Analisis Kinerja Organisasi AKUNTABILITAS KINERJA

IV-57 Dengan dilaksanakannya revitalisasi ini diharapkan dapat mengembalikan fungsi jaringan irigasi, mengoptimalkan hasil panen padi dengan cara peningkatan intensitas tanam, menghindari terjadinya alih fungsi lahan, dan mebuka lapangan kerja serta mencegah urbanisasi. Di samping itu, kegiatan revitalisasi ini dapat menciptakan peluang ekstensifikasi bagi lahan seluas 6.780 Ha di Kabupaten Deli Serdang. 2 Pembangunan Daerah Irigasi Anai Tahap II Pembangunan Irigasi Anai terletak di Kabupaten Padang Pariaman-Kota Pariaman, Provinsi Sumatera Barat dan memiliki total luas areal layanan 6.840 Ha. Sumber air Irigasi Anai berasal dari Sungai Batang Anai, melalui Bendung Batang Anai. Pembangunan ini bermanfaat untuk meningkatkan intensitas tanam 100 – 200 dan menambah produksi padi dari 3 tonHa hingga 5-6 tonHa. Lingkup pekerjaannya meliputi konstruksi 17.894 meter Saluran Induk, 61.128 meter Saluran Sekunder, 64.460 meter Saluran Pembuang, 52 unit Bangunan Sadap, 84 unit Bangunan Pelengkap, serta 1.460 Ha Cetak Sawah. 3 Pembangunan dan Rehabilitasi Daerah Irigasi Air Lakitan Pembangunan Daerah Irigasi DI Air Lakitan berlokasi di Kecamatan Bengkalis Ulu Terawas dan Kecamatan Megang Sakti, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan. Daerah Irigasi Air Lakitan bersumber dari Sungai Air Lakitan. Pada tahap pembangunan tahun 2010-2012, luas area yang dibangun mencakup 4.924 Ha. Beberapa pembangunan yang saat ini sedang dilakukan diantaranya pekerjaan Bangunan Utama yang meliputi pembangunan 2 intake dan 1 settling basin, pekerjaan Jaringan Utama meliputi Saluran Primer sepanjang 2,6 kilometer, 15 buah struktur dan perlindungan sungai sepanjang 200 meter, serta pekerjaan Saluran Sekunder sepanjang 18 kilometer dan 62 bangunan. DI Air Lakitan berguna untuk meningkatkan produksi beras melalui pembangunan sumber daya air, menambah pendapatan penduduk lokal di sekitar lokasi, meningkatkan standar hidup petani, meningkatkan kesempatan kerja di area DI dan memberikan kontribusi dalam pembangunan sosial ekonomi di pedesaan. IV-58 4 Pembangunan dan Rehabilitasi Daerah Irigasi Ciliman Daerah Irigasi DI Ciliman terdiri dari satu Saluran Induk sepanjang 30.919 kilometer dan tujuh Saluran Sekunder sepanjang 30.367 kilometer serta memiliki daerah pelayanan seluas 5.315 Ha. Rehabilitasi pada daerah irigasi yang terletak di Kabupaten Lebak, Pandeglang, Provinsi Banten ini dilakukan karena hanya mampu mengairi 1.000 Ha. Hal tersebut dikarenakan air irigasi tidak dapat mengalir ke saluran-saluran sekunder. Pekerjaan Rehabilitasi DI Ciliman meliputi rehabilitasi dan peningkatan saluran irigasi dan jalan inspeksi, serta rehabilitasi bangunan-bangunan irigasi. Di samping itu, juga dilakukan Peningkatan Bendung Ciliman yang meliputi penggantian Pintu Pengambilan, pengambilan Pintu Pembilas, pembuatan bangunan Kantong Lumpur dan pembuatan Bangunan Penguras. 5 Pembangunan Jaringan Irigasi Sangkub Pembangunan yang terletak di Kecamatan Sangkub dan Bintauna, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Provinsi Sulawesi Utara ini dilakukan dalam rangka meningkatkan produksi pangan di wilayah tersebut dan diharapkan mampu mengairi sawah seluas 3.601 Ha. Pembangunan Jaringan Irigasi Sangkub Kanan dengan luas ± 1.804 Ha. Jaringan irigasi ini memiliki Saluran Primer, Sekunder, dan Tersier serta Pengendalian Banjir. Pengendalian banjir dimaksudkan untuk melindungi lahan pertanian dari luapan banjir yang selalu terjadi setiap tahunnya. Dengan dibangunnya jaringan irigasi teknis ini diharapkan dapat meningkatkan produksi padi sebesar 6 - 10 tonHa. 6 Pembangunan Daerah Irigasi Anai Pembangunan Daerah Irigasi Anai terletak di Kabupaten Padang Pariaman-Kota Pariaman, Provinsi Sumatera Barat dan memiliki total luas areal layanan 6.840 Ha. Sumber air Irigasi Anai berasal dari Sungai Batang Anai, melalui Bendung Batang Anai. IV-59 Lingkup pekerjaannya meliputi konstruksi 17.894 meter Saluran Induk, 61.128 meter Saluran Sekunder, 64.460 meter Saluran Pembuang, 52 unit Bangunan Sadap, 84 unit Bangunan Pelengkap, serta 1.460 Ha Cetak Sawah. 