24 Program Kajian Cepat
Foto 3.5. Contoh spesies ikan di Bali yang berhubungan dengan wilayah upwelling dingin: dari kiri ke kanan - Prionurus chrysurus, Springeratus xanthosoma, dan Mola mola.
Foto 3.6. Parapercis bimacula, panjang total 11 cm
Foto 3.8. Dua Pseudochromis baru dari Bali dan Nusa Penida sepanjang 7 cm Foto 3.7. Manonichthys sp. sepanjang 3,5 cm.
Foto 3.9. Siphamia sp. sepanjang 3,5 cm.
25 Kajian Cepat Kondisi Kelautan Provinsi Bali 2011
Foto 3.10. Dua spesies baru jawfish Opistognathidae dari Bali kiri ke kanan: spesies Opistognathus 1 sepanjang 4 cm, spesies Opistognathus 2 sepanjang 3,5 cm.
Foto 3.14. Grallenia baliensis. dengan panjang 2,5 cm. Foto 3.11. Meiacanthus abruptus, sepanjang 7 cm
Foto 3.12. Spesies Meiacanthus cyanopterus sepanjang 6 cm
Foto 3.13. Priolepis sp. sepanjang 2,5 cm.
26 Program Kajian Cepat
Foto 3.17. Catatan distribusi baru dari kiri ke kanan meliputi: Chaetodon reticulatus, Abudefduf lorentzi, dan Cirrhilabrus pylei.
Foto 3.16. Ptereleotris rubristigma, sepanjang 10 cm Foto 3.15. Lepadichthys sp. sepanjang 3 cm.
Foto 3.18. Capungan banggai Pterapogon kauderni yang didatangkan dari luar Bali, panjang total 8 cm, Secret Bay, Bali.
27 Kajian Cepat Kondisi Kelautan Provinsi Bali 2011
lebih sering ditemui dibandingkan dengan pasangan dari Samudera Hindia. Fenomena ini menunjukkan terjadinya
dominasi aliran arus ke arah selatan. Perkawinan silang adalah fenomena yang cukup jarang
terjadi pada ikan air laut jika dibandingkan dengan di air tawar. Namun, ikan kupu-kupu tropis
tropical butterlyish Chaetodontidae dan ikan malaikat angelish
Pomacanthidae adalah pengecualian sebab telah banyak hasil kawin silangnya yang ditemukan. Pylle dan Randall
1994 memberikan rujukan bagi 15 hasil kawin silang ikan kupu-kupu dan mencatat masih ada 12 spesies lagi yang
akan didokumentasikan dalam literatur. Para penulis ini juga mendokumentasi 11 contoh kemungkinan kawin silang
pada ikan malaikat. Lebih dari itu, sebuah penelitian terbaru oleh Hobbs dkk. 2008 melaporkan ada 11 spesies kawin
silang dari 6 famili di Kepulauan Christmas yang terletak sekitar 1.000 km barat laut Bali atau 350 km selatan Ujung
Genteng, Jawa Barat.
Tidak ada hasil kawin silang yang teramati pada RAP Bali ini, namun beberapa kali terlihat pada survei Nusa Penida di
tahun 2008. Kasus-kasus ini adalah persilangan antara ikan kupu-kupu
Chaetodon guttatissimus dan C. punctofasciatus dan ikan malaikat
Centropyge eibli dan C. Vroliki Foto 3.4. Walaupun tidak ada hasil kawin silang yang terdeteksi antara
Chaetodon lunulatus dan C. Trifasciatus yang berhubungan dekat, beberapa pasangan campuran kedua spesies terlihat
pada survei tahun 2008 dan 2011.
