasilkan pada akhir periode inkubasi setelah dihidrolisis predigestion dengan Kadar glukosa pakan mg100 mL 71 71 Konsentrasi crude enzyme 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 2 4 6 8 10 12 Periode inkubasi jam Kadar protein terlarut mg100 mL 5 mgkg pkn 10 mgkg pkn 15 mgkg pkn 20 mgkg pkn 25 mgkg pkn Konsentrasi crude enzyme 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2 4 6 8 10 12 Periode inkubasi jam Derajat hidrolisis protein pakan 5 mgkg pkn 10 mgkg pkn 15 mgkg pkn 20 mgkg pkn 25 mgkg pkn crude enzyme pencernaan eksogen yang disekresikan oleh mikrob Carnobacterium sp., Vibrio alginoliticus dan Planococcus sp. disajikan pada Gambar 15 dan Lampiran 29. Hasil analisis kadar protein pakan pada akhir periode inkubasi disajikan pada Lampiran 32. Berdasarkan data kadar protein pakan didapat hasil perhitungan derajat hidrolisis protein yang disajikan pada Gambar 16 dan Lampiran 33. Gambar 15. Kadar protein terlarut pakan pada akhir periode inkubasi pada berbagai konsentrasi crude enzyme Gambar 16. Derajat hidrolisis protein pakan pada akhir periode inkubasi pada berbagai konsentrasi crude enzyme 72 72 Kadar protein terlarut Lampiran 30 dan derajat hidrolisis protein pakan Lampiran 34 yang dihasilkan pada percobaan ini nyata P0,05 dipengaruhi oleh konsentrasi crude enzyme yang diberikan serta lamanya inkubasi. Kadar protein terlarut dan derajat hidrolisis protein pakan meningkat dengan bertambahnya konsentrasi crude enzyme dan periode inkubasi yang diberikan Gambar 15 dan 16 serta Lampiran 31 dan 35. Kadar protein terlarut pakan tertinggi adalah 35,18 mg100 mL pada konsentrasi crude enzyme 25 mLkg pakan dengan periode inkubasi 12 jam. Akan tetapi, nilai yang dicapai tidak berbeda dengan periode inkubasi 10 jam pada konsentrasi crude enzyme yang sama, yaitu 34,60 mg100 mL. Kadar ini berbeda dari kadar protein terlarut pakan pada perlakuan lainnya Gambar 15 dan Lampiran 31. Derajat hidrolisis protein pakan tertinggi adalah 50,47 yang dicapai pada konsentrasi crude enzyme 25 mLkg pakan dengan periode inkubasi 12 jam. Kadar ini tidak berbeda dari konsentrasi crude enzyme 25 mLkg pakan dengan periode inkubasi 10 jam, yaitu 48,78, konsentrasi crude enzyme 20 mLkg pakan dengan periode inkubasi 12 jam, yaitu 49,79, dan konsentrasi crude enzyme 20 mLkg pakan dengan periode inkubasi 10 jam, yaitu 48,29. Akan tetapi, kadar ini berbeda dari derajat hidrolisis protein pakan pada perlakuan lainnya Gambar 16 dan Lampiran 35. Derajat Hidrolisis Lemak Hasil pengukuran kadar lemak pakan pada akhir periode inkubasi, dengan berbagai konsentrasi crude enzyme pencernaan eksogen yang disekresikan oleh mikrob Carnobacterium sp., Vibrio alginoliticus, dan Planococcus sp. disajikan pada Lampiran 33. Berdasarkan data kadar lemak didapat hasil perhitungan derajat hidrolisis lemak yang disajikan pada Gambar 17 dan Lampiran 36. Konsentrasi crude enzyme dan periode inkubasi nyata P0,05 mempengaruhi derajat hidrolisis lemak pakan Lampiran 37. Derajat hidrolisis lemak pakan meningkat dengan bertambahnya konsentrasi crude enzyme dan periode inkubasi yang diberikan Gambar 17 dan Lampiran 38. Derajat hidrolisis lemak pakan tertinggi yang dihasilkan adalah 21,61 pada konsentrasi crude enzyme 25 mLkg pakan dengan periode inkubasi 12 jam. Derajat hidrolisis ini tidak berbeda dari derajat hidrolisis lemak pakan pada konsentrasi crude enzyme 73 73 Konsentrasi crude enzyme 5 10 15 20 25 2 4 6 8 10 12 Periode inkubasi jam Derajat hidrolisis lemak pakan 5 mgkg pkn 10 mgkg pkn 15 mgkg pkn 20 mgkg pkn 25 mgkg pkn 25 mLkg pakan dengan periode inkubasi 10 jam, yaitu 20,79, dan berbeda dari derajat hidrolisis lemak pada perlakuan lainnya. Gambar 17. Derajat hidrolisis lemak pakan pada akhir periode inkubasi pada berbagai konsentrasi crude enzyme Rekapitulasi Rekapitulasi beberapa parameter pengamatan yang memperlihatkan nilai lebih baik dibandingkan perlakuan lain, untuk mengkaji efektivitas crude enzyme yang disekresikan oleh mikrob Carnobacterium sp., Vibrio alginoliticus, dan Planococcus sp. menghidrolisis pakan buatan predigestion untuk larva ikan bandeng secara in vitro disajikan pada Tabel 8. Berdasarkan data rekapitulasi Tabel 8, untuk mendapatkan hasil hidrolisis pakan yang maksimal, konsentrasi crude enzyme yang digunakan pada percobaan selanjutnya adalah 25 mLkg pakan dengan periode inkubasi 12 jam. Respons hubungan kadar glukosa, derajat hidrolisis karbohidrat, kadar protein terlarut, derajat hidrolisis protein, dan derajat hidrolisis lemak pakan dengan konsentrasi crude enzyme mLkg pakan pada periode inkubasi 12 jam, serta dengan periode inkubasi jam pada konsentrasi crude enzyme 25 mLkg pakan membentuk pola persamaan garis linier Gambar 18. Pola respons tersebut menggambarkan bahwa semakin besar konsentrasi crude enzyme yang digunakan dan semakin lama pakan diinkubasi maka kadar glukosa, derajat hidrolisis karbohidrat, kadar 74 74 protein terlarut, derajat hidrolisis protein, dan derajat hidrolisis lemak pakan yang dihasilkan semakin meningkat, sampai suatu batas konsentrasi dan periode inkubasi tertentu. Tabel 8. Rekapitulasi beberapa parameter pengamatan untuk mengkaji efektivitas crude enzyme yang disekresikan mikrob Carnobacterium sp., Vibrio alginoliticus, dan Planococcus sp. dalam menghidrolisis predigestion pakan buatan untuk larva ikan bandeng secara