7 Daerah Irigasi Lhok Guci Pembangunan D.I Lhok Guci terletak di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh dengan luas areal 11.542 Ha, tipe bendung tetap dan mercu bulat, dan konstruksi bendung menggunakan Beton Cyclope K-350. Manfaatnya adalah sebagai Penyediaan prasarana dan sarana irigasi yang memadai dalam rangka meningkatkan intensitas tanam dan membuka lahan baru untuk penambahan areal sebagai pengganti areal yang telah berubah fungsi sehingga dapat mensejahterakan kehidupan petani khususnya dan masyarakat umumnya. 8 Pembangunan Bendung Titab Pembangunan bendung ini terletak di Kabupaten Buleleng Provinsi Bali. Data teknis bendungan adalah sebagai berikut : • Kapasitas Tampung Total : 12,79 x 10 6 m 3 • Luas Genangan : 68,83 Ha • Penyediaan air irigasi : 1.795 Ha • Penyediaan air baku : 0,35 m³det • Listrik : 1,5 MW Selama periode 2 tahun 2011-2012 pekerjaan fisik dari bendungan ini belum dapat dilaksanakan karena permasalahan tanah milik masyarakat. 9 Pembangunan Bendung Bajulmati Bendungan Bajulmati terletak di Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur dengan nilai kontrak sebesar Rp.420.251.124.000, bendungan ini berfungsi untuk penyediaan air irigasi dan air baku. Kapasitas tampung total adalah 10 x 10 6 m 3 dengan luas genangan 4.980,3 Ha. Keterlambatan pembangunan Bendungan Bajulmati selama 2 tahun 2011 – 2013 dikarenakan kondisi tanah pada pondasi tubuh bendungan bersifat porous sehingga perlu penanganan khusus berteknologi tinggi chemical grouting – diafragma wall. IV-60 10 Pembangunan Bendung Rajui Bendungan Rajui terletak di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh. Bendungan ini dibangun dengan nilai kontak Rp. 92.272.000.000,-. Kapasitas tampungan total adalah 2,67 x 10 6 m 3 dengan panjang bendungan 257,45 m. Bendungan ini diperuntukkan untuk penyediaan air bagi irigasi sebesar 1000 Ha dan penyediaan air baku sebesar 0,2 m 3 dt. 11 Pembangunan Bendungan Jatigede Bendungan Jatigede terletak di Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat. Nilai kontrak adalah USD 467.448.027. kapasitas tampung total adalah 979,5 x 10 6 m 3 dengan luas genangan sebesar 4.980,3 Ha. Bendungan ini diperuntukkan untuk penyediaan air irigasi sebesar 90.000 Ha penyediaan air baku sebesar 3,5 m 3 dt serta mengurangi debit banjir sebesar 1.400 m 3 dt. 12 Pembangunan Bendungan Nipah Bendungan Nipah berada di Kabupaten Sampang Madura di Provinsi Jawa Timur. Bendungan ini dibangun dengan kapasitas tampung 6,16 x 10 6 m 3 dan luas genangan sebesar 115 Ha. Bendungan ini diperuntukkan untuk penyediaan air irigasi sebesar 1.150 Ha. 13 Pembangunan Bendung Payaseunara Bendungan Payaseunara terletak di Kota Sabang, Provinsi Aceh dengan nilai kontak sebesar Rp. 37.910.589.000. kapasitas tampungan total adalah 1,09 x 10 6 m 3 dengan luas genangan sebesar 111,14 Ha. Bendungan ini diperuntukkan untuk penyediaan air baku sebesar 125 ltdt. IV-61 14 Pembangunan Bendungan Marangkayu Bendungan Marangkayu terletak di Provinsi Kalimantan Timur. Kapasitas tampung total adalah 12.37 x 10 6 m 3 , luas genangan sebesar 455 Ha. Bendungan ini digunakan untuk penyediaan air irigasi sebesar 4.500 Ha mengurangi debit banjir sebesar 0,73 m 3 dt dan penyediaan air baku sebesar 0,45 m 3 dt. 15 Pembangunan Embung Dompak Pembangunan Embung Dompak yang berlokasi di Kota Tanjung Pinang, Kepulauan Riau membendung Aliran Sungai Sepanjang 1,1 km 2 dengan stuktur tubuh dan dinding berupa kombinasi urugan tanah, beton dan pasangan batu dengan kemiringan 1:1 dan 1:1,5 Spillway. Manfaatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan air Pulau Dompak. 16 Pembangunan Embung Bayur Raya Embung Bayur Raya terletak di Kabupaten Melawai, Provinsi Kalimantan Barat memiliki volume tampung sebesar 115.000 m 3 , Lebar atas 5 m, Lebar bawah 55 m, tinggi tanggul 10 m, panjang 115 m dan konstruksi embung menggunakan urugan tanah dan pasangan bronjong di lapis geomembran dan geotekstil. 