Gambar 3.1. Citra satelit dari Secret Bay, Gilimanuk
Tabel 3.8. Contoh spesies kembar yang tercatat di Bali. Famili
Spesies Samudera Pasifik
Spesies Samudera Hindia
Caesionidae Caesio teres
Caesio xanthonota
Chaetodontidae Chaetodon vagabundus Chaetodon decussatus
Chaetodon punctatofasciatus
Chaetodon guttatissimus
Chaetodon lunulatus Chaetodon trifasciatus
Pomacanthidae Centropyge vroliki
Centropyge eibli
Pomacentridae
Chromis margaritifer Chromis dimidiata
Chromis xanthurus Chromis opercularis
Pomacentrus coelestis Pomacentrus alleni
Scaridae Chlorurus bleekeri
Chlorurus capistratoides
Acanthuridae Acanthurus pyroferus
Acanthurus tristis Ctenochaetus
cyanocheilus Ctenochaetus
truncatus Naso lituratus
Naso elegans
28 Program Kajian Cepat
3.3.6 Upwelling dingin
Pantai timur Bali, termasuk Selat Lombok dan Pulau Nusa Penida, memiliki ciri khas arus yang deras dengan
temperatur yang dingin sebagai akibat adanya upwelling di perairan dalam. Sangat sulit untuk menemukan suhu air
serendah 20an derajat atau bahkan lebih dingin lagi. Tabel 3.9 menyajikan daftar spesies yang sering terkait dengan
wilayah upwelling beserta tiga contohnya yang disajikan pada Foto 3.5.
3.3.7 Spesies baru
Beberapa spesies yang belum terdeskripsikan telah tercatat selama survei RAP ini. Hal ini akan dibahas dengan
lebih rinci pada paragraf selanjutnya, dimana belum ada dari sekian banyak spesies yang diketemukan ini pernah
dideskripsikan sebelumnya oleh penulis maupun kolega ahli ikan karang lainnya misal: Allen and Erdmann, 2012;
Smith-Vaniz and Allen, 2011; Gill, Allen and Erdmann, 2012
Parapercis bimacula Allen dan Erdmann, 2012 Pinguipedidae; Gambar 6 – ikan
grubish nan indah ini kini tercatat dijumpai di Bali, Komodo, Pulau Weh
Sumatera dan Kepulauan Andaman, dimana ia biasanya ditemukan di kawasan berpasir reruntuhan dasar dengan
sebaran karang hidup di kedalaman 2-8 meter. Spesies ini baru saja digambarkan oleh penulis dalam buku mereka
yakni di ikan karang dari Hindia Timur reef ishes of the East Indies
Spesies Manonichthys Pseudochromidae; Foto 3.8 –
Spesies ini teramati dan dipotret pada kedalaman 29-30 m pada dua situs 25 dan 28 di pesisir Barat Laut, termasuk
Pulau Menjangan dan Pulau Komodo. Spesies ini juga diketahui berhubungan dekat dengan
M. Alleni yang terdapat di bagian utara Borneo dan sekarang sedang
dipelajari oleh ahli pseudochromidae Anthony Gill dari
Sidney University, Australia, yang akan memastikan status spesies ini.
Pseudochromis oligochrysus Gill, Allen and Erdmann, 2012 Pseudochromidae; Foto 3.9, kiri – Spesies ini tidak
ditemukan selama survei 2011, namun beberapa spesimen didapatkan selama RAP 2008 di Nusa Penida. Biasanya
terdapat di lereng-lereng pada kedalaman 25-50 m. Spesies ini baru saja dideskripsikan pada awal 2012 oleh Anthony
Gill bersama-sama dengan penulis. Pseudochromis rutilus Gill, Allen and Erdmann,
2012 Pseudochromidae; Foto 3.9, kanan – Spesies baru ini Foto 3.9 didapat dari Nusa Penida pada tahun 2008 dan
pada survei 2011 di Menjangan situs 27 pada kedalaman sekitar 60-70 m. Biasanya terlihat pada permukaan berbatu,
spons, dan celah-celah pada lereng karang bagian luar. Spesies ini juga telah dikoleksi dari wilayah Alor, Nusa
Tenggara. Seperti spesies yang sebelumnya, yang satu ini juga telah dideskripsikan pada Januari 2012 oleh Anthony Gill
dan penulis.