in vitro Parameter Perlakuan Konsentrasi crude enzyme mLkg pakan Periode inkubasi jam Kadar glukosa 25 12 20 Derajat hidrolisis karbohidrat 25 12 Kadar protein terlarut 25 12 10 Derajat hidrolisis protein 25 12 10 20 12 10 Derajat hidrolisis lemak 25 12 10 75 75 Gambar 18. Hubungan kadar glukosa, derajat hidrolisis karbohidrat, kadar protein terlarut, derajat hidrolisis protein, dan derajat hidrolisis lemak pakan dengan konsentrasi crude enzyme mLkg pakan pada periode inkubasi 12 jam, serta dengan periode inkubasi jam pada konsentrasi crude enzyme 25 mLkg pakan y = 0.8227x + 46.0520 R2 = 0.7845 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 5 1 0 15 20 25 Konsentrasi crude enzyme mLkg pakan Kadar glukosa pakan mg100 mL y = 0.9498x + 42.8977 R2 = 0.96 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 5 1 0 15 20 25 Konsentrasi crude enzyme mLkg pakan Derajat hidrolisis karbohidrat pakan y = 0.3731x + 26.4230 R2 = 0.8952 5 10 15 20 25 30 35 40 5 1 0 15 20 25 Konsentrasi crude enzyme mLkg pakan Kadar protein terlarut pakan mg100 mL y = 0.8456x + 31.1183 R2 = 0.9456 10 20 30 40 50 60 5 10 15 20 25 Konsentrasi crude enzyme mLkg pakan Derajat hidrolisis protein pakan y = 0.5394x + 8.8950 R2 = 0.9623 5 10 15 20 25 5 10 15 20 25 Konsentrasi crude enzyme mLkg pakan Derajat hidrolisis lemak pakan y = 2.8609x + 31.7262 R2 = 0.9617 10 20 30 40 50 60 70 2 4 6 8 10 1 2 Periode inkubasi jam Kadar glukosa pakan mg100 mL y = 3.4712x + 25.0602 R2 = 0.9814 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 2 4 6 8 10 12 Periode inkubasi jam Derajat hidrolisis karbohidrat pakan y = 2.8609x + 31.7262 R2 =0.9617 5 1 0 1 5 2 0 2 5 3 0 3 5 4 0 2 4 6 8 1 0 1 2 Periode inkubasi jam Kadar protein terlarut pakan mg100 mL y = 2.8543x + 18.3880 R2 =0.9657 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 2 4 6 8 10 1 2 Periode inkubasi jam Derajat hidrolisis protein pakan 5 10 15 20 25 30 2 4 6 8 10 1 2 Periode inkubasi jam Derajat hidrolisis lemak pakan y = 1.31301x + 6.882 R2 =0.9651 76 76 Percobaan II In Vivo Parameter Penggunaan Pakan Pengamatan selama 30 hari larva ikan bandeng pada berbagai jadwal pemberian pakan buatan yang telah dihidrolisis predigestion dengan crude enzyme yang disekresikan mikrob Carnobacterium sp., Vibrio alginoliticus dan Planococcus sp., menghasilkan nilai berbagai parameter penggunaan pakan, yaitu pertumbuhan Lampiran 40, konsumsi pakan buatan Lampiran 44, dan tingkat kelangsungan hidup Lampiran 47. Gambar larva ikan bandeng pada akhir pengamatan disajikan pada Gambar 19. Keterangan : umur larva A = 6 hari, B = 9 hari, C = 12 hari, dan D = 15 hari Gambar 19. Larva ikan bandeng pada akhir pengamatan 30 hari pada berbagai jadwal pemberian pakan buatan hasil predigestion Tabel 9. Berbagai parameter penggunaan pakan yang diamati pada larva ikan bandeng selama 30 hari pengamatan pada berbagai jadwal pemberian pakan buatan hasil predigestion Parameter Perlakuan A 6 hari B 9 hari C 12 hari D 15 hari Pertumbuhan mutlak g 0,0175c 0,0420c 0,1526b 0,1747a Pertumbuhan relatif 9199,28b 22127,53b 80304,40a 91931,77a Pertumbuhan biomassa g 0,2601c 1,6598c 8,2344b 11,7434a Konsumsi pakan buatan total g 77,70a 71,92b 71,65b 65,16c Konsumsi pakan buatan harian g 2,88d 3,00c 3,41b 3,62a Tingkat kelangsungan hidup 14,67c 39,33b 54,33a 67,33a Keterangan: Huruf yang berbeda pada lajur yang sama menunjukkan nilai yang berbeda p0,05 Jadwal pemberian pakan buatan pada larva ikan bandeng nyata P0,05 mempengaruhi pertumbuhan mutlak Lampiran 41, pertumbuhan relatif Lampiran 42, pertumbuhan biomassa Lampiran 43, konsumsi pakan buatan 77 77 total Lampiran 45, dan konsumsi pakan buatan harian Lampiran 46, serta tingkat kelangsungan hidup Lampiran 48. Hasil uji lanjutan Tabel 9 menunjukkan bahwa pertumbuhan mutlak, pertumbuhan relatif, dan tingkat kelangsungan hidup larva dengan jadwal pemberian pakan buatan total pada umur 15 hari memperlihatkan nilai tertinggi. Angka ini tidak berbeda dibandingkan larva pada umur 12 hari, tetapi berbeda dibandingkan larva pada umur 9 dan 6 hari. Pertumbuhan biomassa tertinggi dicapai pada umur 15 hari dan berbeda dibandingkan dengan larva pada umur lainnya. Konsumsi pakan total tertinggi ditemukan pada larva umur 6 hari dan terendah pada umur 15 hari. Hal ini terjadi karena larva dengan jadwal pemberian pakan buatan total pada umur 6 hari mendapatkan pakan buatan terlama dibandingkan dengan larva pada umur lainnya. Konsumsi pakan harian memperlihatkan bahwa larva pada umur 15 hari mengkonsumsi pakan buatan tertinggi yang diikuti larva pada umur 12, 9 dan 6 hari. Aktivitas Enzim Pengamatan aktivitas enzim pencernaan IUgmenit larva ikan bandeng pada berbagai jadwal pemberian pakan buatan yang telah dihidrolisis predigestion dengan crude enzyme yang disekresikan mikrob Carnobacterium sp., Vibrio alginoliticus, dan Planococcus sp., meliputi enzim pepsin, tripsin, a- amilase, dan lipase pada periode pengamatan 10, 20, dan 30 hari disajikan pada dan Gambar 20 dan Lampiran 49. Aktivitas enzim tertinggi pada semua periode pengamatan diperlihatkan oleh enzim a-amilase, yang diikuti oleh lipase, tripsin, dan terendah adalah enzim pepsin. Aktivitas enzim pencernaan larva uji dengan jadwal pemberian pakan buatan total umur 15 hari pada semua periode pengamatan cenderung lebih tinggi, yang diikuti larva uji umur 12, 9 dan 6 hari. Akan tetapi, hasil analisis ragam Lampiran 50 menunjukkan tidak ada perbedaan antar-perlakuan. 