IV-52
Tabel IV.44. Perbandingan Kinerja dengan Renstra Subbidang Jalan dan Jembatan
Capaian terhadap perencanaan nasional RPJMN untuk subbidang jalan dan jembatan sama dengan capaian kinerja terhadap Renstra Kementerian PUPR yang telah diuraikan di atas.
Tabel IV.45. Perbandingan Kinerja dengan RPJMN Subbidang Jalan dan Jembatan
4.2.3 Subbidang Cipta Karya
Analisis perbandingan kinerja dengan tahun lalu tidak dapat dilakukan karena sasaran strategis beserta indikatornya dan sasaran program beserta indikatornya berbeda menyesuaikan dengan
target di dalam Renstra Kementerian PUPR 2015-2019. Adapun capaian tahun lalu dijadikan baseline untuk pengukuran di tahun 2015, antara lain: 1 peningkatan cakupan pelayanan akses
air minum dengan baseline 68,11; 2 penurunan luasan permukiman kumuh perkotaan 10; dan 3 peningkatan cakupan pelayanan sanitasi 61,06.
Target yang telah ditetapkan di dalam Renstra Kementerian PUPR 2015-2019 untuk subbidang cipta karya sama dengan target RPJMN yaitu 100-0-100 yang meliputi 100 cakupan pelayanan
akses air minum, 0 permukiman kumuh perkotaan, dan 100 cakupan pelayanan akses sanitasi. Target tahun 2015 ini tidak tercapai karena untuk subbidang cipta karya terdapat peran APBD
dan sektor swasta di dalamnya, yang mana tidak dapat dipenuhi dengan APBN. Capaian terhadap perencanaan jangka menengah Renstra maupun RPJMN di tahun 2019 telah
mencapai 70,31 untuk cakupan pelayanan akses air minum, 90,82 untuk permukiman kumuh perkotaan, dan 63 untuk cakupan pelayanan akses sanitasi. Jika dibandingkan dengan target
2015 sebagaimana terdapat dalam Renstra, pencapaian cakupan pelayanan akses sanitasi tahun 2015 masih menyisakan selisih terhadap target sebesar 1. Besaran selisih ini merupakan
kontribusi dari APBD, pihak swasta, dan masyarakat, yang belum dapat diukur.
Meningkatnya Dukungan Konektivitas Bagi Penguatan Daya Saing
Waktu tempuh pada koridor utama
jam100 km
2.7 2.7
tercapai 2.2
81,48 Meningkatnya Kemantapan Jalan
Nasional
Tingkat kemantapan jalan nasional
86 89
tercapai 98
90,82 CAPAIAN
2015 KINERJA 2015
Target 2019 Capaian Terhadap
Perencanan Jangka Menengah 2019
Sasaran Strategis Outcome
satuan Target
2015
Meningkatnya Dukungan Konektivitas Bagi Penguatan Daya Saing
Waktu tempuh pada koridor utama
m 2,20
2,7 81,48
Meningkatnya Kemantapan Jalan Nasional
Tingkat kemantapan jalan nasional
km 98,00
89 90,82
CAPAIAN 2015 Capaian RPJMN
2019 Target
RPJMN 2019
Sasaran Strategis Outcome
satuan
IV-53
Tabel IV.46. Perbandingan Kinerja dengan Renstra Subbidang Cipta Karya
Keterangan: baseline permukiman layak huni tidak kumuh tahun 2014 adalah 90.
Capaian terhadap perencanaan nasional RPJMN untuk subbidang cipta karya sama dengan capaian kinerja terhadap Renstra Kementerian PUPR yang telah diuraikan di atas.
Tabel IV.47. Perbandingan Kinerja dengan RPJMN Subbidang Cipta Karya
Keterangan: baseline permukiman layak huni tidak kumuh tahun 2014 adalah 90.
4.2.4 Subbidang Perumahan
Analisis perbandingan kinerja dengan tahun lalu tidak dapat dilakukan karena sasaran strategis beserta indikatornya dan sasaran program beserta indikatornya berbeda menyesuaikan dengan
target di dalam Renstra Kementerian PUPR 2015-2019. Adapun capaian tahun lalu dijadikan baseline untuk pengukuran di tahun 2015, antara lain: 1 terbangunnya rumah susun sewa di
tahun 2014 sebanyak 408 Twin Block; 2 terbangunnya rumah khusus di tahun 2014 sebanyak 1.931 unit; dan 3 bantuan stimulan pembangunan rumah swadaya pembangunan baru dan
peningkatan kualitas di tahun 2014 sebanyak 153.622 unit.