Spesies Siphamia Apogonidae; Foto 3.10 – Sebuah
spesimen ikan capungan yang unik ini ditemukan di Pulau Menjangan situs 27 pada kedalaman 70 m. Seperti semua
anggota marga Siphamia, spesies ini memiliki keunikan
berupa organ tubuh yang berpendar keperakan pada bagian luar bawah tubuhnya. Spesies ini termasuk dalam spesies
yang belum dideskripsi, memiliki kaitan yang erat dengan spesies
S. argentea yang merupakan spesies yang belum diketahui dengan baik dimana jenis ini dapat dibedakan dari
warna tubuhnya yang unik dengan cahaya bergaris, tubuh yang dalam, dan garis lateral yang lengkap. Spesies ini saat
ini sedang dikaji secara mendalam oleh Ofer Gon seorang ahli apogonid di Afrika Selatan.
Opistognathus sp. 1 Opistognathidae; Foto 3.9, kiri – Jawish telah menjadi kelompok ikan yang menguntungkan
dengan banyaknya penemuan oleh penulis beberapa tahun terakhir. Spesies ini masih belum dideskripsi, namun
sebelumnya sudah tercatat di Kepulauan Andaman, Kalimantan Derawan, Filipina Pulau Siquijor, dan
Indonesia Pulau Morotai dan Teluk Cendrawasih, Papua Barat. Menghuni dasar perairan berpasirpuing dekat
terumbu karang pada kedalaman 20-70 m. Tiga spesimen telah dikoleksi selama survei di situs 25 Sumber Kima.
Spesies ini akan dideskripsi oleh ahli
opistognathidae asal Amerika Serikat, William Smith-Vainz.
Spesies Opistognathus sp. 2 Opistognathidae; Foto 3.7,
kanan – Spesies j awish baru ini sebelumnya telah dikoleksi
dari Brunei dan Filipina. Spesies ini menghuni pesisir terumbu karang yang keruh pada dasar perairan berpasir
puing di kedalaman 15-70 meter di kawasan yang secara berkala berarus kuat. Sebuah spesimen tunggal juga telah
dikoleksi pada survei di situs 25 Bali Sumber Kima. Spesies ini juga akan dideskripsi oleh William Smith-Vaniz.
Meiacanthus abruptus Smith-Vaniz and Allen, 2011 Blenniidae; Foto 3.11 – Spesies baru ini pertama
kali dikoleksi oleh G. Allen di Pulau Komodo pada tahun 1995. Sekitar 10 individu telah dipotret di Secret Bay,
Gilimanuk situs 30 selama survei di Bali ini. Spesies ini dapat ditemukan di petak terumbu karang kecil yang hampir
100 diselimuti koral pada kedalaman 2-4 meter. Spesies ini dicirikan dengan kepalanya yang kuning dan sepasang garis
hitam pada badannya. Spesies baru ini telah dideskripsikan pada bulan Oktober 2011 Smith-Vaniz and Allen, 2011.
Tabel 3.9. Spesies yang terkait dengan upwelling dingin yang terdapat di Bali.
Famili Chaetodontidae Famili Clinidae
Chaetodon guentheri Springeratus xanthosoma
Heniochus diphreutes Famili Acanthuridae
Famili Pomacanthidae
Prionurus chrysurus
Chaetodontoplus melanosoma
Molidae
Famili Pomacentridae
Mola mola
Chromis albicauda Chromis pura
29 Kajian Cepat Kondisi Kelautan Provinsi Bali 2011
Meiacanthus cyanopterus Smith-Vaniz and Allen, 2011
Bleniidae; Foto 3.12 – Sebuah spesimen tunggal dari spesies penghuni perairan dalam ini teramati pada
kedalaman 70 m di situs 19. Saat ini diketahui hanya terdapat di Kepulauan Nusa Tenggara di Bali dan wilayah
Alor. Spesies ini juga telah dideskripsikan pada bulan Oktober 2011 Smith-Vaniz and Allen, 2011
Spesies Priolepis Gobiidae; Foto 3.13 - Spesies ini
nampaknya adalah spesies yang belum dideskripsi dan sepintas mirip dengan
P. Pallidicincta Winterbottom Burridge, namun memiliki perbedaan nyata berupa garis
melintang pada pipi papilla. Spesies ini telah dikoleksi dari dua situs 10 dan 26 pada survei di kedalaman 70 m.
