KAWASAN TELUK GILIMANUK bali mrap bahasa indonesia updated

18 Program Kajian Cepat • Berdasarkan komponen biota laut serta kondisi isik- oseanograi skala besar yang dimilikinya, Bali dapat dibagi menjadi 4 zona atau kawasan utama yaitu Nusa Penida, pesisir Timur atau Selat Lombok, pesisir Utara, dan Secret Bay Gilimanuk. • Walaupun Pulau Bali memiliki keragaman ikan karang yang sangat besar dibandingkan luasnya pulau, namunditemukan banyak indikasi penangkapan berlebihan “ overishing” di hampir setiap situs. Ikan karang yang bernilai komersial seperti kakap dan kerapu jarang sekali ditemukan di perairan Bali. Bahkan dalam lebih dari 350 jam penyelaman, tim survei hanya berhasil mencatat sebanyak 3 ekor hiu hanya terdapat di Gili Selang dan Menjangan, 3 ekor ikan Napoleon Chelinus undulatus; hanya ditemukan di Gili Selang dan Tulamben, dan 4 ekor ikan sunu kerapu dari marga Plectropomus. Tidak kalah pentingnya juga yakni hanya 5 ekor penyu yang dijumpai selama survei berlangsung. • Berdasarkan keragaman ikan dan kondisi habitat yang prima, terdapat beberapa daerah yang paling berpotensi sebagai kawasan konservasi yaitu Batu Tiga, Gili Selang, Sumber Kima, dan Secret Bay Gilimanuk, selain kawasan konservasi yang sudah ada di Bali Barat, Tulamben dan Nusa Penida.

3.1. PENDAHULUAN

Kepulauan Indonesia merupakan wilayah yang memiliki keragaman spesies ikan karang terkaya di dunia Allen, 2008. Kajian komperhensif terhadap ikan karang di Indonesia dilakukan oleh Allen dan Adrim 2003 telah mencakup 2.057 spesies yang diidentiikasi. Berdasarkan hasil pengamatan terakhir Allen, data yang tak dipublikasi jumlah ini bertambah hingga 2.250 spesies. Meskipun informasi dari hasil penelitian tentang ikan karang di perairan Indonesia semakin bertambah, hasil dokumentasi oleh masyarakat lokal secara akurat tetap diperlukan. Hal ini terutama terkait dengan keperluan konservasi. Dokumentasi mengenai ikan karang berdasarkan hasil kajian singkat di perairan pesisir pulau Bali Marine Rapid Assessment Program MRAP oleh Conservation International sepanjang April-Mei 2011 akan dipaparkan lebih lanjut dalam Bab ini. Meskipun lebih difokuskan pada hasil survei tahun 2011, dalam laporan ini juga disampaikan ringkasan dari hasil surveiMRAP Nusa Penida yang telah dilaksanakan pada tahun 2008 dengan beberapa catatan tambahan yang dijumpai dalam pengamatan beberapa bulan setelah survey berakhir. Pada prinsipnya tujuan survei ini adalah untuk melakukan inventarisasi keragaman spesies ikan karang di Bali. Ikan yang dimaksud ini adalah ikan yang hidup pada atau dekat terumbu karang hingga mencapai kedalaman sekitar 70 m. Oleh karenanya, pengamatan ini tidak termasuk ikan yang terdapat di air payau, laut dalam, maupun spesies pelagis seperti ikan terbang, tuna, dan spesies ikan berparuh billish. Hasil survei ini semoga dapat bermanfaat untuk mengetahui kondisi ikan karang di Bali dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia maupun di lokasi lainnya di kawasan Indo-Pasiik. Namun demikian, daftar ikan karang yang diamati selama survey ini bukanlah daftar yang benar-benar lengkap karena pengamatan dilakukan dalam waktu yang terbatas dan sifat samar dari sebagian spesies ikan karang yang berukuran kecil.

3.2. METODE

Survei ini dilakukan oleh G. Allen dan M.Erdmann dengan penyelaman scuba selama kurang lebih 80 jam hingga kedalaman 70 m. Daftar ikan di perairan pulau Bali dikumpulkan dari 29 lokasi Lampiran Tabel 3.1 antara 29 April hingga 11 Mei 2011. Metode dasar penelitian terdiri dari pengamatan bawah laut yang dilakukan pada satu kali penyelaman terkadang dua kali penyelaman pada setiap situs dengan rata-rata durasi sekali penyelaman selama 80 menit. Spesies yang ditemui dicatat dengan pensil pada kertas tahan air. Teknik penyelaman yang dilakukan adalah menyelam turun hingga kedalaman 30-70 m, kemudian perlahan naik ke perairan dangkal. Sebagian besar waktu penyelaman dihabiskan di zona kedalaman 2-15 m, di mana dapat ditemui jumlah spesies yang paling banyak. Setiap penyelaman juga dicatat tipe utama dasar laut dan kondisi habitat di sekitarnya. Foto Ikan di bawah air diambil selama penyelaman scuba menggunakan kamera Nikon Digital SLR dengan lensa 105 mm dengan rumah aluminium. Sekitar 200 spesies ikan telah diambil gambarnya. Survei visual serta koleksi terhadap spesies ikan dilakukan dengan menggunakan minyak cengkeh, rotenone, dan tombak. Kedua bahan kimia tersebut digunakan dalam jumlah kecil. Ikan betutu yang sulit terdeteksi dan spesies lainnya yang bersembunyi disasar dengan menyemprotkan sedikit campuran minyak cengkeh dan alkohol ke goa-goa dan celah-celah karang batuan. Rotenone banyak digunakan di goa-goa atau di bawah tonjolan, atau pada beberapa kasus di sepanjang tepi bawah lereng di celah antara koral dan pasirpuing.