17 Pelestarian Sumber Air Wadon Pelestarian Sumber Air Wadon berada di Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur memiliki luas tampungan 2.520 m 2 dengan konstruksi kolam penampung menggunakan pasangan batu kali dan bronjong. Dan volume kapasitas tampung sebesar 4.536 m 3 . Tujuan pelestarian sumber air ini adalah: 1 Konservasi sumber daya air; 2 Pemenuhan Kebutuhan Air Irigasi dan Perikanan di Kab. Kediri; dan 3 Tempat wisata. IV-62 18 Bangunan Penangkap Sumber Air Jambangan Bangunan Penangkap Sumber Air Jambangan terletak di Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur dengan luas daerah genangan 1.174 Ha, kapasitas tampung sebesar 35.220 m 3 dan tipe bendung adalah urugan tanah untuk konstruksi tubuh bendung dan tipe ogee untuk bangunan pelimpah. Tujuan pembangunan bangunan penangkap sumber air yaitu: 1 Konservasi sumber daya air; 2 Pemenuhan kebutuhan air irigasi untuk tanaman padipalawija dan tanaman tebu; dan 3 Tempat wisata. 19 Normalisasi Kali Cisadane, Kali Sabi, dan Kali Cirarab Normalisasi Kali Cisadane, Kali Sabi, dan Kali Cirarab terletak di Provinsi Jawa Barat dan Banten. Luas Daerah Aliran Sungai 1.366 km 2 untuk Kali Cisadane yang berhulu di Gunung Gede, Gunung Pangrango dan Gunung Salak, 161 km 2 untuk DAS Kali Cicarab dan 161 km 2 untuk Kali Sabi. 20 Pembangunan Jaringan Air Baku Kawasan Bregas I Pembangunan Jaringan Air Baku Kawasan Bregas I meliputi Banyumundal, Serang, dan Yamansari dengan jaringan perpipaan transmisi sebesar 19.215,62 m dan kapasitas 250 literdetik. Pembangunan output-output utama sub bidang sumber daya air mengalami keterlambatan pada Triwulan I karena adanya perubahan struktur organisasi yang mengakibatkan terlambatnya pelaksanaan lelang dan penerbitan DIPA. Selain itu juga terdapat permasalahan administratif yaitu belum keluarnya ijin untuk proyek-proyek Multi Years Contract MYC karena adanya kendala dalam pembebasan lahan. Proses pembebasan lahan membutuhkan waktu lama karena proses ijin prinsip penggantian lahan kehutanan cukup pelik. Hal tersebut terjadi karena proses pengukuran dan pembayaran oleh tim BPN setempat membutuhkan waktu lama serta adanya penolakan dari masyarakat atas nilai ganti rugi yang akan diberikan. Untuk itu, guna mencapai target, Kementerian PUPR melakukan upaya percepatan melalui pembentukan Satgas Tanah yang bertujuan untuk membantu pelaksanaan pembebasan lahan di wilayah yang mengalami kendala. IV-63 Selain itu, sesuai dengan Instruksi Menteri Nomor 3 Tahun 2015 tentang upaya percepatan anggaran tahun 2015 dan upaya pelelangan dini, maka Kementerian PUPR melakukan percepatan pembangunan infrastruktur khususnya sub bidang sumber daya air sebagai berikut: 1 Menambah personil di lapangan sesuai kompetensi dan kebutuhan; 2 Memberlakukan waktu kerja 7 tujuh hari seminggu dan dengan 2 dua waktu kerja atau shifting; dan 3 menambah alat sesuai kebutuhan di lapangan.

4.3.2 Subbidang Jalan dan Jembatan

Terdapat 7 tujuh output utama yang mendukung sasaran strategis Meningkatnya Dukungan Konektivitas Bagi Penguatan Daya Saing, yang mana 3 tiga di antaranya telah melampaui target yang ditetapkan. Ketiga output utama tersebut antara lain panjang jembatan yang dibangun, panjang jalan dibangun baru, dan panjang jalan yang dibangundilebarkan di kawasan strategis, perbatasan, wilayah terluar dan terdepan. Keberhasilan output yang terbangun antara lain terkait aspek: 1 Dukungan pembangunan jalan dan jembatan dalam rangka pembangunan kawasan perbatasan di Kalimantan, NTT, dan Papua; 2 Dukungan pembangunan jalan dan jembatan dalam rangka pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional KSPN; 3 Pembangunan jalan dan jembatan yang termasuk dalam proyek strategis nasional; dan 4 Pengusahaan pembangunan jalan tol Gempol-Pandaan, Porong-Gempol, Cikopo-Palimanan. 