78 78 Gambar 20. Aktivitas enzim pencernaan pepsin, tripsin, a-amilase, dan lipase larva ikan bandeng pada berbagai jadwal pemberian pakan buatan hasil predigestion dan pada berbagai periode pengukuran Struktur Histologis Organ Hati Struktur histologis organ hati larva ikan bandeng pada akhir penga matan, yang mendapat perlakuan berbagai jadwal pemberian pakan buatan yang telah dihidrolisis predigestion dengan crude enzyme yang disekresikan mikrob Carnobacterium sp., Vibrio alginoliticus, dan Planococcus sp. disajikan pada Gambar 21. Sel hati hepatosit larva ikan bandeng secara histologis terdiri atas inti sel nukleus dan dinding sel. Pada Gambar 21 terlihat bahwa larva ikan bandeng dengan jadwal pemberian pakan buatan total umur 6 hari menunjukkan ukuran hepatositnya lebih kecil dan jumlahnya lebih sedikit, serta terdapat rongga antar-sel yang besar dibandingkan dengan larva uji pada perlakuan lainnya. Ukuran dan jumlah hepatosit semakin bertambah berturut-turut pada larva ikan bandeng dengan jadwal pemberian pakan buatan to tal umur 9, 12 dan 15 hari. Larva ikan bandeng dengan jadwal pemberian pakan buatan total umur 15 hari mempunyai ukuran hepatosit terbesar dan jumlah hepatosit terbanyak dibandingkan dengan larva lainnya, dengan rongga antar-sel yang lebih kecil dan sedikit sehingga hepatosit kelihatan lebih kompak. Glikogen nampak menyebar pada hepatosit dalam bentuk granula yang tidak beraturan. 0.00 0.02 0.04 0.06 0.08 0.10 0.12 Aktivitas enzim Ugmenit 10 20 30 10 20 30 10 20 30 10 20 30 A B C D Pepsin Tripsin amilase lipase Umur larva 6 hari, 9 hari, 12 hari dan 15 hari Aktivitas enzim IUgmenit 79 79 Keterangan: ds = dinding sel, is = inti sel, gl = glikogen Umur larva A = 6 hari, B = 9 hari, C 12 hari, dan D = 15 hari Gambar 21. Struktur histologis organ hati larva ikan bandeng pada akhir pengamatan 30 hari pada berbagai jadwal pemberian pakan buatan hasil predigestion Pembahasan Hasil percobaan secara in vitro menunjukkan bahwa crude enzyme yang disekresikan Carnobacterium sp., Vibrio alginoliticus, dan Planococcus sp., efektif menghidrolisis pakan buatan untuk larva ikan bandeng dan sangat dipengaruhi oleh konsentrasi crude enzyme dan periode inkubasi. Kadar glukosa dan derajat hidrolisis karbohidrat pakan, kadar protein terlarut dan derajat hidrolisis protein pakan, serta derajat hidrolisis lemak meningkat dengan bertambahnya konsentrasi crude enzyme dan periode inkubasi sampai batas tertentu. Affandi et al. 2005 mengemukakan bahwa beberapa hal yang berpengaruh dalam proses penyederhanaan pakan kompleks adalah jenis dan konsentrasi enzim, kondisi substrat kadar air, pH, kompleksitas, suhu lingkungan, dan agitasi pengadukan substrat. C is ds gl gl is ds gl gl is is ds ds 80 80 Meningkatnya beberapa parameter yang diukur dengan bertambahnya konsentrasi crude enzyme terjadi karena peluang substrat untuk bertemu dengan katalisator biologis dalam proses hidrolisis protein, karbohidrat, dan lemak semakin besar. Substrat yang sesuai dengan katalisatornya, dan dengan konsentrasi yang optimum dapat meningkatkan aktivitas penyederhanaan nutrien yang terkandung dalam pakan. Demikian juga halnya dengan periode inkubasi, semakin lama proses hidrolisis berlangsung sampai batas waktu tertentu, semakin banyak substrat yang terdegradasi dan produk yang dihasilkannya juga meningkat. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada pengujian secara in vitro, untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam upaya penyederhanaan nutrien pakan buatan predigestion menjadi molekul-molekul kecil yang siap diserap pada saluran pencernaan, konsentrasi crude enzyme yang digunakan adalah 25 mLkg pakan dengan periode inkubasi 12 jam. Derajat hidrolisis karbohidrat yang dicapai sudah berada pada kisaran nilai kecernaan karbohidrat atau pati oleh ikan. Derajat hidrolisis protein dan lemak pada konsentrasi crude enzyme 25 mLkg pakan dan periode inkubasi 12 masih lebih rendah dibandingkan nilai kecernaan ikan pada umumnya. Meskipun demikian, diharapkan larva ikan bandeng yang mendapat pakan hasil predigestion dapat memanfaatkan enzim endogen yang sudah mulai disekresi pada saluran pencernaannya untuk mencerna sisa protein dan lemak yang belum terhidrolisis. Dengan demikian, derajat hidrolisis protein dan lemak pakan dapat lebih ditingkatkan. Pada umumnya nilai kecernaan pati oleh ikan mulai dari 40 sampai 60, nilai kecernaan protein mulai dari 80 sampai 95, dan nilai kecernaan lemak mulai dari 82 sampai 97 Watanabe 1988. Predigestion menggunakan enzim pencernaan eksogen merupakan upaya penyederhanaan pakan sebelum diberikan kepada larva. Nutrien pakan dalam bentuk yang lebih sederhana diharapkan lebih mudah dicerna pada saluran pencernaan dan diserap masuk ke peredaran darah walaupun ketersediaan enzim pencernaan endogen pada fase larva masih terbatas. Upaya penggunaan enzim pencernaan eksogen untuk menghidrolisis predigestion pakan buatan telah dilakukan oleh beberapa peneliti Lemos et al. 2000; Hasan 2000; dan Rosmawati 2004. Pada penelitian tersebut yang menjadi fokus untuk dihidrolisis oleh enzim adalah protein pakan dengan menggunakan enzim protease eksogen. Protein 81 81 menjadi fokus hidrolisis disebabkan protein merupakan komponen utama