Terdapat dua target outcome yang tidak tercapai jika dibandingkan dengan target Renstra tahun 2015 yaitu pembangunan rumah susun dan rumah khusus dikarenakan permasalahan
ketidaksiapan lahan. Meskipun demikian, capaian terhadap perencanaan jangka menengah Renstra dan RPJMN tahun 2019 masih sangat rendah yaitu di bawah 20. Target rumah khusus
bahkan baru mencapai 1,91 atau 10.497 unit dibandingkan dengan target yang harus dipenuhi di tahun 2019 yaitu 550.000 unit. Target fasilitasi bantuan stimulan peningkatan kualitas rumah
swadaya yang tercapai tahun ini juga masih jauh dari target yang harus dipenuhi di tahun 2019 yaitu 1.500.000 unit.
Persentase peningkatan cakupan pelayanan akses air minum
100 70,31
70,31 Persentase penurunan luasan permukiman
kumuh perkotaan 0,82
90,82 Persentase peningkatan cakupan pelayanan
akses sanitasi 100
63 63
Capaian RPJMN 2019
Meningkatnya Kualitas dan Cakupan Pelayanan
Infrastruktur Permukiman
Sasaran Strategis Indikator Kinerja
satuan Target
RPJMN 2019 CAPAIAN 2015
Persentase peningkatan cakupan pelayanan akses air minum unit
76 70,31
tidak tercapai 100
70,31 Persentase penurunan luasan permukiman kumuh perkotaan
unit 2
0,82 tidak tercapai
90,82 Persentase peningkatan cakupan pelayanan akses sanitasi
unit 64
63,00 tidak tercapai
100 63,00
Kinerja 2015 Target
2019 Capaian Terhadap
Perencanan Jangka Menengah 2019
Meningkatnya Kualitas dan Cakupan Pelayanan
Infrastruktur Permukiman
Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Satuan Target 2015 CAPAIAN 2015
IV-54
Tabel IV.48. Perbandingan Kinerja dengan Renstra Subbidang Perumahan
Capaian terhadap perencanaan nasional RPJMN untuk subbidang perumahan sama dengan capaian kinerja terhadap Renstra Kementerian PUPR yang telah diuraikan di atas.
Tabel IV.49. Perbandingan Kinerja dengan RPJMN Subbidang Perumahan
4.3 Analisis Kinerja Organisasi
Peran infrastruktur sangat penting dalam mewujudkan pemenuhan hak dasar rakyat seperti pangan, sandang, papan, rasa aman, pendidikan, dan kesehatan. Selain itu infrastruktur juga
memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan daya saing global.
Kementerian PUPR yang menangani infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat, sebagai bagian dari bidang infrastruktur, berkewajiban untuk mendukung hal tersebut melalui
pelaksanaan pembangunan yang terpadu, efektif dan efisien dengan memperhatikan pengarusutamaan pembangunan yang berkelanjutan, gender serta berlandaskan tata kelola
pemerintahan yang baik dalam proses pencapaian tujuan pembangunan nasional.
Kementerian PUPR menjalankan tugas dan fungsinya untuk mensukseskan Program Nawacita Presiden RI melalui upaya dukungan dalam mewujudkan ketahanan air, kedaulatan pangan,
kedaulatan energi, penguatan konektivitas nasional, perwujudan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, pengusahaan penyediaan perumahan dan pembiayaan perumahan,
pengembangan wilayah, industri konstruksi yang kompetitif, sinergi pusat dan daerah, serta pengelolaan sumber daya yang efektif, efisien, dan akuntabel.