1 Pembangunan Kawasan Perbatasan di Kalimantan, NTT dan Papua Arahan pembangunan jangka panjang dan jangka menengah nasional yang tertuang dalam RPJPN 2005 – 2025 dan RPJMN 2015 – 2019, diantaranya adalah Pembangunan yang merata dan berkeadilan, salah satunya diwujudkan dengan menjadikan kawasan perbatasan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Dengan dibangunnya jalan baru di daerah perbatasan ini antara lain diharapkan: • Dapat meningkatkan ketahanan dan keamanan pada daerah perbatasan, • Menjadikan kawasan perbatasan sebagai pintu gerbang negara, • Meningkatkan kenyamanan terhadap pengguna jalan, • Perlindungan Sumber Daya Alam seperti hutan tropis dan konservasi, pengembangan kawasan budidaya secara produktif, • Meningkatkan perekonomian dan mobilisasi barang maupun masyarakat di sekitar kawasan perbatasan, • Meningkatkan kerjasama pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budidaya dan keamanan dengan negara tertangga. Fokus pengelolaan kawasan perbatasan meliputi aspek: pertahanan keamanan dan hukum, ekonomi kawasan dan sosial dasar kawasan perbatasan. IV-64 a Kawasan Perbatasan di Kalimantan Ruas-ruas yang termasuk dalam kawasan paralel perbatasan Kalimantan adalah: Kalimantan Barat:  Temajuk – Aruk sepanjang 26,21 Km; Aruk – Bts. Kec. SidingSeluas sepanjang 45,12 Km; Kec. SidingSeluas – Bts. Kec. SekayamEntikong sepanjang 30,88 Km; Bts. Kec. SekayamEntikong – Rasau sepanjang 40,76 Km; Bts. Kab. Kapuas HuluSintang – Lanjak sepanjang 20 Km. Kalimantan Utara:  Malinau – Long Bawan sepanjang 192,6 Km; Long Bawan – Long Midang sepanjang 40 Km; Mensalong – Tau Lumbis sepanjang 147,7 Km. Pulau Terdepan  Lingkar Pulau Sebatik sepanjang 77 Km. Berikut adalah ruas-ruas pada jalan akses menuju perbatasan Kalimantan: Kalimantan Barat :  Batas SerawakAruk – Simpang Tanjung sepanjang 11,10 Km; Batas Serawak – Entikong – Balai Karangan – Kembayan sepanjang 42 Km; Batas Serawak – Nanga Badau sepanjang 3,7 Km. b Kawasan Perbatasan di Nusa Tenggara Timur NTT Provinsi NTT merupakan salah satu provinsi yang berada di wilayah kerja BPJN VIII adalah wilayah Indonesia yang berbatasan dengan Republik Demokrasi Timor Leste RDTL. Pengembangan pada daerah perbatasan merupakan salah satu implementasi dari program Presiden RI periode 2015 – 2019 dalam NAWACITA yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Adapun kegiatan yang berhasil terlaksana pada tahun 2015 adalah sebagai berikut:  Peningkatan Struktur Jalan Motaain-Salore-Haliwen sepanjang 9.7 km;  Peningkatan Struktur Jalan Haliwen-Sadi-Asumanu-Haekesak 01 sepanjang 13,00 km;  Peningkatan Struktur Jalan Haliwen-Sadi-Asumanu-Haekesak 02 sepanjang 8,30 km;  Pembangunan Jalan Motamasin-Laktutus sepanjang 5,10 km;  Pembangunan Kawasan Strategis Jalan Motamasin-Laktutus 2 sepanjang 1,90 km;  Pembangunan Jalan Laktutus - Motomasin 07 sepanjang 9,00 km. IV-65 c Kawasan Perbatasan di Papua Panjang Jalan yang direncanakan pada koridor jalan perbatasan ini adalah sepanjang ± 1.105,08 Km. Adapun beberapa KotaDistrik yang rencana akan dilalui trase jalan dari arah utara adalah: Jayapura – Arso – Waris – Yetti – Ubrub – Oksibil – Iwur – Waropko – Mindiptana – Tanah Merah – Getentiri – Muting – Bupul – Sota – Merauke. Gambaran umum kondisi jalan yang tercapai pada akhir tahun 2015, dapat diuraikan sebagai berikut:  Total Panjang Jalan Ruas Perbatasan ± 1.105,08;  Jalan Beraspal Sepanjang ± 824,53 Km Jayapura – Yeti sepanjang ± 128,83 Km; Yeti - Ubrub sepanjang ± 30 Km; Merauke – Waropko sepanjang ± 535 Km; Waropko – Iwur sepanjang ± 30 Km; Jalan Agregat Tanah Sepanjang ± 100,7 Km;  Jalan Belum Terbuka Hutan ± 280,55 Km Ubrub – Oksibil sepanjang ± 216,55 Km; Iwur - Waropko sepanjang ± 64 Km 2 Dukungan terhadap Kawasan Strategis Pariwisata Nasional KSPN Dukungan dalam membangun aksesibilitas pariwisata adalah dalam hal menyediakan dan mengembangkan prasarana transportasi angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan kereta api seperti yang disebutkan dalam Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2015. Terkait hal tersebut, Kementerian PUPR memiliki peran untuk membangun jalan dalam rangka pengembangan 25 KSPN Prioritas 2015-2019. Gambar 4.5. Dukungan Jalan Terhadap KSPN Prioritas IV-66 Dukungan pembangunan jalan terhadap KSPN yang telah dilaksanakan pada tahun 2015 antara lain: 1 Pembangunan Jalan Menuju Akses Kawasan Pariwisata Mandeh Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat; serta 2 Dukungan jalan terhadap KPSN Toraja, KSPN