dalam pakan ikan dan sumber energi utama bagi ikan terutama pada umur larva yang memerlukan kadar protein paka n yang tinggi. Pada percobaan ini, tujuan hidrolisis predigestion adalah protein, karbohidrat, dan lemak pakan. Karbohidrat dan lemak bukan merupakan sumber energi utama bagi ikan. Akan tetapi, kehadirannya dalam pakan mutlak diperlukan, walaupun dalam persentase yang jauh lebih kecil dibandingkan protein. Seperti halnya hewan lain, ikan memerlukan karbohidrat sebagai sumber energi. Hal ini berhubungan dengan sebuah pepatah yaitu “lemak dan protein dibakar di atas bara karbohidrat”. Lemak juga diperlukan ikan sebagai sumber energi, struktur sellular, dan pemeliharaan integritas biomembran. Hidrolisis predigestion dengan campuran crude enzyme protease, amilase, dan lipase diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan semua nutrien yang terkandung dalam pakan. Ketergantungan usaha pembenihan ikan bandeng pada pakan alami diharapkan dapat dikurangi dengan aplikasi pakan buatan yang telah dihidrolisis predigestion dengan enzim pencernaan eksogen. Berdasarkan hasil pengujian secara in vivo, pakan buatan yang telah dihidrolisis predigestion dengan crude enzyme pencernaan eksogen sebagai pengganti pakan alami, apabila diberikan pada waktu yang tepat dapat mempercepat jadwal pemberian pakan buatan. Waktu yang tepat untuk pemberian pakan hasil predigestion adalah pada umur larva 12 sampai 15 hari. Pemberian pakan buatan hasil predigestion pada umur ini dapat memberikan respon pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup yang lebih baik dibandingkan larva pada umur 6 dan 9 hari Tabel 10. Tingkat pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan relatif yang dicapai pada jadwal pemberian pakan buatan total umur larva 6 hari adalah 0,0175 g dan 91,99 kali bobot awal. Tingkat kelangsungan hidup yang diperoleh pada jadwal pemberian pakan buatan total umur larva 12 hari adalah 54,33. Jika dibandingkan dengan hasil yang dicapai Haryati 2002, tingkat pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan relatif yang relatif sama baru dapat dicapainya pada jadwal pemberian pakan buatan total umur larva 20 hari adalah 0,0173 g dan 95,85 kali bobot awal. Tingkat kelangsungan hidup baru dapat dicapainya pada 82 82 jadwal pemberian pakan buatan total umur larva 15 hari yaitu 55,82. Perbedaan hasil yang dicapai terjadi karena perbedaan pakan yang digunakan, yaitu menggunakan pakan tanpa dihidrolisis predigestion dan perbedaan dalam kadar nutrien pakan. Penggunaan pakan buatan, walaupun komposisi nutrisinya telah disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi larva, seringkali tidak efektif. Hal ini disebabkan pakan buatan tidak mengandung enzim seperti halnya pakan alami. Oleh karena itu, enzim yang berasal dari luar atau enzim eksogen mutlak dibutuhkan pada stadia larva. Larva uji dengan jadwal pemberian pakan buatan total umur 15 hari yang diikuti larva umur 12 hari, memberikan respons yang terbaik pada semua parameter yang diuji. Hal ini diduga bahwa larva yang mampu memanfaatkan pakan buatan dapat memenuhi kebutuhan energi dan materi untuk metabolisme dan pertumbuhan sehingga berdampak pada pertambahan bobot. Di samping itu, pada pakan buatan hasil predigestion sudah tersedia molekul-molekul nutrien yang lebih kecil yang sudah siap diserap di dalam saluran pencernaan. Nutrien pakan yang masih perlu dihidrolisis menjadi molekul yang siap untuk diserap, dapat memanfaatkan enzim pencernaan endogen yang sudah mulai disekresikan dalam saluran pencernaan larva. Faktor lain yang diduga berpengaruh pada pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup larva adalah lamanya larva memakan pakan alami. Larva uji dengan jadwal pemberian pakan buatan total umur 15 dan 12 hari mengkonsumsi pakan alami lebih lama dibandingkan larva uji umur 9 dan 6 hari. Pertumbuhan, kelangsungan hidup serta aktivitas enzim pencernaan larva yang mendapat pakan alami lebih baik dibandingkan larva yang diberi pakan buatan juga dilaporkan beberapa peneliti Cahu et al. 1998; Buchet et al. 2000; Suryanti 2002: Genodepa et al. 2004; dan Tlusty et al. 2005. Hal ini terjadi karena pakan alami merupakan jenis pakan yang sesuai bagi larva karena mengandung enzim eksogen yang diperlukan untuk membantu proses pencernaan. Enzim-enzim yang terdeteksi pada Brachionus, yang akan memberi kontribusi terhadap aktivitas enzim di dalam saluran pencernaan adalah a-amilase 0,0694±0,0134; lipase 0,0537±0,0800; tripsin 0,0180±0,0020; dan pepsin 0,0192±0,0002 IUg Brachionusmenit Haryati 2002. Enzim-enzim yang terdeteksi pada Artemia adalah tripsin 62,6±6,7; 83 83 amilase 544,9±30,0; lipase 6,3±0,7; dan alkalin fosfatase 68,8±9,2 mIUmg protein Gawlicka et al. 2000. Aktivitas enzim a-amilase, lipase, tripsin, dan pepsin larva ikan bandeng meningkat dengan semakin lamanya jadwal pemberian pakan alami. Hal ini mengindikasikan adanya kontribusi enzim yang berasal dari pakan alami yang diberikan. Walaupun demikian, interpretasi tentang cara enzim tersebut berperan berbeda-beda di antara para ahli. Tingginya aktivitas protease pada larva yang diberi pakan alami akibat adanya mekanisme induktif yang akan mengaktifkan zimogen untuk memproduksi protease Dabrowski dan Glogowski 1977; Moran dan Stark 1990. Enzim proteolitik eksogen dari pakan hidup memberi kontribusi