95
a. Indentifikasi Bahaya
Pihak BLPT harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan penerapan dan kegiatan Sistem Manajemen
K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. Perencanaan harus memuat tujuan, sasaran dan indikator kinerja yang diterapkan
mempertimbangkan identifikasi sumber bahaya, penilaian, dan pengendalian resiko sesuai persyaratan perundang undangan yang
berlaku serta hasil pelaksanaan tinjauan awal terhadap K3. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa identifikasi bahaya di
BLPT Yogyakarta memiliki ketercapaian 66,66. Dalam hal ini BLPT dan setiap seksi telah melakukan beberapa indentifikasi bahaya yang
ada di lingkungan BLPT Yogyakarta. Sesuai dengan pedoman perencanaan Sistem Manajemen K3 serta sesuai PP No. 50 tahun
2012 pasal 9 ayat 2 yaitu dengan membertimbangkan: a. Hasil penelaah awal, b. Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan
pengendalian resiko, c. peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sehingga bisa merencanakan bagaimana proses dan tempat
untuk melaksanakan kegiatan dan proses diklat pembelajaran yang lingkungannya aman, jauh dari resiko terjadinya kecelakaan kerja.
Namun tidak ada prosedur yang jelas secara tertulis dalam identifikasi bahaya di BLPT Yogyakarta. Hal ini membuat identifikasi
bahaya tidak dapat dipetakan secara jelas dan terkoordinasi pada setiap seksi serta lingkungan BLPT secara luas. Sebenarnya
identifikasi bahaya yang jelas, terprosedur dan terdokumentasi dengan baik dapat berguna untuk memetakan lingkungan sesuai
96 tingkat potensi bahaya agar dapat diketahui setiap orang yang ada di
BLPT Yogyakarta, sebagai upaya peningkatan pelaksanaan K3.
b. Tujuan dan program
Penetapan tujuan dan program-program K3 adalah tindak lanjut dari kebijakan K3 yang telah ditetapkan, yang pertimbangkan
berdasarkan hasil identifikasi bahaya. Kebijakan K3 yang telah ditetapkan dan disetujui oleh pemimpin perusahaan yang dalam hal