Grallenia baliensis Allen and Erdmann, 2012 Gobiidae; Foto 3.14 – ikan betutu berukuran kecil ini dengan ukuran
maksimum sekitar 2,5 cm sebelumnya diketahui dari beberapa spesimen yang dikoleksi dari kawasan Tulamben
di dasar perairan pasirkerikil pada kedalaman 5-15 meter. Pada survei ini, spesies ini juga ditemukan di Amed situs
17 dan Buleleng situs 21. Hasil pengamatan terperinci mengungkapkan spesies ini adalah spesies baru. Dapat
dikenali melalui pola warnanya yang unik, tidak memiliki selaput pada sirip punggung individu jantan, sirip anal
dan sirip punggung kedua yang relatif pendek, dan sirip dada yang pendek. Spesies ini dideskripsi oleh penulis pada
bukunya ‘
East Indians Reef Fishes’ yang terbit pada Maret 2012.
Spesies Lepadichthys Gobiesocidae; Foto 3.15 – Spesies
yang nampaknya belum dideskripsi ini sebelumnya hanya diketahui berdasarkan foto bawah air dari Flores, Indonesia,
dan Pulau Manus di Papua New Guinea. Ikan ini berwarna merah bata tua dengan belang-belang putih pada kedua sisi
badan, dan di punggung mulai dari mulut hingga sirip ekor. Spesies ini biasanya berlindung pada duri-duri bulu babi
Diadema dan biasanya terdapat pada kedalaman 5-15 m. Sebuah spesimen tunggal telah dikoleksi pada survei 2011 di
situs 25 Sumber Kima.
Ptereleotris rubristigma Allen, Erdmann and Cahyani, 2012
Ptereleotridae; Foto 3.16 – Spesies ini sebelumnya salah diidentiikasi sebagai
P. Hanae, tetapi berbeda pada selaput ekornya yang tidak panjang, dan pada jantan dewasa
memiliki selaput pada duri punggung kedua, serta tanda kemerahan kadang tidak ada pada dasar sirip dada. Spesies
ini tersebar luas di Indonesia dan wilayah sekitarnya. Selama survei ini, spesies ini teramati di Seraya situs 12, Amed
situs 16, dan Taka Pemuteran situs 24. Habitatnya terdiri dari dasar permukaan hamparan pasir dan puing pada
kedalaman 5-50 m. Spesies ini baru saja dideskripsi oleh penulis dan seorang ahli genetic Dita Cahyani dalam buku
reef ishes of the East Indies pada bulan Maret 2012.
3.3.8 Daerah sebaran dan beberapa catatan penting
Chaetodon reticulates Cuvier, 1831 Chetodontidae; Foto 3.17, kiri – Spesies ini tersebar luas di Pasiik Barat,
terutama di kepulauan Oseania ke timur hingga Kepulauan Line and Society. Spesies ini tercatat di Indonesia hanya di
Halmahera dan lepas pantai utara Sulawesi, serta catatan situs terkini dari Bali, yang mencerminkan suatu perluasan
daerah sebarannya kira-kira 1.500 km. Abudefduf lorentzi Hensley Allen, 1977 Pomacentride;
Foto 3.17, tengah – Spesies ini biasa menghuni perairan dangkal Sulawesi bagian timur, Halmahera dan wilayah
Papua Indonesia. Spesies ini juga terdapat di Papua New Guinea, Kepulauan Solomon, dan Filipina. Di bagian
timur dan selatan Sulawesi biasanya digantikan kerabatnya A. Bengalensis. Karena itu, cukup mengejutkan ketika
menemukan seekor spesies ini dalam tahap sub-dewasa di sepanjang garis pantai di situs 28 Menjangan, yang
mencerminkan suatu perluasan daerah sebarannya kira-kira 900 km.