yang lain dalam proses pencernaan larva ikan herring Clupea harengus, yaitu dengan merangsang peningkatan sekresi tripsin endogen pada usus larva Pedersen et al. 1987. Pakan alami mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh larva sehingga apabila dikonsumsi akan masuk ke dalam saluran pencernaan sebagai satu kesatuan nutrien yang siap dimanfaatkan dalam saluran pencernaan. Adapun pada pakan buatan hasil predigestion, walaupun sudah merupakan molekul- molekul kecil dari nutrien yang siap diserap dalam saluran pencernaan, masih terpisah-pisah larut dalam media budi daya. Hal inilah yang diduga juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva uji yang mendapat pakan alami lebih lama. Tingkat kelangsungan hidup larva ikan bandeng dengan jadwal pemberian pakan buatan yang telah dihidrolisis predigestion oleh crude enzyme pencernaan eksogen pada larva umur 15 dan 12 hari lebih besar dibandingkan dengan larva umur 6 dan 9 hari. Faktor yang diduga berpengaruh pada tingkat kelangsungan hidup larva ikan bandeng yang dipelihara adalah kesesuaian antara jenis pakan dan kemampuan larva memanfaatkan pakan. Kemampuan larva untuk memanfaatkan pakan dapat dilihat dari dua aspek, yaitu kemampuan untuk mengkonsumsi dan kemampuan untuk mencerna. Tingginya kematian larva pada jadwal pemberian pakan buatan total umur 6 dan 9 hari, terjadi karena kemampuan untuk mengkonsumsi dan mencerna pakan lebih rendah dibandingkan dengan larva dengan jadwal pemberian pakan buatan total umur12 84 84 dan 15 hari. Pada larva dengan jadwal pemberian pakan buatan total umur 12 dan 15 hari, saluran dan kelenjar pencernaan sudah berkembang dengan baik. Dibuktikan dengan perbedaan hasil pengukuran aktivitas enzim pencernaan pada setiap perlakuan, serta terjadi peningkatan aktivitas enzim pencernaan pada setiap periode pengamatan. Pada larva dengan jadwal pemberian pakan buatan total umur 6 dan 9, walaupun enzim pencernaan endogen sudah disekresikan tetapi masih sangat rendah. Enzim pencernaan endogen yang dihasilkan belum dapat secara maksimal sebagai katalisator dalam hidrolisis pakan buatan. Ditemukannya larva yang hidup pada jadwal pemberian pakan buatan total umur 6 dan 9, diduga bahwa larva tersebut mampu memanfaatkan pakan buatan yang diberikan tetapi energi yang diperoleh dari pakan tidak mencukupi untuk berkembang secara maksimal. Tingkat kelangsungan hidup yang dicapai pada penelitian ini berkisar antara 14,67 dan 67,33. Teknologi yang sudah berkembang saat ini menghasilkan tingkat kelangsungan hidup larva ikan bandeng sampai ukuran siap jual pada panti pembenihan berkisar antara 20 dan 60 dengan frekuensi terbesar 20. Umumnya tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng dicapai di atas 50 apabila pakan buatan diberikan mulai umur larva 15 hari Duray dan Bagarinao 1984; Aslianti dan Azwar 1992; dan Haryati 2002. Tingkat kelangsungan hidup yang dicapai pada penelitian ini berada pada kisaran yang cukup baik, dibandingkan dengan hasil pada penelitian lain. Hal ini memberikan peluang untuk aplikasi pakan buatan yang telah dihidrolisis predigestion dengan enzim pencernaan eksogen pada usaha pembenihan ikan bandeng. Hasil pengamatan histologis organ hati memperlihatkan bahwa semakin lama jadwal pemberian pakan alami, ukuran, dan jumlah hepatosit semakin bertambah, rongga antar-sel lebih kecil dan sedikit sehingga nampak hepatosit lebih kompak. Hal ini terlihat pada hepatosit larva ikan bandeng dengan jadwal pemberian pakan buatan total pada umur 12 dan 15 hari. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pertumbuhan larva pada jadwal pemberian pakan buatan total umur tersebut lebih besar dibandingkan larva pada perlakuan lainnya. Ukuran sel hepatik menunjukkan status fungsi fisiologis. Selain mensekresikan garam empedu, sel-sel hepatik mempunyai peran dalam metabolisme protein, lemak, dan 85 85 karbohidrat Takashima dan Hibiya 1995. Pada permukaan sel yang berbatasan dengan kapiler darah dan saluran empedu bile duct terdapat mikrofilli, hal ini menunjukkan bahwa hepatosit merupakan sel yang aktif Affandi et al. 2005. Pemberian pakan buatan pada waktu yang tidak tepat, walaupun sudah dihidrolisis predigestion dengan crude enzyme pencernaan eksogen akan mempengaruhi perkembangan organ hati. Terganggunya perkembangan hepatosit akan berdampak pada pertumbuhan organ secara keseluruhan. Hal ini terjadi karena, organ hati diibaratkan sebuah pos persinggahan dan gudang pendistribusian nutrien ke seluruh bagian tubuh. Bahan cadangan nutrien yang umum terlihat pada sel hati adalah glikogen dan trigliserida Takashima dan Hibiya 1995. Pada penelitian ini granula glikogen terdeteksi dalam bentuk tidak beraturan di antara sel-sel hati atau menyebar di dalam sitoplasma. Hasil analisis yang sama juga ditemukan oleh Haryati 2002. Partikel-partikel glikogen kemungkinan ditemukan menyebar di dalam sitoplasma atau mengelompok membentuk konsentrasi yang besar. Granula dari glikogen bentuknya tidak beraturan. Pada ikan budi daya kandungan glikogen ditemukan sampai lebih dari 20 Takashima dan Hibiya 1995. Glukosa yang berasal dari hasil metabolisme karbohidrat, di dalam hepatosit dengan proses glikogenesis oleh enzim glicogen synthetase diubah menjadi glikogen. Glikogen merupakan cadangan energi yang tersimpan dalam hepatosit dan sel-sel otot Rosch dan Segner 1990. Simpulan Konsentrasi crude enzyme 25 mLkg pakan dan periode inkubasi 12 jam pada hidrolisis predigestion pakan buatan untuk larva ikan bandeng oleh crude enzyme yang disekresikan mikrob Carnobacterium sp., Vibrio alginoliticus, dan Planococcus sp. adalah maksimal untuk menghasilkan kadar glukosa dan derajat hidrolisis karbohidrat pakan, kadar protein terlarut dan derajat hidrolisis protein pakan, serta derajat hidrolisis lemak pakan yang optimum. Larva ikan bandeng dapat memanfaatkan pakan buatan hasil predigestion oleh campuran crude enzyme pencernaan eksoge n mulai umur 12 hari dengan pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup yang optimal. 