Kuta-Sanur-Nusa Dua Bali, KSPN Menjangan-Pemutaran Bali KSPN Rinjani NTB, KSPN Komodo NTT, dan KSPN Ende- Kelimutu NTT. 3 Proyek-Proyek Stategis Lainnya a Fly Over Jamin Ginting Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat meresmikan pengoperasian Fly Over Jamin Ginting pada 28 Februari 2015. Fly over Jamin Ginting yang terletak di Kawasan Simpang Pos, Medan, Sumatera Utara, yang merupakan bagian dari lingkar luar Medan. Pembangunan Fly Over Jamin Ginting di persimpangan Jalan Jamin Ginting, Jalan Ngumban Surbakti, dan Jalan A.H. Nasution dilaksanakan untuk menghindari pertemuan sebidang antara Jalan A.H.Nasution arah Jalan Ngumban Surbakti dengan Jamun Ginting arah Medan ke Brastagi. b Pembangunan Jalan Kawasan Strategis Tua Pejat – Rokot Pembangunan Jalan di Kawasan Strategis Tua Pejat – Rokot ditangani oleh Satuan Kerja PJN I Provinsi Sumatera Barat yang berada di bawah koordinasi Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional II, penanganan jalan ini mengalami revisi dari 1 Km menjadi 2,65 Km dan terealisasi 100 pada akhir tahun 2015 ini. c Jembatan Musi IV Jembatan Musi IV direncanakan untuk menghubungkan Palembang Bagian Ulu dan Palembang Bagian Ilir yang dilewati oleh Sungai Musi, yang selama ini hanya dihubungkan oleh Jembatan Ampera dan Jembatan Musi II. Lokasi jalan pendekat jembatan Musi IV terletak di Seberang Ilir Jalan Slamet Riyadi s.d Perintis Kemerdekaan sepanjang 900 m dan Seberang Ulu Jalan A. Yani sepanjang 600 m. IV-67 d Pembangunan Jalan Akses Gede Bage Merupakan salah satu bagian dari rencana Bandung Intra-Urban Toll Road BIUTR guna pencapaian kontrak kinerja dengan Presiden dengan total panjang penanganan efektif 4 Km. Target output Pembangunan Jalan Baru sepanjang 4 km, kemudian dilakukan revisi penambahan APBN-P menjadi 4.65 km, realisasi yang tercapai adalah 4.65 km sehingga pencapaiannya 100. e Pembangunan Jembatan Teluk Kendari Pembangunan Jembatan Teluk berlokasi di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara, jembatan ini menghubungkan antar Kota Lama dengan Kota Lapulu dengan konstruksi menggunakan cable stayed, tujuan pembangunan jembatan ini menunjang sistem jaringan jalan yang ada untuk membantu proses percepatan perwujudan keseimbangan perkembangan antar wilayah dan mempersingkat jarak dan waktu tempuh kendaraan. f Pembangunan Underpass Simpang Mandai Pembangunan Underpass Simpang Mandai, yang menghubungkan Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Makassar menuju Kabupaten Moros dengan total panjang 1,05 km, dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan kapasitas simpang dan mengurai kemacetan yang terjadi pada simpang Bandara Sultan Hasanuddin, Jalan Tol Seksi 4, Jalan Perintis Kemerdekaan menuju Kabupaten Maros begitupun sebaliknya. g Jembatan Tayan Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki banyak sungai besar maupun sungai kecil, khususnya banyak terdapat di pulau Kalimantan. Dalam upaya mewujudkan sistem transportasi darat di pulau Kalimantan, pemerintah terus berusaha mewujudkannya IV-68 dengan membangun Jalan Trans Kalimantan, namun banyaknya sungai-sungai besar telah menjadi kendala serius dalam merealisasikannya. Jalan Trans Kalimantan Lintas Selatan yang melintasi Provinsi Kalimantan Barat juga masih terputus oleh adanya Sungai Kapuas yang mempunyai lebar kira-kira 1.143 meter, sehingga pada ruas jalan ini perlu dilaksanakan pembangunan Jembatan Tayan dengan panjang 1.420 meter, yang terdiri dari 2 buah jembatan dengan panjang masing-masing 280 dan 1.140 meter, dengan melintas pulau Tayan. Jembatan Sei Tayan terletak 112 Km dari Kota Pontianak di Kecamatan Tayan Hilir menghubungkan Kota Tayan dengan Piasak, Kabupaten Sanggau, pada ruas Jalan PorosLintas Selatan Kalimantan yang menghubungkan Provinsi Kalimantan Barat dengan Provinsi Kalimantan Tengah. h Jembatan Pulau Balang Pelaksanaan kegiatan pembangunan Jembatan Pulau Balang terletak di Provinsi Kalimantan Timur, diharapkan nantinya dapat menghubungkan antara Kotamadya Balikpapan dengan Kabupaten Penajam Paser Utama. Paket pekerjaan ini merupakan paket dengan kontrak