Pola-pola biologis dan biogeografi serta keendemikan

89 Kajian Cepat Kondisi Kelautan Provinsi Bali 2011 stasiun-stasiun terumbu karang dalam dan dangkal masing- masing ditetapkan sebagai stasiun .1 dan .2 yang disurvei bersamaan. Jumlah total stasiun yang mewakili terumbu karang dalam kedalaman 10m dan dangkal, terumbu karang rata dan berpuncak crest and lat kedalaman 10m adalah 85 stasiun. Sesuai dengan panduan penyelaman yang aman, stasiun perairan yang dalam mencapai 30-40 meter disurvei terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan secara bertahap ke perairan yang lebih dangkal. Pada laporan ini, istilah ‘situs’ mengacu pada hasil gabungan dari dua stasiun kedalaman, kecuali bila ditentukan dengan penanda kedalaman tertentu masing-masing stasiun .1 dan .2. Metode ini serupa dengan yang dilakukan di sekitar 35 wilayah lain di Indonesia dan Indo Pasiik. Sehingga, dengan demikian dapat dilakukan perbandingan secara terinci mengenai keragaman spesies, komposisi dan struktur komunitas, serta keterwakilan dan sifat saling melengkapi komunitas karang yang ada di kawasan yang berbeda. Metode di lapangan dan analisis dijelaskan secara rinci di tempat lain misalnya pada DeVantier dkk. 1998. Pada setiap stasiun, luasan total kawasan yang disurvei melalui penyelaman mencakup sekitar 1 hektar. Secara ‘semi-kuantitatif ’, metode ini terbukti lebih unggul dari metode kuantitatif yang lebih tradisional transek, petak. Dalam penilaian keaneka-ragaman hayati metode ini memungkinkan pencarian aktif untuk catatan spesies baru di setiap stasiun, daripada hanya terbatas pada area petak yang telah ditentukan atau pada garis transek. Sebagai contoh, dengan metode ini biasanya menghasilkan catatan spesies karang dua sampai tiga kali lipat dibandingkan dengan metode transek garis yang dilakukan bersamaan di stasiun yang sama DeVantier dkk. 2004. Ada dua tipe informasi yang dicatat pada lembar data selama penyelaman di masing-masing stasiun yakni: 1. Inventarisasi spesies, genus dan famili dari taksa-taksa bentik yang menetap atau sesil sesile; dan 2. Kajian persentase tutupan substrat berdasarkan kelompok bentik utama dan status berbagai parameter lingkungan sesuai dengan Done 1982, Sheppard dan Sheppard 1991.

5.2.1 Inventarisasi taksonomi

Inventarisasi taksa-taksa bentik sesil secara terinci dikumpulkan di setiap penyelaman. Taksa diidentiikasi in situ berdasarkan tingkatan berikut: • Karang batu karang keras – spesies apapun yang termasuk dalam kategori sesuai dengan: Veron dan Pichon 1976, 1980, 1982, Veron, Pichon dan Wijsman- Best 1977, Veron dan Wallace 1984, Veron 1986, 1993, 1995, 2000, Best dkk. 1989, Hoeksema 1989, Wallace dan Wolstenholme 1998, Wallace 1999, Veron dan Staford-Smith 2002, Turak dan DeVantier 2011, ataupun berdasarkan genus dan bentuk pertumbuhan misal, Porites sp. dengan bentuk pertumbuhan yang sangat besar. • Karang lunak, zoanthidae, corallimorpharia, anemon dan beberapa genus makro-alga, famili atau kelompok taksonomi yang lebih luas lagi Allen dan Steen 1995, Colin dan Arneson 1995, Gosliner dkk. 1996, Fabricius dan Alderslade 2000; • Makro-bentos sesil lainnya, seperti spons, ascidian dan kebanyakan spesies alga – biasanya ilum dengan bentuk pertumbuhan Allen dan Steen 1995, Colin dan Arneson 1995, Gosliner dkk. 1996. Pada setiap akhir survei, inventarisasi tersebut diulas dimana masing-masing taksa dikelompokkan berdasarkan kelimpahan relatif taksa tersebut dalam suatu komunitas Tabel 5.1.. Pemberian peringkat berdasarkan urutan ini serupa dengan analisis vegetasi Barkman dkk. 1964, van der Maarel 1979, Jongman dkk. 1997. Untuk setiap taksa karang yang didapat, dibuat perkiraan visual kasat mata mengenai jumlah karang yang rusak daerah permukaan yang mati di setiap koloni pada setiap stasiun, dengan nilai kenaikan 0-1 di mana 0 = tidak ada kerusakan dan 1 = semua koloni mati. Proporsi perkiraan koloni masing-masing taksa pada setiap tiga kelas ukuran juga dibuat perkiraannya. Ukuran kelas tersebut adalah diameter 1 - 10 cm, diameter 11 - 50 cm dan diameter 50 cm Tabel 5.1.. Kepastian taksonomi: Meskipun ada kemajuan terbaru dalam identiikasi lapangan dan menstabilkan taksonomi karang Hoeksema 1989, Veron 1986, Wallace 1999, Veron 2000, Veron dan Staford-Smith 2002, namun masih tetap ada ketidakpastian taksonomi substansial dan ketidaksepakatan di antara para ahli Fukami dkk. 2008. Hal ini terutama terjadi pada famili Acroporidae dan Fungiidae, di mana setiap tenaga ahli yang berbeda memberikan klasiikasi taksonomi dan catatan kronologi nama ilmiah yang berbeda untuk berbagai spesies karang Hoeksema 1989, Sheppard dan Sheppard 1991, Wallace 1999, Veron 2000. Karena itu analisisnya bergantung Tabel 5. 1. Kategori kelimpahan relatif, kerusakan dan ukuran diameter maksimum setiap taksa bentik dalam inventarisasi biologi. Peringkat Kelimpahan Relatif Kerusakan Ukuran Distribusi Frekuensi Tidak ada 0 - 1 dengan nilai 0,1 untuk setiap kenaikan maupun penurunan Masing-masing proporsi karang dikategorikan dalam 3 ukuran: 1-10 cm 11-50 cm 50 cm 1 Jarang 2 Tidak umum 3 Umum 4 Berlimpah 5 Dominan