86 86 PENGGUNAAN MIKROB AMLOLITIK Carnobacterium sp. SEBAGAI PROBIOTIK PADA BUDI DAYA IKAN BANDENG Pendahuluan Ikan bandeng adalah salah satu komoditas unggulan pada budi daya air payau setelah udang. Pangsa pasar ikan bandeng selain untuk konsumsi lokal juga untuk ekspor serta sebagai bahan untuk umpan ikan tuna. Budi daya ikan bandeng sudah sangat berkembang dan umumnya dikembangkan secara tradisional atau ekstensif. Akan tetapi, seiring dengan meningkatnya permintaan, budi daya ikan bandeng sudah dikembangkan secara intensif pada tambak-tambak air payau yang ideal atau di karamba jaring apung di laut dan air tawar. Intensifikasi budi daya ikan bandeng sangat bergantung pada suplai pakan buatan. Kebutuhan pakan untuk budi daya ikan bandeng pada tahun 2005 adalah 110.580 ton, tahun 2006 diproyeksikan meningkat menjadi 124.160 ton dan setiap tahun kebutuhan pakan akan terus meningkat Ditjen Perikanan Budi Daya 2006. Sampai pada tahun 2009, kebutuhan pakan buatan diproyeksikan mencapai lebih dari 2 kali lipat, yaitu 315.400 ton. Kendala yang dihadapi untuk pemenuhan kebutuhan pakan pada intensifikasi budi daya ikan bandeng adalah tingginya harga pakan buatan. Harga pakan ikan yang relatif mahal disebabkan oleh komposisi utama zat gizi pakan ikan adalah protein. Diketahui bahwa protein merupakan sumber energi pakan yang mahal, terutama protein yang berasal dari tepung ikan. NRC 1988 mengemukakan bahwa protein merupakan zat terpenting dari semua zat gizi yang diperlukan ikan karena merupakan zat penyusun dan sumber energi utama bagi ikan. Furuichi 1988 mengemukakan bahwa protein lebih efektif digunakan sebagai sumber energi daripada karbohidrat karena rendahnya aktivitas enzim amilase dalam saluran pencernaan ikan dibandingkan hewan terestrial dan manusia. Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai upaya peningkatan aktivitas enzim amilase sehingga penggunaan protein sebagai sumber energi dapat dikurangi dan pemanfaatan karbohidrat sebagai sumber energi dapat ditingkatkan. Protein diharapkan hanya digunakan untuk pertumbuhan dan pergantian jaringan 87 87 yang rusak tidak sebagai sumber energi. Peningkatan penggunaan karbohidrat oleh ikan diharapkan dapat meningkatkan kadar karbohidrat dan mengurangi kadar protein dalam pakan buatan. Dengan demikian, harga pakan dapat diturunkan. Salah satu alternatif yang dapat dikaji dan dikembangkan melalui percobaan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah meningkatkan produksi enzim pencernaan eksogen dengan memanfaatkan mikroflora saluran pencernaan yang mempunyai aktivitas amilolitik. Pada percobaan pertama terseleksi isolat mikrob amilolitik Carnobacterium sp. sebagai kandidat probiotik. Jenis Carnobacterium sp. diperkenalkan oleh Collins et al. pada tahun 1987 dalam klasifikasi Lactobacillus carnis, L. divergens, dan L. piscicola yang merupakan stok Laktobacillus dari isolasi bakteri pada daging hewan ternak yang dilakukan oleh Thornley 1957. Pada tahun 1993, jenis Carnobacterium berkembang pesat dengan dua jenis spesies yang tidak memiliki keterkaitan biologis dengan Lactobaccilus C. alterfunditum dan C. funditum. Berdasarkan rangkaian dasar RNAr dan karakter fenotip, Joborn et al. pada tahun 1999 mengajukan nomenklatur C. inhibens untuk sebuah stok yang diisolasi dari saluran pencernaan ikan salmon Atlantik salmo salar. Jenis Carnobacterium tersebut menunjukkan suatu hubungan dengan Carnobacterium sp. Collins et al. 1999. Selanjutnya dijelaskan bahwa jenis Carnobacterium sp. sangat sulit dibedakan dari jenis Lactobacillus. Salah satu yang dapat diketahui bahwa Carnobacterium sp. tidak dapat dibiakkan pada medium rogosa, dan dapat berkembang pada pH tinggi kemungkinan dapat tumbuh sampai pada pH 9,1 dibandingkan dengan Lactobacillus sp. Penggunaan probiotik sebagai feed additive untuk meningkatkan produksi enzim pencernaan eksogen dalam saluran pencernaan merupakan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi dalam budi daya ikan bandeng secara intensif. Keuntungan lain dari aplikasi probiotik pada budi daya ikan adalah dapat meningkatkan kesehatan dan ketahanan terhadap penyakit. Probiotik berperan dalam beberapa mekanisme , yaitu 1 menghambat reaksi-reaksi yang menghasilkan toksin; 2 merangsang reaksi-reaksi enzimatis yang terlibat dalam proses detoksifikasi bahan-bahan yang potensial sebagai toksin baik yang berasal dari luar maupun dari dalam tubuh; 3 merangsang enzim inang yang terlibat 88 88 dalam proses pencernaan atau menggantikan enzim yang tidak ada; dan 4 sintesis vitamin atau zat makanan essensial yang kurang tersedia dalam pakan Fuller 1992. Tujuan yang ingin dicapai pada percobaan ini adalah