Cirrhilabrus pylei. Labridae; Foto 3.17, kanan – Walaupun sebelumnya dilaporkan terdapat di Bali
berdasarkan foto bawah air, kami dapat mengkonirmasi keberadaannya di wilayah Bali dengan koleksi spesimen baik
dari Nusa Penida pada tahun 2008 dan dari survei ini di situs 28 Menjangan. Pada kebanyakan catatan sebelumnya
spesies yang menakjubkan ini berasal dari Kepulauan Melanesia, termasuk Papua Barat, Papua New Guinea,
Kepulauan Solomon, dan Vanuatu.
3.3.9 Spesies ikan yang didatangkan dari luar Bali
Walaupun ikan-ikan yang diintroduksi hanya sebagian kecil saja dari komunitas ikan global, mereka memiliki
kemampuan untuk mengubah dinamika populasi ikan lokal. Spesies ikan scorpaenidae
Pterois volitans adalah contoh klasik dari fenomena ini. Walaupun spesies ini mudah
dijumpai di sepanjang rentang penyebarannya di Pasiik bagian barat dan tengah, spesies ini biasanya dijumpai
dalam jumlah yang sedikit. Sebagai contoh, adalah tidak biasa menemukan seekor spesies ini dalam beberapa kali
penyelaman selama survei RAP. Spesies ini ditangkap untuk diperdagangkan sebagai ikan hias akuarium kemudian
dilepaskan di perairan Florida sekitar 20 tahun yang lalu. Akibatnya kini spesies ini “mewabah” di beberapa kawasan
di pantai timur Amerika Serikat dan Lautan Karibia serta memengaruhi komunitas ikan-ikan lokal karena perilaku
predasi spesies ini yang memangsa berbagai spesies ikan kecil dan invertebrata. Selain karena pelepasliaran ikan akuarium
yang tidak disengaja maupun yang disengaja, introduksi spesies ikan lainnya dimaksudkan untuk meningkatkan
spesies-spesies ikan yang berharga untuk diperdagangkan contoh:
Lutjanus kasmira di Hawaii, sehingga memiliki akses ke lautan yang dulunya terpisahkan melalui
pembangunan kanal contoh: Laut Merah menuju Laut Mediterania melewati Terusan Suez, dan perpindahan larva
maupun ikan bentik kecil pada tangki-tangki pengatur daya apung
ballast tank kapal barang. Capungan Banggai
Pterapogon kauderni, Foto 3.18 memiliki distribusi alami yang terbatas di Pulau Banggai
dan kawasan yang berdekatan di bagian tengah dan timur Sulawesi. Ikan cantik ini mulai diperdagangkan sebagai ikan
hias pada tahun 1995 dan langsung menghebohkan pasar
30 Program Kajian Cepat
dengan harga jual mencapai 100 per ikan pada bulan- bulan pertama kehadirannya. Spesies ini dijual ke luar negeri
dalam jumlah besar melalui para penjual ikan di Bali dan Sulawesi Utara. Akibatnya, banyak ikan spesies ini yang
kemudian dilepas dengan sengaja di Selat Lembeh, Sulawesi dan di Gilimanuk, Bali, di mana kemudian populasinya
berkembang. Populasi spesies ini di Bali terbatas pada kawasan yang sangat kecil dekat pantai sisi selatan dari jalan
masuk menuju Secret Bay, Gilimanuk. Spesies ini berasosiasi dengan bulu babi
Diadema yang menghuni perairan dangkal dan sekitar reruntuhan kapal kecil. Diperkirakan
populasinya saat ini sekitar 1.000 individu, dan jika dibandingkan dengan pengamatan biasa yang dilakukan
dua tahun lalu, populasi spesies ini terus meningkat. Tidak ada tanda-tanda bahwa spesies ini telah berkembang di
luar Secret Bay, dan karena metode reproduksinya aneh telur dan ikan yang masih kecil diinkubasi di dalam mulut
individu jantan serta kemampuan penyebaran pelagisnya tidak baik, perluasan daerah sebaran spesies ini di sekitar
Bali akan menjadi proses yang sangat lambat. Spesies ini memakan plankton dan invertebrata bentik kecil. Oleh
karena itu dampaknya terhadap populasi ikan di sekitar teluk Gilimanuk pada umumnya sangat kecil, dan mungkin hanya
kepada spesies apogonidae lain yang bersaing menumpang hidup pada duri-duri
Diadema. Salah satu sisi positif dari introduksi ini adalah turis akan tertarik untuk menyelam di
situs ini dan mendapat kesempatan langka memotret spesies yang menakjubkan, serta menghemat biaya dan logistik
daripada berkunjung ke Kepulauan Banggai.
