93 Kajian Cepat Kondisi Kelautan Provinsi Bali 2011
Tabel 5.3. Ringkasan statistik untuk berbagai variabel lingkungan, Bali termasuk Nusa Penida, Oktober 2008 dan April-Mei 2011.
Variabel lingkungan Rata-rata
s.d. Kisaran
Sedang Modus
Pertumbuhan terumbu karang
peringkat 1-4 2,8 1,1
1-4 3
4 Sudut kemiringan
derajat 16 15
2-90 10
5 Paparan
peringkat 1 - 4 2,4 0,7
1-4 2
2 Kejernihan
Perairan jarak pandang dalam m
15 8 3-30
16 20
Substrat keras 76 25
0-100 85
90 Pasir
14 18 0-95
5 5
Suhu perairan C
28,6 1,2
23-30 29
29
Gambar 5.5. Rata-rata tutupan + s.e. bentos sesil di Bali, April-Mei 2011 dan Nusa Penida Oktober 2008. HC – Karang batu; RDC – Karang yang baru mati; ADC – Semua tegakan karang mati; RBL – Puing-puing karang; SC – Karang lunak; MA – Makro-Alga; TA – Alga turf; CA – Alga Coralline.
labil di lereng bagian atas seringkali berpindah karena gerakan gelombang dan arus yang kuat dan menyebabkan
kerusakan karang yang berlanjut di kawasan ini.
5.3.2 Tutupan karang dan bentos sesil lainnya
Tingkat tutupan karang keras hidup berkisar antara sedang hingga tinggi contoh Foto 5.1-5.3, dengan rata-rata
28 Gambar 5.5. dan mulai dari 1–70 dengan situs yang memiliki tutupan karang hidup yang tinggi tersebar
luas Lampiran II. Tutupan tertinggi 60 atau lebih banyak terdapat di stasiun-stasiun yang dangkal kedalaman
10m, khususnya di stasiun 1.2, 3.1, 7.2 dan 17.2 di Nusa Penida, serta stasiun 15.2, 26.2 dan 30.2 di Bali. Tutupan
tegakan monospeciic besar mendominasi banyak stasiun,
menunjukkan pentingnya reproduksi aseksual dengan cara fragmentasi untuk menjaga tingginya tutupan di tingkat
lokal. Pada tempat lain, kehadiran karang massif dengan ukuran besar dan utuh, dengan sedikit atau tidak ada tanda
parut ditemukan secara konsisten dengan dampak yang relatif kecil dari berbagai gangguan jangka panjang selama
beberapa dekade terakhir.
Secara keseluruhan, puing-puing dan karang mati menyumbang sekitar 10 tutupan yang sebagian besar
berupa puing 8. Situs dengan tutupan puing yang tinggi 20 atau lebih adalah stasiun 7.1, 13.2, 14.1 dan
15.2 di Nusa Penida, serta stasiun 7.1, 8.1, 9.1, 9.2, 11.1, 11.2, 15.1 dan 16.1 di Bali. Stasiun dengan tegakan karang
mati yang relatif tinggi 20 atau lebih hanya di stasiun 7.1, 9.1 dan 9.2 di Bali. Kebanyakan kematian karang
disebabkan pemangsaan oleh bintang laut
crown-of-thorns danatau siput
Drupella, penyakit serta pertumbuhan alga akibat eutroikasi lokal. Penyakit karang dengan tingkat
yang rendah seperti penyakit ‘White-band’ juga diamati
terutama menyerang spesies tabular Acropora. Namun
demikian, hanya sebagian kecil tutupan karang mati baru 1 dan gangguan kecil terus berlangsung hingga kini.
Rasio tutupan karang batu yang hidup : mati secara umum dinilai sangat positif 7 : 1. Kondisi ini menunjukkan sistem
terumbu karang dalam kondisi yang sedang sampai bagus dalam hal tutupan karang. Rasio tutupan karang batu hidup
terhadap karang mati dan puing juga positif, sekitar 5 : 2, ini konsisten dengan terumbu karang yang setidaknya
mendukung sekitar 40 tutupan karang batu hidup selama periode gangguan rendah.
Dijumpai tutupan karang lunak dengan tingkat sedang rata-rata 10 hingga tinggi di beberapa petak khususnya
pada hamparan puing karang. Situs dengan tutupan karang
94 Program Kajian Cepat
Foto 5.5. Euphyllia spec. nov., ditemukan oleh M. Erdmann, pantai timur Bali. Detail polip dari dekat.
Foto 5.6. Isopora sp. tengah yang belum diidentifikasi bersebelahan dengan Isopora palifera atas dan kanan, stasiun N9.2 Nusa Penida.
Foto 5.1. Tutupan luas karang pembangun terumbu di stasiun N1.2 Nusa Penida didominasi oleh Acropora spp.
Foto 5.2. Tutupan luas karang pembangun terumbu di stasiun B30.2 Bali, didominasi oleh Porites nigrescens dan Seriatopora spp.
Foto 5.3. Tutupan luas karang pembangun terumbu di stasiun N4.2 Nusa Penida, didominasi oleh Acropora spp. dan Porites spp.
Foto 5.4. Tutupan petak karang lunak yang luas yang didominasi Sarcophyton spp. di stasiun N16.2 Nusa Penida.