meningkatkan aktivitas enzim pencernaan amilase eksogen pada saluran pencernaan ikan bandeng hasil sekresi mikrob amilolitik Carnobacterium sp. sehingga mampu memanfaatkan pakan buatan dengan kadar karbohidrat yang lebih tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan 2 tahapan percobaan, yaitu percobaan I in vitro dengan tujuan khusus mengkaji efektivitas Carnobacterium sp. dalam menghidrolisis pakan buatan pada berbagai kadar protein-karbohidrat untuk pembesaran ikan bandeng; dan percobaan II in vivo dengan tujuan khusus mengkaji efektivitas Carnobacterium sp. pada berbagai kadar protein-karbohidrat pakan buatan untuk memacu pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng. Bahan dan Metode Tempat dan Waktu Percobaan I in vitro dilakukan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, serta Laboratorium Biokimia dan Mikrobiologi Nutrisi, Fakultas Peternakan IPB. Analisis proksimat pakan dilakukan di Laboratorium Pengujian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Cimanggu, Bogor. Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan mulai bulan Oktober 2004 sampai Februari 2005. Percobaan II in vivo dilakukan di Laboratorium Hatchery Mini, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, UNHAS. Analisis beberapa peubah dilakukan di Laboratorium Kualitas Air, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, UNHAS, Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Laboratorium Biokimia dan Mikrobiologi Nutrisi, Fakultas Peternakan, Laboratorium Nutrisi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, dan Laboratorium Pengujian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Cimanggu, Bogor. Penelitian dilaksanakan selama 9 bulan mulai bulan April 2005 sampai Desember 2005. 89 89 Prosedur Penelitian Percobaan I In Vitro Percobaan pertama bertujuan menemukan jumlah inokulum Carnobacterium sp. yang paling efektif menghidrolisis pakan buatan pada berbagai kadar protein-karbohidrat pakan. Percobaan ini didesain menggunakan pola faktorial 4 x 5 dalam rancangan acak lengkap RAL masing-masing 3 ulangan. Faktor pertama adalah jumlah inokulum dengan 4 level, yaitu 10 6 , 10 8 , 10 10 , dan 10 12 cfumL. Faktor kedua adalah kadar protein P dan karbohidrat K pakan buatan dengan 5 level, yaitu pakan A: 50 P - 20 K, pakan B: 40 P - 30 K, pakan C: 30 P - 40 K, pakan D: 20 P - 50 K, dan pakan E: 10 P - 60 K. Pakan yang digunakan pada percobaan ini adalah pakan berbentuk pellet yang diformulasi sesuai dengan perlakuan. Hasil analisis proksimat bahan baku pakan sama dengan yang digunakan pada pakan buatan untuk larva, komposisi pakan, dan hasil analisis proksimat pakan disajikan pada Tabel 10. Literatur pendukung pengukuran kecernaan pakan buatan ikan oleh mikrob secara in vitro hidrolisis belum ditemukan sehingga acuan yang digunakan adalah metode yang dilakukan pada hewan terestrial, dengan melakukan beberapa modifikasi. Pengujian mengacu pada metode Tilley dan Terry 1963 dengan modifikasi pada media yang digunakan. Carnobacterium sp. dengan jumlah inokulum perlakuan diinokulasi ke dalam tabung reaksi yang berisi media. Media yang digunakan terdiri atas campuran TSB Tripticase Soy Broth , TCM 199 Tissue Culture Medium, 0,99 g100 mL aquadest, dan pakan buatan sebagai substrat dengan berat ± 1 g bahan kering oven 60 o C, total volume media dan inokulum sebanyak 20 mL. Tabung kultur kemudian dimasukkan ke dalam shaker water bath untuk diinkubasi pada suhu 29 o C. Periode inkubasi 6, 12 dan 24 jam dilakukan dengan tujuan untuk menentukan periode inkubasi yang dapat memberikan respons berbedaan parameter yang diukur, pada percobaan pengukuran kecernaan pakan buatan ikan oleh mikrob secara in vitro. Reaksi dihentikan dengan menambahkan 0,5 mL HgCl 2 jenuh sehingga mikrob dalam tabung kultur mati, kemudian disentrifius dengan kecepatan 10.000 rpm selama 90 90 10 menit. Supernatan dan endapan yang dihasilkan digunakan untuk dianalisis lebih lanjut. Tabel 10. Komposisi pakan buatan pada percobaan untuk mengkaji efektivitas Carnobacterium sp. dalam menghidrolisis pakan buatan pada berbagai kadar protein-karbohidrat pakan Bahan pakan Komposisi bk A B C D E Tepung ikan 51,70 37,80 22,30 9,00 3,00 Tepung kedelai 15,70 16,70 21,65 21,20 3,00 Tepung terigu 20,40 33,00 44,40 57,50 76,20 Lemak 4,20 4,50 3,65 4,30 9,80 Vitamin mix. 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 Mineral mix. 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 Kadar karbohidrat BETN 20,21 30,18 40,09 50,16 60,19 Kadar protein 50,15 39,63 30,12 20,23 9,86 Kadar lemak total 9,70 9,84 9,56 9,78 11,60 Kadar serat kasar 1,84 1,99 2,23 2,35 2,12 DE kkalkg 3046,20 2938,59 2830,81 2754,23 2789,45 CP DEg protein 6,07 7,42 9,40 13,61 28,29 Keterangan : Perbandingan lemak : minyak ikan dan minyak jagung 2 : 1 Komposisi vitamin mix Vitamin A 3500 IUkg pakan; Vitamin D 3 3000 IUkg pakan; Vitamin E 100 IUkg pakan; Vitamin K 10 mgkg pakan; Vitamin B 12 0,02; Asam askorbat 300 mgkg pakan; Biotin 0,4 mgkg pakan; Kolin 3000 mgkg pakan; Asam folat mgkg pakan; Inositol 400 mgkg pakan; Niasin 150 mgkg pakan; Asam pantotenat 60 mgkg pakan; Piridoksin 10 mgkg pakan; Riboflavin 20 mgkg pakan; Thiamin 10 mgkg pakan Komposisi mineral mix Kalsium 0,2 gkg pakan; Fosfor anorganik 7 gkg pakan; Magnesium 0,6 gkg pakan; Cu 3 mgkg pakan; Mangan 12 mgkg pakan; Selenium 