tahun jamakmulti years contract MYC selama 5 tahun 2015 – 2019, diperkirakan akan selesai pada akhir tahun 2019. i Jembatan Holtekam Pembangunan Jembatan Holtekamp merupakan salah satu solusi yang diharapkan dapat menjawab permasalahan kepadatan permukiman di Kota Jayapura. Pengembangan ke arah Distrik Muara Tami yang luas dan datar relatif tidak mudah, karena Distrik Muara Tami dan 4 distrik lainnya terpisahkan oleh Teluk Youtefa yang cukup luas. IV-69 Melalui kerjasama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Papua, dan Pemerintah Kota Jayapura, maka upaya pengembangan wilayah permukiman Kota Jayapura diwujudkan dengan pembangunan Jembatan Holtekamp sepanjang 400 meter yang melintasi Teluk Youtefa. j Trans Papua Program penanganan jalan Trans Papua dirancang melalui pendekatan fish one yang membentang dari ujung Timur hingga ujung Barat. Posisi fish one berada di tengah pulau Papua dan menjadikan jalan Trans Papua sebagai tulang utama dalam sistem jaringan secara keseluruhan, yaitu Sistem Jaringan Primer yang menghubungkan Pusat – Pusat Kegiatan Nasional di Tanah Papua, yaitu Sorong – Jayapura – Timika, dan Pusat – Pusat Kegiatan Strategis Nasional dan pusat kegiatan wilayah yaitu Manokwari, Fakfak, Nabire dan Merauke. Ruas jalan tersebut terdiri dari ruas yang telah tersambung yaitu Merauke-Tanah Merah- Waropko dengan panjang 535 km dan ruas Enarotali-Wagete-Nabire dengan panjang 285 km serta ruas-ruas yang akan fungsional pada tahun 2015 – 2019. k Jembatan Soekarno Jembatan Soekarno diresmikan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan bersama dengan Menteri PUPR pada 28 Mei 2015 di Manado, Sulawesi Utara. Jembatan DR. Ir. Soekarno memiliki panjang total 1.127m termasuk jalan penghubung. Jembatan ini kombinasi Jembatan Type Balance Cantilever Box Girder 120m dan Jembatan Type Cable Stayed 240m. 4 Pengaturan, Pengusahaan, Pengawasan Jalan Tol Salah satu bentuk keberhasilan utama pada TA. 2015 yang dapat dicapai dari pengaturan, pengusahaan, pengawasan jalan tol adalah berhasil beroperasinya beberapa ruas jalan tol yang dibiayai dengan metode Public-Private Partneship PPP. Capaian pembangunan jalan tol tersebut meliputi peresmian ruas-ruas jalan tol baru sepanjang 132,35 km yang terdiri atas ruas jalan tol Porong-Gempol Seksi Kejapanan-Gempol sepanjang 3.55 km, ruas jalan tol Gempol- Pandaan sepanjang 12.05 km, dan ruas jalan tol Cikopo-Palimanan sepanjang 116,75 km. IV-70 a Tol Cikopo-Palimanan Cipali Jalan tol Cikopo-Palimanan dengan panjang 116,75 kilometer ini merupakan jalan tol terpanjang di Indonesia dan merupakan bagian dari sistem jalan tol Trans Jawa. Jalan Tol Cikopo-Palimanan melintasi 5 kabupaten di Jawa Barat yaitu Kabupaten Purwakarta, Subang, Indramayu, Majalengka dan Cirebon. Jalan Tol Cikopo-Palimanan merupakan proyek pembangunan jalan tol dengan pembiayaan terbesar hingga saat ini dengan total investasi mencapai Rp. 12,5 Trilliun. Investasi ini melibatkan konsorsium perbankan beranggotakan 22 bank. Pekerjaan konstruksi untuk ruas jalan tol ini telah dimulai sejak 1 Februari 2013. Konstruksi ini dibagi dalam enam seksi dengan total panjang mencapai 116 kilometer dan dibangun secara bersamaan. Pekerjaan tersebut dapat diselesaikan lebih cepat sehingga Jalan Tol Cikopo- Palimanan dapat dioperasikan lebih awal dari rencana semula yaitu Agustus 2015. b Tol Gempol-Pandaaan Pada 12 Juni 2015, Jalan Tol Gempol – Pandaan sepanjang 12,05 km diresmikan oleh Presiden RI. Secara keseluruhan, Jalan Tol Gempol – Pandaan mempunyai panjang 13,61 km dengan total biaya investasi sebesar Rp. 1,472 trilyun. Selain terhubung dengan Jalan Tol Pandaan – Malang, Jalan Tol Gempol – Pandaan juga terkoneksi dengan Jalan Tol Gempol – Pasuruan untuk ke arah timur dan Jalan Tol Porong – Gempol untuk ke arah utara. Jalan Tol Porong – Gempol merupakan bagian dari Jalan Tol Surabaya – Gempol. c Tol Porong-Gempol Kejapanan-Gempol Jalan Tol Porong-Gempol yang diresmikan pada 6 Mei 2015 adalah ruas jalan tol sepanjang 10 kilometer yang menghubungkan daerah Porong, Sidoarjo dengan Gempol, Pasuruan. Jalan tol ini merupakan