3.4. SITUS YANG SANGAT PENTING BAGI IKAN DENGAN NILAI KONSERVASI YANG POTENSIAL
Perbandingan antara berbagai kawasan geografi utama di wilayah Bali
Survei ini menunjukkan bahwa Bali memiliki ikan-ikan karang yang amat beragam, yang mencerminkan kisaran
variasi habitat yang relatif luas. Metode CFDI yang memperkirakan keseluruhan jumlah fauna, didasarkan pada
beberapa famili utama menunjukkan bahwa Bali adalah salah satu kawasan di Indonesia yang paling kaya akan
ikan-ikan karang sehingga secara global sangat penting untuk kepentingan konservasi. Komunitas ikan yang ada
juga menakjubkan mengingat ekosistem laguna yang terlindung hampir tidak ada di Bali. Maka, spesies-spesies
yang berasosiasi dengan habitat ini sangat jarang atau tidak ada. Bali dapat dibagi menjadi beberapa zona atau kawasan
yang berbeda, berdasarkan komponen fauna lautnya dikombinasikan dengan itur oseanograi isik berskala luas,
terutama suhu dan arus, termasuk upwelling. Perbandingan keragaman ikan pada kawasan geograi utama dapat dilihat
di Tabel 3.10.
Pesisir utara adalah kawasan yang paling kaya akan keragaman ikan. Wilayah ini memiliki contoh-contoh
perkembangan terumbu karang terbaik seperti yang dicontohkan di Amed dan Pulau Menjangan. Di dalam
kawasan ini juga terdapat kawasan “muck dive” berdasar
lumpur yang menarik dan merupakan tempat tinggal ikan- ikan yang tidak biasa, yang jarang terlihat pada terumbu
karang biasa. Nusa Penida pantas menjadi zona terpisah, karena
lokasinya yang terisolasi, terpapar penuh oleh Samudera Hindia, dan kondisi habitat umumnya yang dicirikan oleh
arus deras dan upwelling dingin. Pantai timur Bali, yang terdiri dari Selat Lombok
membentuk zona utama ketiga. Seperti Nusa Penida yang mengalami arus kuat berkala dan upwelling dingin. Beberapa
spesies “khas” yang juga khas Nusa Penida, contohnya butana ekor kuning
Prionurus chrysurus dan Mola mola- Ocean Sunish
Mola mola. Secret Bay di Gilimanuk membentuk zona utama
keempat. Walaupun luasnya sangat kecil sekitar 5,5 km
2
, teluk ini memiliki keunikan tinggi dalam hal habitat laut dan komunitas ikan yang didukungnya. Teluk ini dibatasi
oleh mangrove dan memiliki sejumlah petak terumbu karang dengan pertumbuhan karang hidup yang baik dan juga
habitat dasar berlumpur yang luas dan merupakan rumah yang kaya akan spesies ikan-ikan tidak biasa yang tidak
sering terlihat di bagian lain pulau.