0,2 mgkg pakan; Zn 20 mgkg pakan; Iodine 0,8 mgkg pakan; Fe 0,8 mgkg pakan Komposisi lemak, vitamin dan mineral mix Lee dan Liao 1976 Hasil perhitungan berdasarkan persamaan energi NRC 1988 : 1 g karbohidrat = 2,5 kkal DE 1 g protein = 3,5 kkal DE 1 g lemak = 8,1 kkal DE Parameter yang diamati adalah kadar glukosa dan derajat hidrolisis karbohidrat pakan buatan pada 3 periode inkubasi, yaitu 6, 12, dan 24 jam. Supernatan yang dihasilkan digunakan untuk analisis kadar glukosa, dengan prosedur analisis Lampiran 6 mengikuti metode Wedemeyer dan Yasutake 91 91 1977, sedangkan endapannya digunakan untuk analisis kadar karbohidrat dengan prosedur analisis mengikuti metode Somogy – Nelson Lampiran 5. Derajat hidrolisis karbohidrat pakan oleh Carnobacterium sp. dihitung dengan menggunakan rumus : Kh - Kh t DHKh = x 100 Kh Dimana : DHKh = derajat hidrolisis karbohidrat Kh = kadar karbohidrat pakan pada waktu awal Kht = kadar karbohidrat pakan pada waktu t Percobaan II In Vivo Percobaan ini bertujuan untuk menemukan jumlah inokulum Carnobacterium sp. dan kadar protein-karbohidrat pakan buatan yang tepat pada pertumbuhan dan tingkat kelangs ungan hidup ikan bandeng. Percobaan ini didesain menggunakan pola faktorial 3 x 4 dalam rancangan acak lengkap RAL masing-masing 3 ulangan. Faktor pertama adalah jumlah inokulum dengan 3 level, yaitu kontrol, 10 10 dan 10 12 cfumL100 g pakan. Faktor kedua adalah kadar protein P dan karbohidrat K pakan buatan dengan 4 level, yaitu pakan A: 50 P - 20 K, pakan B: 40 P - 30 K, pakan C: 30 P - 40 K pakan dan D: 20 P - 50 K. Wadah yang digunakan pada percobaan ini adalah akuarium kaca denga n sistem resirkulasi berukuran panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 50 x 40 x 35 cm Gambar 22. Bagian sisi-sisi wadah ditutup dengan plastik hitam dan untuk menghindari ikan uji supaya tidak melompat, bagian atas wadah ditutup dengan penutup dari kawat nyamuk yang sisi-sisinya dijepit dengan bambu. Sebelum digunakan, wadah dan semua peralatan terlebih dahulu didesinfektan dengan klorida kaporit dan dinetralkan dengan thiosulfat. Wadah percobaan diisi air sebanyak 55 L dengan kisaran salinitas 15 sampai 16 ppt. Air yang digunakan telah disterilkan dengan 150 ppm klorida selama 24 jam dan selanjutnya dinetralkan dengan 75 ppm thiosulfat. Ikan bandeng ukuran juvenil dengan bobot rata-rata ± 2,5 g ditebar dengan kepadatan 20 ekor per wadah satu unit percobaan. Sebelum ditebar, ikan uji telah diaklimatisasikan dengan media budi daya dan pakan diberikan secara at satiation selama 2 minggu. Setelah masa 92 92 aklimatisasi selesai, ikan uji dipuasakan selama 24 jam dengan tujuan menghilangkan sisa pakan dalam tubuh. Ikan dipelihara selama 60 hari dan diberi pakan secara at satiation sebanyak 3 kali sehari, yaitu pada pukul 07.00, 12.00, dan 17.00. Selama percobaan, kualitas media budi daya dijaga dalam kisaran yang layak untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan bandeng. Kualitas air dijaga dengan cara melakukan penyiponan terhadap sisa pakan dan feses didasar wadah, serta melakukan pergantian air sebanyak 25 setiap hari. Pengukuran suhu dan salinitas media dilakukan 2 kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari, sedangkan pengukuran pH, oksigen terlarut, karbondioksida bebas, dan amoniak dilakukan pada setiap pengambilan sampel. Suhu media berkisar antara 29 dan 30 o C; pH berkisar antara 7,4 dan 7,6; oksigen terlarut berkisar antara 5,2 dan 6,5 ppm, karbondioksida bebas berkisar antara 11,97 dan 12,07 ppm; amoniak berkisar antara 0,006 dan 0,009 ppm; dan salinitas berkisar antara 15 dan 16 ppt. Gambar 22. Wadah yang digunakan pada percobaan mengkaji efektivitas Carnobacterium sp. pada berbagai kadar protein-karbohidrat pakan buatan pada pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng Pakan yang digunakan pada percobaan ini sama dengan yang digunakan pada percobaan I in vitro pada Tabel 10, kecuali pakan E tidak dilanjutkan pada percobaan ini. Sebelum ditambahkan ke pakan Carnobacterium sp. yang diuji pada percobaan ini terlebih dahulu diencerkan dengan Buffer Peptone Water 93 93 Murni 2004 dan minyak ikan Robertson et al. 2000 dengan perbandingan 1 mL probiotik : 3 mL Buffer Peptone Water : 1 mL minyak ikan. Campuran ini kemudian disemprotkan pada pakan secara merata dengan menggunakan spuit. Uji penempelan mikrob pada pakan bertujuan untuk membuktikan bahwa populasi koloni dalam pakan masih berada dalam kisaran populasi koloni inokulum. Dengan demikian, jumlah inokulum probiotik dalam pakan disesuaikan dengan perlakuan. Uji penempelan dilakukan dengan cara merendam pakan yang telah dicampur dengan probiotik dalam air selama 1 sampai 2 menit. Pakan yang telah direndam dicairkan dengan cairan fisiologis NaCl 0,85 steril, selanjutnya dikultur dengan media dan prosedur yang sama dengan metode isolasi mikrob. Jumlah mikrob dihitung dengan metode hitungan cawan dan dinyatakan dalam cfu, setelah diinkubasi pada suhu 29°C selama 24 sampai 48 jam. Parameter yang diamati adalah 1 pertumbuhan, 2 efisiensi pakan, 3 retensi protein, lemak dan energi, 4 kadar glikogen hati dan otot, 5 populasi mikrob, 6 aktivitas enzim amilase dan protease, 7 kecernaan karbohidrat dan protein pakan, 8 kadar glukosa dan trigliserida darah, 9 konsumsi oksigen, dan 10 tingkat kelangsungan hidup.

1. Pertumbuhan