Persentase Penutupan Substrat Lainnya Kondisi Karang Hidup Hard Coral + Soft Coral Kedalaman 5-7 m
80 Program Kajian Cepat
DAFTAR PUSTAKA
Cesar, H. S. J. 2000, ‘Coral Reefs: heir Functions, hreats and Economic Value’, in
Collected essays on the economics of coral reefs, ed. H. S. J. Cesar, CORDIO, Kalmar.
Chabanet, P., Ralambondrainy, H., Amanieu, M., Faure, G. Galzin, R. 1997, ‘Relationships between coral
reef substrata and ish’, Coral Reefs, vol. 16, no. 2, pp.
93-102. English, S., Wilkinson, C. Baker, V. 1997,
Survey Manual for Tropical Marine Resources 2nd Edition, Australian
Institute of Marine Science, Townsville. Gomez, E. D. Yap, H. T. 1988, ‘Monitoring Reef
Conditions’, in Coral Reef Management Handbook,
eds R. A. Kenchington B. E. T. Hudson, Unesco Regional Oice for Science and Technology for South-
East Asia, Jakarta. Hill, J. Wilkinson, C. 2004,
Methods for Ecological Monitoring of Coral Reefs, Australian Institute of Marine
Science, Townsville. Musa, G. 2002, ‘Sipadan: a SCUBA-diving paradise: an
analysis of tourism impact, diver satisfaction and tourism management’,
Tourism Geographies, vol. 4, no. 2, pp. 195-209.
Mustika, P. L. K. 2011, ‘Towards Sustainable Dolphin Watching Tourism in Lovina, Bali, Indonesia under
review, submitted in July 2011’, James Cook University.
81 Kajian Cepat Kondisi Kelautan Provinsi Bali 2011
Lampiran 4.1. Daftar total genus karang keras dan rata-rata persentase penutupan pada site-site pengamatan di Bali dalam survey Bali Marine Rapid Assessment Program, 29 April – 11 Mei 2011
No. Genus Karang
Keras
Kehadiran pada transek pengamatan n=3.358 titik
pada 88 transek Rata-rata
persentase penutupan
1 Acropora
851 9,67
2 Porites
715 8,12
3 Montipora
345 3,92
4 Echinopora
177 2,01
5 Pocillopora
121 1,38
6 Hydnophora
115 1,31
7 Seriatopora
108 1,23
8 Millepora
90 1,02
9 Favia
77 0,88
10 Favites
66 0,75
11 Galaxea
63 0,72
12 Stylophora
52 0,59
13 Goniastrea
42 0,48
14 Fungia
36 0,41
15 Psammocora
35 0,40
16 Cyphastrea
30 0,34
17 Lobophyllia
29 0,33
18 Pectinia
27 0,31
19 Montastrea
26 0,30
20 Porites s
26 0,30
21 Symphyllia
26 0,30
22 Oxypora
22 0,25
23 Mycedium
21 0,24
24 Turbinaria
21 0,24
25 Goniopora
20 0,23
26 Leptoseris
20 0,23
27 Platygyra
19 0,22
No. Genus Karang
Keras
Kehadiran pada transek pengamatan n=3.358 titik
pada 88 transek Rata-rata
persentase penutupan
28 Echinophyllia
18 0,20
29 Merulina
18 0,20
30 Tubipora
18 0,20
31 Diploastrea
16 0,18
32 Euphyllia
15 0,17
33 Leptoria
11 0,13
34 Pachyseris
8 0,09
35 Siderastrea
7 0,08
36 Ctenactis
7 0,08
37 Alveopora
6 0,07
38 Herpolitha
6 0,07
39 Pavona
6 0,07
40 Physogyra
6 0,07
41 Anacropora
5 0,06
42 Caulastrea
4 0,05
43 Halomitra
4 0,05
44 Astreopora
3 0,03
45 Gardineroseris
3 0,03
46 Oulophyllia
3 0,03
47 Podabacia
3 0,03
48 Tubastrea
3 0,03
49 Acanthastrea
2 0,02
50 Sandalolitha
2 0,02
51 Coeloseris
1 0,01
52 Scapophyllia
1 0,01
53 Cycloseris
1 0,01
54 Plerogyra
1 0,01
82 Program Kajian Cepat
RINGKASAN
Survei keragaman spesies dan status komunitas karang dilakukan pada bulan November 2008 di Nusa Penida dan pada bulan April hingga Mei 2011 di pulau Bali. Kawasan ini berlokasi di kepulauan Sunda Kecil di tepi selatan Segitiga Karang
Coral Triangle yang dikenal sebagai laut tropis yang kaya akan keragaman hayati. Survei ini dirancang untuk mengkaji keragaman
hayati dan kondisi ekologi laut serta mengidentiikasi lokasi dengan prioritas konservasi guna menunjang fungsi kawasan perlindungan laut. Survei diselenggarakan atas kerjasama antara Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
PHKA, Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI dengan Conservation International Indonesia.