Pesisir selatan tidak disurvei dengan memadai untuk menentukan apakah kawasan ini pantas mendapatkan
status kawasan utama yang terpisah. Hanya 2 situs 31-32 yang disurvei. Pengamatan awal ini menandakan adanya
pembenaran untuk memasukkan pesisir selatan ke dalam wilayah fauna yang sama dengan Bali bagian timur.
3.5. BERBAGAI REKOMENDASI UNTUK KONSERVASI
Walaupun Pulau Bali memiliki keragaman ikan karang yang sangat besar dibandingkan luasnya pulau, namunditemukan
banyak indikasi penangkapan berlebihan “ overishing” di
hampir setiap situs. Ikan karang yang bernilai komersial seperti kakap dan kerapu jarang sekali ditemukan di
perairan Bali. Bahkan dalam lebih dari 350 jam penyelaman, tim survei hanya berhasil mencatat sebanyak 3 ekor hiu
hanya terdapat di Gili Selang dan Menjangan, 3 ekor ikan
Tabel 3.10. Perbandingan jumlah spesies pada kawasan geografi utama di wilayah Bali.
Kawasan geografi Jumlah spesies
Spesiessitus
Bali bagian utara 622
214 Nusa Penida
573 161
Bali bagian timur 510
147 Gilimanuk
153 97
Jumlah total 964
kecuali situs pada dasar perairan berlumpur 20-23 di kawasan Lovina.
31 Kajian Cepat Kondisi Kelautan Provinsi Bali 2011
Napoleon Chelinus undulatus; hanya ditemukan di Gili
Selang dan Tulamben, dan 4 ekor ikan sunu kerapu dari marga
Plectropomus. Tidak kalah pentingnya juga yaknin hanya mencatat 5 ekor penyu selama survei berlangsung.
Angka-angka yang sangat minim ini seharusnya menjadi “
peringatan” bagi Pemerintah Bali, mengingat angka seperti ini seharusnya bisa ditemukan dalam satu kali menyelam saja
di terumbu karang yang sehat - bukan dari 33 situs Agar trend
overishing di terumbu karang Bali dapat diatasi, sangat disarankan untuk membentuk jejaring
kawasan konservasi perairan KKP dengan zona “larang ambil” di wilayah Bali yang berisi perwakilan komunitas
fauna di setiap kawasan utama yang telah diuraikan di atas. Keuntungan untuk membentuk kawasan konservasi perairan
yang efektif adalah untuk kelestarian keanekaragaman hayati yang tinggi dan peningkatan nilai ekonominya karena dapat
menarik para penyelam, dan juga dari “efek limpahan benih” yang didokumentasikan dengan baik dan dapat langsung
meningkatkan tangkapan ikan untuk bahan pangan di kawasan yang berdekatan dengan KKP.
Laporan sebelumnya 2008 juga menyarankan beberapa situs yang layak dilindungi di dalam zona larang ambil
di Nusa Penida termasuk Crystal Bay, Toya Pakeh, Batu Abah dan Teluk Batu Abah, berdasarkan komunitas ikan
masing-masing dan habitat terumbu karangnya yang luar biasa. Dengan menggunakan kriteria yang sama, kami juga
merekomendasikan situs-situs berikut agar dipertimbangkan dijadikan zona larang ambil dalam KKP baru, berdasarkan
hasil survei 2011.
Batu Tiga dekat Candi Dasa – Pulau-pulau berbatu ini mendukung komunitas koral yang kaya serta ikan-ikan
yang berasosiasi dengan koral tersebut, namun tidak ada pemangsa besar seperti hiu dan kerapu. Sebanyak 187 spesies
dicatat di Batu Tiga Barat situs 7, jumlah terbanyak ketiga di pesisir timur.
Gili Selang, di daerah timur laut Bali situs 13-14 – kawasan dengan keragaman habitat mikro yang baik dan
kelompok ikan karang yang kaya serta spesies-spesies berdasar lunak yang berasosiasi dengan zona bergelombang.