Pembangunan Rumah Susun untuk MBR yang dilengkapi dengan PSU pendukungnya
unit 550.000
10.497 1,91
Pembangunan Rumah Khusus di daerah pasca bencanakomflik, maritimnelayan dan perbatasan
negara yang dilengkapi PSU pendukung unit
50.000 6.713
13,43 Fasilitasi bantuan stimulan pembangunan baru rumah
swadaya unit
250.000 20.756
8,30 Fasilitasi bantuan stimulan peningkatan kualitas rumah swa unit
1.500.000 61.489
4,10 CAPAIAN 2015
Capaian RPJMN 2019
Meningkatnya penyediaan dan pembiayaan perumahan
Sasaran Strategis Outcome
satuan Target RPJMN
2019
Pembangunan Rumah Susun untuk MBR yang dilengkapi dengan PSU pendukungnya
unit 20.500
10.497 tidak tercapai
550.000 1,91
Pembangunan Rumah Khusus di daerah pasca bencanakomflik, maritimnelayan dan perbatasan negara yang dilengkapi PSU
pendukung unit
7.320 6.713
tidak tercapai 50.000
13,43 Fasilitasi bantuan stimulan pembangunan baru rumah swadaya
unit 20.000
20.756 tercapai
250.000 8,30
Fasilitasi bantuan stimulan peningkatan kualitas rumah swadaya unit
50.000 61.489
tercapai 1.500.000
4,10
Target 2019 Capaian Terhadap
Perencanan Jangka Menengah 2019
Kinerja 2015
Meningkatnya penyediaan dan pembiayaan perumahan
Sasaran Strategis Outcome
satuan Target 2015 CAPAIAN 2015
IV-55
Berdasarkan World Development Indicators yang diterbitkan oleh World Bank tahun 2015, kualitas infrastruktur di Indonesia memiliki nilai yang semakin meningkat yaitu dari nilai 2,54
pada tahun 2010 dan tahun 2012, kemudian meningkat menjadi 2,92 pada tahun 2014. Kualitas infrastruktur dinilai berdasarkan aspek transportasi darat, laut, dan udara, air baku, air minum,
telekomunikasi, dan energi listrik. Dalam hal ini, Kementerian PUPR memberikan dukungan terhadap pembangunan transportasi khususnya jalan dan jembatan, penyediaan air baku, serta
penyediaan air minum.
Dukungan kinerja
Kementerian PUPR dalam hal pembangunan
infrastruktur khususnya sub bidang jalan salah satunya dapat dilihat
dari semakin meningkatnya Logistic Performance Index, yaitu peringkat
ke-75 dengan nilai 2,76 pada tahun 2010, peringkat ke-59 dengan nilai
2,94 pada tahun 2012, dan menjadi peringkat ke-53 dengan nilai 3,08
pada tahun 2014. Indeks tersebut diukur oleh World Bank setiap dua
tahun sekali dengan melibatkan 160 negara sebagai objek survei. Indeks tersebut diukur menggunakan 6 enam indikator yaitu: 1 Efisiensi proses bea cukai; 2 Kualitas infrastruktur
jalan; 3 Kemudahan bongkar muat; 4 Kualitas pelayanan logistik; 5 Kemampuan melacak dan mengetahui status pengiriman barang; dan 6 Ketepatan waktu pengiriman.
Selain itu, berdasarkan data Global Competitiveness Index, kualitas jalan di Indonesia memiliki tren yang positif yaitu meningkat menjadi 3,9 sebelumnya 3,7 dengan rangking menjadi 72
sebelumnya peringkat ke-78
Dari hasil World Development Indicators, tahun 2013 penggunaan air baku per tahun untuk kebutuhan pertanian adalah sebesar 82, untuk rumah tangga sebesar 12, dan industri 7.
Tingginya penggunaan air baku tersebut menjadi tuntutan bagi Kementerian PUPR untuk semakin meningkatnya supply air baku, salah satunya melalui pembangunan 65 waduk selama
kurun waktu 2015-2019.
Selain itu, cakupan pelayanan akses air minum berdasarkan World Development Indicators juga semakin meningkat, yaitu dari 77 pada tahun 2011 menjadi 80 di tahun 2015 untuk
masyarakat perdesaan. Sementara untuk masyarakat perkotaan akses air minum sebesar 93 pada tahun 2011 menjadi 94 pada tahun 2015. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pembangunan infrastruktur sub bidang cipta karya air minum terus mengalami peningkatan dan ditargetkan pada tahun 2019 seluruh masyarakat mendapatkan akses air minum 100.
2,6 2,7
2,8 2,9
3 3,1
Tahun 2010
Tahun 2012
Tahun 2014
LPI score 2,76
2,94 3,08
S co
re
Gambar 4.3. Logistics Performance Index
Sumber: World Bank, 2015
IV-56
Sumber: World Bank, 2015
Gambar 4.4. Cakupan Pelayanan Akses Air Minum Tahun 2011-2015
Cakupan pelayanan akses sanitasi juga mengalami peningkatan yang cukup baik, yaitu secara keseluruhan meningkat dari 58 pada tahun 2011 menjadi 61 pada tahun 2015. Khusus untuk
masyarakat perkotaan, akses sanitasi sudah cukup baik yaitu 71 pada tahun 2011 dan hanya sedikit meningkat menjadi 72 pada tahun 2015. Hal tersebut menunjukkan bahwa tugas
Kementerian PUPR untuk mencapai target akses sanitasi 100 pada tahun 2019 masih membutuhkan upaya yang serius.