Terdapat total 85 stasiun perairan dalam maupun dangkal di 48 situs pengamatan masing-masing dengan lokasi GPS yang telah disurvei dalam MRAP Nusa Penida maupun MRAP Bali. Komunitas terumbu karang dikaji dalam berbagai tingkat
paparan gelombang, arus dan suhu laut yang mencakup seluruh tipe habitat: perairan dingin pada pantai berbatu, perairan dingin dengan permukaan terumbu karang yang luas, perairan hangat dengan permukaan terumbu karang yang sempit hingga
luas, serta komunitas karang yang tumbuh pada perairan yang didominasi substrat lunak.
Survei dilakukan di daerah dengan variasi parameter kunci yang khas dan konsisten bagi pertumbuhan dan perkembangan terumbu karang yang meliputi: aliran arus mulai dari sekitar 1 knot sampai 4 knot, suhu mulai dari 23
o
–30
o
C, Namun di beberapa tempat ada pula hingga 16
o
C dan energi gelombang mulai dari 1 m sampai 5 m, yang terkait dengan paparan Arlindo Arus Lintas Indonesia di Selat Lombok,
upwelling lokal serta arus laut dari Samudera Hindia.
Kelimpahan spesies dan spesies yang belum dideskripsikan:
Terdapat 406 spesies karang yang diidentiikasi sebagai penyusun terumbu karang hermatypic di Bali. Ini belum termasuk
13 spesies lainnya yang belum dikonirmasi dan memerlukan kajian taksonomi lebih lanjut. Setidaknya terdapat satu spesies yang dikategorikan sebagai spesies baru yakni
Euphyllia spec. nov. Terdapat pula spesies Isopora sp. yang secara morfologi memiliki perbedaan signiikan dengan spesies yang telah dideskripsikan sebelumnya. Selain itu, ada pula beberapa spesies yang umumnya
memiliki daerah sebaran luas, secara konsisten dijumpai di perairan Bali dengan morpho-type lokal, sehingga kemungkinan
terdapat lebih dari 420 hermatypic Scleractinia di Bali.
Masing-masing situs titik pengamatan di Bali memiliki keragaman karang rata-rata 112 spesies st.dev ± 42 spesies. Situs dengan keragaman yang paling rendah adalah 2 spesies di Puri Jati Situs B22, lokasi berlumpur dan tidak berterumbu karang.
Sedang yang tertinggi adalah 181 spesies di Jemeluk, Amed B16. Lokasi lainnya yang memiliki jumlah spesies yang cukup tinggi adalah Menjangan-utara 168 spesies, Situs B26 dan Penuktukan 164 spesies, Situs B21. Hasil pengamatan ini mirip
dengan kondisi karang yang dijumpai di Taman Nasional Bunaken dan Wakatobi berturut-turut 392 dan 396 spesies, serta lebih tinggi dari Komodo dan Kepulauan Banda 342 dan 301 spesies. Akan tetapi kelimpahan ini lebih rendah dari Derawan,
Raja Ampat, Teluk Cenderwasih, Fak-FakKaimana dan Halmahera seluruhnya sekitar 450 spesies atau lebih.
Struktur Komunitas:
Pada tingkat situs, ada 5 tipe utama komunitas karang yang diidentiikasi. Tipe komunitas ini terkait dengan tingkat paparan gelombang, arus – upwelling, tipe substrat dan lokasi geograi. Kelima komunitas ini kemudian dibagi dalam 10 kelompok
karang utama. Masing-masing dari kelima komunitas ini dicirikan dengan atribut spesies dan bentik yang berbeda.
Bab 5
Keragaman Spesies dan Prioritas Konservasi Terumbu Karang di Propinsi Bali, Indonesia
Emre Turak dan Lyndon DeVantier