Di Gili Selang Utara tercatat 197 spesies dan di Gili Selang Selatan 190 spesies, keduanya merupakan jumlah yang
tertinggi di pesisir timur.
Kompleks terumbu karang Taka Pemuteran dan Sumber Kima, barat laut Bali situs 24-25 – Kedua kawasan ini
menunjukkan keragaman habitat mikro yang baik dan mendukung komunitas ikan yang kaya masing-masing
191 dan 171 spesies. Situs di Taka Pemuteran terutama kaya akan karang hidup dan ikan karang yang berasosiasi
dengannya. Kedua kompleks terumbu karang ini memiliki potensi terbaik sebagai zonasi “larang ambil”, dengan tujuan
memperkaya perikanan di wilayah yang berdekatan dan menyediakan wisata penyelaman berkualitas tinggi.
Secret Bay, Gilimanuk situs 29-30 – Sistem laguna yang hampir tertutup di Secret Bay sangat unik dan mendukung
keberadaan sejumlah besar ikan yang jarang ditemui atau tidak ada di bagian lain pulau. Diperlukan survei lanjutan
untuk membuat daftar ikan Secret Bay secara lebih lengkap. Teluk juga menyediakan campuran habitat dasar lumpur
terbuka yang baik, terumbu karang tepi di sepanjang garis pantai, dan petak terumbu karang di tengah laguna.
Begitu juga dengan pantai mangrove dan beberapa pulau- pulau yang dikelilingi mangrove. Direkomendasikan
untuk membuat perlindungan konservasi khusus untuk kawasan yang unik ini, termasuk perlindungan pada habitat
mangrove yang berdekatan.
Ucapan Terima Kasih
Penulis berterima kasih kepada yang terhormat bapak Gubernur Bali I Made Mangku Pastika serta
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali yang telah mengundang kami untuk melakukan survey
keanekaragaman hayati laut yang membawa penemuan ini, dan Program USAID-CTSP yang telah mendanai
survei. Kami berterima kasih kepada program kelautan Conservation International Indonesia yang telah
mengorganisir survei, khususnya rekan kami Ketut Sarjana Putra, Made Jaya Ratha, dan Muhammad Erdi
Lazuardi, dan kami juga berterima kasih kepada Putu Icha Mustika dan Made Jaya Ratha untuk kerja kerasnya
dalam menyiapkan laporan ini RAP. Selanjutnya kami berterima kasih kepada Wolcott Henry dan he Clark and
Edith Munson Foundation dan Keluarga Trust Paine atas dukungan kerja taksonomi penulis pertama. Akhirnya,
kami berterima kasih kepada Michael Cortenbach Bali Diving Academy dan Adam Malec dari Scubadamarine atas
dukungan penyelaman yang sangat baik untuk untuk survei kami.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, G.R. 1997. Marine ishes of south-east Asia. Western
Australian Museum: Perth, 292 pp.
Allen, G.R. 2008. Conservation hotspots of biodiversity
and endemism for Indo-Paciic coral reef ishes. Aquatic
Conservation: Marine and Freshwater Ecosystems 18: 541-556.
Allen, G.R. and Adrim, M. 2003. Coral reef ishes of Indonesia.
Zoological Studies 421: 1-72.
Allen, G.R. and Erdmann, M.V. 2012. Reef Fishes of the East
Indies. Volumes I-III. Tropical Reef Research: Perth, Australia, 1292 pp.
Allen, G., Steene, R., Humann, P., and Deloach, N. 2007. Reef Fish Identiication: Tropical Paciic. New World
Publications: Jacksonville, USA, 457 pp. Allen, G.R. and Werner, T.B. 2002. Coral reef ish
assessment in the ‘coral triangle’ of southeastern Asia. Environmental Biology of Fishes 65: 209-214.
Gill, A.T., Allen, G.R., and Erdmann, M.V. 2012. Two new dottyback species of the genus
Pseudochromis from southern Indonesia Teleosti: Pseudochromidae.
Zootaxa 3161: 53-60.