bagian dari jalan tol yang menghubungkan antar kota utama di Jawa Timur yaitu Surabaya-Pasuruan-Malang. Tol Porong-Gempol ini merupakan relokasi dari tol Surabaya-Gempol ruas Porong-Gempol yang ditutup sejak akhir tahun 2006 akibat peristiwa luapan Lumpur Lapindo. IV-71 Pembangunan tol relokasi proyek Porong-Gempol dibagi menjadi dua seksi yang terdiri dari Seksi Kejapanan-Gempol 3,55 km dan Seksi Porong-Kejapanan 6,45 km. Untuk seksi Porong-Kejapanan saat ini belum dibangun karena kapasitas Jalan Arteri Baru Porong masih dapat menampung beban lalu lintas kendaraan dari dan menuju Surabaya. Pada pelaksanaan kinerja Tahun 2015, terdapat permasalahan utama pembangunan jalan yang dihadapi yaitu permasalahan pembebasaan lahan. Hambatan dalam pembebasan lahan untuk kebutuhan pelaksanaan fisik di lapangan merupakan kendala utama yang mengakibatkan terganggunya kelancaran pelaksanaan beberapa pekerjaan fisik yang telah direncanakan. Beberapa kendala yang dihadapi dalam pembebasan lahan, antara lain adalah: a Peralihan peraturan pelaksanaan pengadaan tanah dari Perpres No. 36 Tahun 2005 ke UU No.2 Tahun 2012. Dengan menggunakan UU No. 2 tahun 2012, tahapan pelaksanaan pengadaan tanah mengalami beberapa perubahan, terutama dalam tahapan pelaksanaan dan penanggung jawab pada setiap tahap pengadaan tanah. Penyamaan persepsi terhadap pelaksanaan peraturan baru dan perubahan polamekanisme pengadaan tanah cukup banyak menyita waktu sehingga pelaksanaan pengadaan tanah berjalan dengan lambat. b Implementasi peraturan baru terhadap sisa bidang tanah yang belum bebas. Sesuai dengan Pepres No. 30 Tahun 2015, pengadaan tanah yang belum selesai dengan menggunakan peraturan lama, maka dilanjutkan dengan menggunakan peraturan baru pada tahap pelaksanaan. Sebagian besar bidang tanah yang belum bebas telah sampai pada tahap Inventarisasi dan Identifikasi. Berdasarkan kondisi di lapangan, Pelaksana Pengadaan Tanah meminta untuk dilakukan Inventarisasi dan Identifikasi Ulang untuk menjamin hasil Inventarisasi dan Identifikasi objek pengadaan tanah yang lebih akurat. c Proses negosiasi harga dengan pemilik lahan yang berlarut-larut. Benturan dengan adat istiadat dan budaya yang berlaku pada daerah tertentu. Untuk mengatasi permasalahan utama tersebut, telah dilakukan upaya-upaya antara lain: 1 Percepatan proses lelang dan melakukan revisi dan relokasi anggaran; 2 Pembentukan Satuan Tugas Satgas Percepatan Pembebasan Jalan Tol yang melakukan koordinasi yang intensif dengan Badan Pertanahan Nasional BPN. Permasalahan di atas mengakibatkan tidak tercapainya sasaran strategis karena tidak dapat terpenuhinya output utama Panjang Fly Over Underpass Terowongan yang Dibangun dan Panjang Jalan Bebas Hambatan yang Dibangun. Pada tahun 2015, Fly Over Underpass Terowongan yang tidak selesai dibangun meliputi: 1 Pembangunan Terowongan Balingka - Bukittinggi MYC; 2 Pembangunan Fly Over Padang Luar MYC; 3 Pembangunan Fly Over Gaplek MYC di Kota Tangerang; 4 Pembangunan Overpass Sedyatmo MYC. Sementara jalan IV-72 bebas hambatan yang tidak selesai dibangun antara lain: 1 Pembangunan Jalan Tol Akses Tanjung Priok Seksi E2; 2 Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Cisumdawu; 3 Pembangunan Jalan Tol Manado Bitung; dan 4 Toll Road Development Of Solo-Kertosono Project Phase I. Secara umum, indikator kinerja panjang jembatan yang mendapat penggantian tidak dapat memenuhi target yang ditetapkan dikarenakan adanya masalah pembebasan lahan, yaitu dalam proses negosiasi dengan masyarakat terdampak. Telah dilakukan berbagai upaya sosialisasi dan pendekatan intensif dengan masyarakat terdampak, namun belum cukup berhasil yang mengakibatkan pelaksanaan pekerjaan terhambat. Di samping itu, permasalahan yang terjadi pada indikator kinerja ini adalah lemahnya kualitas penyedia jasa, dimana penyedia jasa tidak mampu menyelesaikan permasalahan internalnya. Telah dilakukan Show Cause Meeting SCM hingga tingkat balai untuk mengatasi masalah ini. Namun, pada beberapa paket pekerjaan upaya ini tidak berhasil yang mengakibatkan pekerjaan terlambat ataupun putus kontrak.

