64
64 suhu ruang. Selanjutnya, ditambah 3 mL  Tris HCl pH 6,5 dan disentrifius dengan
kecepatan 10.000 rpm selama 20 menit.  Supernatan yang diperoleh  digunakan untuk  analisis kadar protein terlarut,  dengan prosedur analisis Lampiran  8
mengikuti metode Bradford 1976.  Endapan  yang dihasilkan  digunakan untuk analisis kadar protein total dengan metode  Kjeldahl  Takeuchi 1988, prosedur
analisis disajikan pada  Lampiran  5.  Pengukuran kadar protein terlarut  dan    kadar protein total dilakukan juga pada 0 jam.
Derajat hidrolisis protein pakan oleh crude enzyme protease dihitung dengan menggunakan rumus :
P -   P
t
DHP =                         x 100 P
Dimana :  DHP  =  derajat hidrolisis protein P
=   kadar protein pakan pada waktu awal P
t
=   kadar protein pakan pada waktu t
3.  Derajat Hidrolisis Lemak
Pengukuran  kadar  lemak pakan dilakukan pada akhir pengamatan. Pakan sebanyak 2 g yang telah dihidrolisis dan dihentikan reaksi crude enzyme lipasenya
dengan 3 mL  etil alkohol 95.    Kadar lemak dianalisis dengan metode soxhlet Takeuchi 1988, prosedur analisis disajikan pada Lampiran  5.  Pengukuran kadar
lemak dilakukan juga pada 0 jam. Derajat  hidrolisis lemak pakan oleh  crude enzyme  lipase dihitung denga n
menggunakan rumus : L
-   L
t
DHL =                         x 100 L
Dimana :  DHL  =  derajat hidrolisis lemak L
=   kadar lemak pakan pada waktu awal L
t
=   kadar lemak pakan pada waktu t
Percobaan II In Vivo
Percobaan  kedua  bertujuan untuk menentukan umur larva ikan bandeng yang tepat  untuk  dapat memanfaatkan dengan baik pakan buatan yang telah
65
65 dihidrolisis  predigestion  oleh  crude enzyme  yang disekresikan  mikrob
Carnobacterium  sp.,  Vibrio alginoliticus,  dan  Planococcus  sp. sebagai pengganti pakan alami.
Percobaan ini menggunakan pola rancangan acak lengkap RAL . Perlakuan yang  diuji adalah  4 jadwal  pemberian pakan buatan  pada  larva ikan bandeng,
masing-masing perlakuan diulang 3 kali.  Jadwal  pemberian pakan  tersebut adalah :
Perlakuan Umur larva hari
0—1---2---3---4---5---6---7---8---9---10---11---12---13---14---15---16-------------30 Green water
Chl  Br     overlap PB
B Green water
Chl           Br             overlap PB
C Green water
Chl                 Br                           overlap PB
D Green water
Chl                             Br                                        overlap PB
Keterangan :  Chl  =  Chlorella,  Br  = Brachionus, overlap =  50  Brachionus 50 pakan buatan, PB = pakan buatan
Wadah yang digunakan pada percobaan ini adalah baskom plastik  berwarna orange berkapasitas 20 L.  Masing-masing wadah dilengkapi aerator Gambar 12.
Sebelum digunakan,  wadah dan semua peralatan terlebih dahulu didesinfektan dengan  klorida  kaporit dan dinetralkan dengan thiosulfat.    Wadah  diisi  10  L
media  green water,    yaitu air yang mengandung  Chlorella  dengan kepadatan 1,5 sampai  2,0 x 10
6
selmL, dengan salinitas  kerkisar mulai dari  30 sampai 31 ppt. Media green water digunakan sampai larva berumur 15 hari, untuk pemeliharaan
selanjutnya menggunakan media  clear water,  yaitu air yang tidak mengandung Chlorella.