Capaian detail per subbidang sumber daya air, subbidang jalan dan jembatan, sub bidang cipta karya, serta subbidang perumahan adalah sebagai berikut.
4.3.1 Subbidang Sumber Daya Air
Pembangunan output-output utama yang mendukung capaian sasaran strategis tercapai seluruhnya dibandingkan target yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja ataupun target
Renstra Kementerian PUPR tahun 2015-2019. Output-output utama tersebut meliputi pembangunan daerah irigasi, revitalisasi daerah irigasi, dan pembangunan bendungan. Berikut
adalah rincian pembangunan output-output utama tersebut: 1 Revitalisasi Daerah Irigasi Sei Ular
Daerah Irigasi Sei Ular berlokasi di Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Begadai, Sumatera Utara dengan luas 18.500 Ha dan mempunyai 8 buah Free Intake. Pada awal pembangunannya seluruh
Free Intake dan jaringan irigasi telah berfungsi dengan baik, namun akibat penurunan dasar sungai degradasi menyebabkan air tidak dapat masuk saluran secara optimal sehingga
diperlukan revitalisasi. Revitalisasi Daerah Irigasi Sei Ular bertujuan untuk menjamin ketersediaan air dan tata irigasi bagi
lahan pertanian dengan cara mengembalikan fungsi jaringan irigasi secara optimal dengan membangun sebuah bendung permanen dan saluran-saluran penghubung untuk menggantikan
fungsi dari delapan Free Intake tersebut.
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
Perdesaan 77
77 78
79 80
Perkotaan 93
94 94
94 94
20 40
60 80
100 P
e rs
e n
Cakupan Pelayanan Akses Air Minum
IV-57
Dengan dilaksanakannya revitalisasi ini diharapkan dapat mengembalikan fungsi jaringan irigasi, mengoptimalkan
hasil panen padi dengan cara peningkatan intensitas tanam, menghindari terjadinya alih fungsi lahan, dan mebuka
lapangan kerja serta mencegah urbanisasi. Di samping itu, kegiatan revitalisasi ini dapat menciptakan peluang
ekstensifikasi bagi lahan seluas 6.780 Ha di Kabupaten Deli Serdang.
2 Pembangunan Daerah Irigasi Anai Tahap II Pembangunan Irigasi Anai terletak di Kabupaten Padang
Pariaman-Kota Pariaman, Provinsi Sumatera Barat dan memiliki total luas areal layanan 6.840 Ha. Sumber air Irigasi Anai berasal
dari Sungai Batang Anai, melalui Bendung Batang Anai. Pembangunan ini bermanfaat untuk meningkatkan intensitas
tanam 100 – 200 dan menambah produksi padi dari 3 tonHa
hingga 5-6 tonHa. Lingkup pekerjaannya meliputi konstruksi 17.894 meter Saluran Induk, 61.128 meter Saluran Sekunder, 64.460 meter Saluran Pembuang, 52 unit Bangunan Sadap, 84 unit
Bangunan Pelengkap, serta 1.460 Ha Cetak Sawah. 3 Pembangunan dan Rehabilitasi Daerah Irigasi Air Lakitan
Pembangunan Daerah Irigasi DI Air Lakitan berlokasi di Kecamatan Bengkalis Ulu Terawas dan Kecamatan Megang Sakti, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan. Daerah Irigasi Air
Lakitan bersumber dari Sungai Air Lakitan. Pada tahap pembangunan tahun 2010-2012, luas area yang dibangun mencakup 4.924 Ha.
Beberapa pembangunan yang saat ini sedang dilakukan diantaranya pekerjaan Bangunan Utama
yang meliputi pembangunan 2 intake dan 1 settling basin, pekerjaan Jaringan Utama meliputi Saluran
Primer sepanjang 2,6 kilometer, 15 buah struktur dan perlindungan sungai sepanjang 200 meter, serta
pekerjaan Saluran Sekunder sepanjang 18 kilometer dan 62 bangunan.
DI Air Lakitan berguna untuk meningkatkan produksi beras melalui pembangunan sumber daya air, menambah pendapatan penduduk lokal di sekitar lokasi, meningkatkan standar hidup petani,
meningkatkan kesempatan kerja di area DI dan memberikan kontribusi dalam pembangunan sosial ekonomi di pedesaan.