3.3. HASIL SURVEI

Terdapat 805 spesies ikan karang dikumpulkan pada survei ini Lampiran 3.1. Jika digabungkan dengan hasil suvei di Nusa Penida tahun 2008 dan catatan sebelumnya dari penulis maka tidak kurang dari 977 spesies ikan karang yang berasal dari 320 marga dan 88 famili dapat dijumpai di wilayah perairan Bali. Allen 1997, Kuiter dan Tonozuka 19 Kajian Cepat Kondisi Kelautan Provinsi Bali 2011 2001, dan Allen dkk. 2007 membuat uraian untuk sebagian besar spesies ini. Sebagai tambahan, penjelasan menyeluruh mengenai seluruh spesies ikan ini bisa didapat dalam buku “Reef Fishes of the East Indies” yang terbit pada pertengahan 2012 Allen and Erdmann, 2012.

3.3.1 Analisis data

Jumlah spesies yang ditemukan pada setiap situs bisa dilihat pada Tabel 3.1. Jumlah spesies yang dijumpai pad masing- masing situs berkisar antara 42 hingga 248 spesies, dengan rata-rata 153 spesies per situs. Daerah berbatu dan terumbu karang sejauh ini diamati sebagai habitat yang kaya akan keanekaragaman hayati ikan. Situs terbaik untuk ikan umumnya memiliki substrat yang merupakan campuran dari karang scleractinia, karang lunak, dan bebatuan dengan alga, sea whip, gorgonia, serta sponges. Arus yang kuat juga merupakan faktor yang berkontribusi terhadap tingginya keragaman spesies ikan, terutama spesies pemakan zooplankton yang terbawa arus. Sementara kawasan yang didominasi oleh substrat pasir, endapan lumpur, atau puing hanya memiliki sedikit ikan.

3.3.2 Indeks Keragaman Ikan Karang Coral Fish Diversity Index

= CFDI Menanggapi perlunya metode yang sesuai untuk mengkaji dan membandingkan keragaman ikan karang pada berbagai kawasan di wilayah Indo-Pasiik, penulis pertama lihat Allen dan Werner, 2002 menciptakan sistem peringkat berdasarkan keberadaan jumlah spesies yang tergolong dalam 6 famili: Chaetodontidae, Pomacanthidae, Pomacentridae, Labridae, Scaridae, dan Acanthuridae. Famili-famili tersebut adalah indikator yang baik untuk seluruh keragaman ikan dengan alasan-alasan berikut: • Terdokumentasi dengan baik secara taksonomi • Memiliki spesies ikan diurnal yang mencolok dan relatif mudah dikenali di bawah air • Termasuk dalam spesies ikan karang “inti”. Biasanya mencapai lebih dari 50 dari jumlah ikan-ikan yang dapat diamati • Kecuali Pomacanthidae, famili-famili di atas termasuk dalam 10 kelompok ikan karang terbanyak yang mendiami lokasi tertentu di wilayah Indo-Pasiik Barat. • Labridae dan Pomacentridae merupakan famili yang memiliki spesies yang cukup banyak dengan habitat yang luas, bahkan termasuk kawasan yang tidak kaya akan terumbu karang. Penilaian dilakukan dengan hanya menghitung jumlah spesies yang dijumpai dari masing-masing famili tersebut di atas. Metode ini dapat dipakai pada beberapa tingkatan: • Situs-situs penyelaman tunggal • Pada lokasi yang relatif terbatas misalnya Bali • Negara, kelompok kepulauan besar, atau wilayah yang luas contoh Indonesia Nilai CFDI dapat digunakan untuk memperkiraan jumlah ikan karang di suatu lokasi secara akurat dengan menggunakan rumus regresi. Rumus ini didapatkan dari hasil analisis terhadap 35 lokasi di Indo-Pasiik yang memiliki daftar spesies ikan karang yang komprehensif dan bisa diandalkan. Pertama-tama data dibagi menjadi 2 kelompok yakni: spesies ikan yang umumnya ditemukan pada daerah yang relatif terbatas terumbu karang dan perairan sekitarnya dengan luas kurang dari 2.000 km 2 dan spesies dengan daerah yang lebih luas terumbu karang dan perairan sekitarnya dengan luas lebih dari 2.000 km 2 . Analisis regresi yang sederhana mengungkapkan perbedaan yang cukup signiikan P = 0,0001 di antara kedua kelompok. Oleh karena itu, data dipisahkan dan dilanjutkan dengan analisis tambahan. Program Macintosh Statview digunakan untuk melakukan analisis regresi linier sederhana pada masing-masing rangkaian data untuk memperkirakan rumus prediktor, dan menggunakan CFDI sebagai variabel prediktor x untuk memperkirakan variabel bebas y atau jumlah total ikan terumbu karang. Hasilnya adalah: 1 jumlah fauna dari kawasan dengan luas lebih dari 2.000 km 2 Tabel 3.1. Jumlah spesies yang diamati pada masing-masing situs catatan: ikan-ikan tidak disurvei pada situs 6, 8 dan 27. Situs Spesies Situs Spesies Situs Spesies 1 96 13 197 23 56 2 162 14 190 24 191 3 157 15 217 25 171 4 91 16 220 26 248 5 131 17 230 28 212 7 187 18 246 29 109 9 115 19 189 30 85 10 183 20 99 31 113 11 143 21 114 32 139 12 117 22 42 Tabel 3.2. Situs dengan tingkat keragaman spesies ikan karang yang tinggi yang diamati selama survei 2011 di Bali. No. situs Lokasi Total spesies ikan 26 Anchor Wreck, Menjangan 248 18 Batu Kelit, Tulamben 246 17 Kepa, Amed 230 16 Jemeluk, Amed 220 15 Bunutan, Amed 217 28 Pos 2, Menjangan 212