Telur bandeng yang baru dihasilkan dari pemijahan induk diinkubasi dengan cara memasukkan ke dalam wadah yang berisi air media dan diaerasi kuat selama
± 15 menit.  Telur yang bagus dan    terbuahi oleh induk jantan akan mengapung dipermukaan air dan berwarna bening, sedangkan telur  yang tidak  terbuahi
mengendap di dasar wadah dan berwarna putih.  Telur yang berwarna bening diambil dan dipindahkan ke wadah lain bervolume air 1  L sambil diaerasi sedang
A B
C D
66
66 untuk menghomogenkan telur di dalam kolom air. Jumlah telur dihitung dengan
cara mengambil telur dan air sebanyak 10 mL dengan menggunakan pipet.  Kalau jumlah telur masih  terlalu padat  sediaan  diencerkan dalam  becker glass  sampai
volume air mencapai 100 mL.  Sebanyak 125 butir  telur dimasukkan ke dalam setiap wadah percobaan,  dengan perhitungan  bahwa  hatching rate  telur bandeng
adalah 80.  Wadah percobaan  diaerasi kuat, ± 24 jam kemudian telur menetas dan aerasi diangkat.  Selanjutnya wadah percobaan disipon untuk membua ng
cangkang-cangkang telur yang mengendap di dasar wadah.  Larva berumur 0  hari dengan kepadatan per wadah percobaan 100 ekor dipelihara dengan aerasi sangat
kecil. Larva berumur satu hari diberi pakan alami  Chlorella  dengan kepadatan antara 1,5  dan  2,0 x 10
6
selmL  media dan larva berumur 2  hari  dan seterusnya diberi pakan sesuai dengan jadwal pemberian pakan perlakuan.
Gambar 12.  Wadah yang digunakan pada percobaan  mengkaji efektivitas pakan buatan yang telah dihidrolisis predigestion dengan  crude enzyme
yang disekresikan  mikrob Carnobacterium sp., Vibrio alginoliticus, dan  Planococcus  sp.  pada pertumbuhan dan tingkat kelangsungan
hidup larva ikan bandeng
Selama pemberian pakan alami  Brachionus,  kepadatan  Brachionus  dalam media pemeliharaan dipertahankan sebanyak  10 ekormL  media.  Kepadatan ini
dikontrol setiap 2 kali per hari, yaitu pada pukul 07.00 dan 14.00.  Jika  jumlah Brachionus  dalam media sudah berkurang maka akan ditambahkan supaya tetap
konstan sepanjang percobaan.
67
67 Pakan buatan yang digunakan  pada percobaan ini sama dengan yang
digunakan pada percobaan I in vitro pada Tabel 7.  Sebelum diberikan pada larva pakan buatan  dihidrolisis  predigestion  terlebih dahulu dengan  crude enzyme
yang disekresikan  oleh mikrob  Carnobacterium  sp.,  Vibrio alginoliticus  dan Planococcus sp. dengan konsentrasi 25 mLkg pakan dengan periode inkubasi 12
jam   berdasarkan hasil yang diperoleh pada percobaan  I in vitro. Pakan buatan diberikan secara  at satiation  sampai kenyang dengan cara menyebarkan  pakan
secara merata dalam wadah percobaan.  Pemberian pakan  dilakukan 6 kali per hari, yaitu pada pukul 07.00, 10.00, 13.00, 16.00, 19.00, dan 22.00.  Pemeliharaan
dilakukan selama 30 hari.  Selama percobaan,  kualitas media budi daya dijaga dalam kisaran yang layak untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan
bandeng.  Kualitas air dijaga dengan cara melakukan penyiponan terhadap sisa pakan dan feses di dasar wadah, serta melakukan pergantian air sebanyak 50
setiap 2 kali sehari.  Pengukuran suhu dan salinitas media dilakukan 2 kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari, sedangkan pengukuran pH, oksigen terlarut,
karbondioksida bebas dan amoniak dilakukan pada awal, tengah, dan akhir penelitian.  Suhu media berkisar antara  29  dan  31
o
C,  pH berkisar antara  7,4  dan 7,6,  oksigen terlarut  berkisar antara 6,0  dan  6,5 ppm, karbondioksida bebas
berkisar antara  11,97  dan  12,07 ppm,  amoniak  berkisar antara  0,006  dan  0,007 ppm, dan salinitas berkisar antara 30 dan 31 ppt.
Parameter yang  diamati adalah  1 pertumbuhan,  2 tingkat kelangsungan hidup,  3 konsumsi pakan,  4 aktivitas enzim  pencernaan, dan  5 struktur
histologis organ hati.
1.  Pertumbuhan