4.3.3 Subbidang Cipta Karya

1 Peningkatan cakupan pelayanan akses air minum Realisasi cakupan pelayanan air minum tidak mampu melebihi target karena dalam pelaksanaan di lapangan masih ditemui kendala serta tantangan sebagai berikut: 1 Adanya keterbatasan sumber air baku pada daerah pelayanan; 2 Masih adanya kapasitas produksi idle capacity pada sistem eksisting; 3 Komitmen Pemerintah Daerah yang masih rendah untuk membangun jaringan distribusi perpipaan; 4 Masih kurangnya komitmen PDAM untuk mempercepat perluasan pemasangan sambungan rumah; dan 5 Masih besarnya biaya penyambungan SR pada konsumen SPAM IKK. a SPAM Pulau Mansinam, Distrik Manokwari Timur Kabupaten Manokwari Pembangunan SPAM Pulau Mansinam telah memberikan manfaat berupa penyediaan PS air minum bagi masyarakat yang berkunjung ke situs wisata sejara pulau mansinam. SPAM Pulau Mansinam menggunakan sistem perpompaan berkapasitas 15 ldet. Saat ini SPAM Pulau Mansinam telah dimanfaatkan sebanyak 90 unit SR. IV-73 b SPAM IKK Aimas Distrik Aimas Kabupaten Sorong Pembangunan SPAM IKK Aimas bertujuan untuk menyediakan prasarana dan sarana air minum yang akan melayani masyarakat Distrik Aimas dan Distrik Mayamuk, Kegiatan-kegiatan Ekonomi maupun kebutuhan perkantoran. SPAM IKK Aimas adalah sistem perpompaan berkapasitas 20 literdetik. Saat ini SPAM IKK Aimas telah dimanfaatkan sebanyak 1.400 unit sambungan rumah. 2 Penurunan luasan permukiman kumuh perkotaan Pelaksaan kegiatan dalam mengurangi kawasan kumuh di tahun 2015, telah memberikan manfaat kepada masyarakat, melalui meningkatnya kualitas kawasan permukiman, diantaranya: a Peningkatan kualitas jalan lingkungan di Candikuning, Tabanan Bali b Peningkatan kualitas kawasan melalui pembangunan saluran drainase di Kawasan Sinarmanik, Bangka Belitung IV-74 c Penyediaan Ruang Terbuka Publik pada Kawasan Bener, Yogyakarta Dengan memperhatikan kinerja tahun 2015, untuk mempercepat pengurangan luasan kumuh hingga 0 pada akhir tahun 2019, rencana tindak lanjutnya adalah sebagai berikut: 1 Membangun sistem informasi dan komunikasi perumahan dan permukiman kumuh nasional; 2 Membangun kelembagaan penanganan di pusat dan daerah; 3 Membangun dan memperkuat kapasitas pemerintah daerah; 4 Membangun dan memperkuat kapasitas dan peran masyarakat; 5 Melaksanakan kegiatan penanganan pada lokasi prioritas nasional, meliputi perencanaan- implementasi-pengelolaan; dan 6 Memfasilitasi kegiatan penanganan oleh daerah lokasi non- prioritas. 3 Peningkatan cakupan pelayanan akses sanitasi Target cakupan pelayanan sanitasi belum mampu melampaui target di tahun 2015 karena masih terdapat beberapa tantangan dalam penyelenggaraan pembangunan, diantaranya: 1 Banyaknya pembatalandrop loan pada kegiatan yang menggunakan pinjamanhibah; 2 Belum seluruh KabKota memiliki Rencana IndukMaster Plan penyediaan prasarana dan sarana sanitasi yang terintegrasi dengan rencana tata ruang; 3 Teknologi penanganan air limbah masih bertumpu pada sistem pembuangan setempat on-site; dan 4 Masih minimnya partisipasi lembaga non pemerintah dan swasta dalam menangani kesehatan lingkungan; 5 Masih terbatasnya kapasitas dan kemampuan anggaran pemerintah pusat dan daerah. IV-75 a Pembangunan TPS 3R dan sarana pendukung Pembangunan TPS3R yang telah dilakukan diantaranya adalah TPS 3R di TPS 3R Dusun Contong Desa Widodaren Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah dan Pembangunan TPS 3R Kelurahan Kebonsari, Kec. Temanggung, Kab. Temanggung, Provinsi Jawa Tengah. b Pembangunan IPAL kawasankhususSANIMAS Pembangunan IPAL dilakukan di beberapa lokasi, antara lain: Pembangunan MCK Plus KSM Mega Indah Desa Pakatellu Kec. Kusan Hilir, Kab. Tanah Bumbu, Prov. Kalimantan Selatan, dan Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah Kawasan Perum PNS Padang Baru Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung. Dengan memperhatikan hasil kinerja tahun 2015 dan selisih target yang harus dicapai dalam mewujudkan 100 cakupan pelayanan akses sanitasi di tahun 2019, maka rencana tindak lanjut untuk dilaksanakan pada periode berikutnya adalah: 1 Memperkuat peran turbinwas untuk mendorong pengembangan struktur kelembagaan di daerah yang representatif dalam pengelolaan sanitasi, meningkatkan alokasi biaya investasi dari swasta, mendorong Pemerintah Daerah untuk memiliki Master Plan yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang; serta 2 Mendorong pengembangan pengolahan air limbah sistem terpusat off site serta kualitas TPA sesuai dengan ketentuan teknis.

4.3.4 Subbidang Perumahan

Sasaran strategis Meningkatnya Penyediaan dan Pembiayaan Perumahan pada prinsipnya adalah untuk mensukseskan Program Sejuta Rumah. Program tersebut merupakan gerakan bersama antara Pemerintah Pusat, pemerintah daerah, dunia usaha pengembang dan masyarakat untuk mewujudkan kebutuhan akan hunian, khususnya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah MBR, yaitu masyarakat yang berpenghasilan Rp. 2,5 Juta – Rp. 4 Juta per bulan. IV-76 Adapun yang menjadi latar belakang pelaksanaan program Sejuta Rumah yaitu antara lain: 1 Rendahnya daya beli masyarakat berpenghasilan rendah untuk memiliki rumah subsidi melalui KPR karena adanya kewajiban uang muka sebesar 10; serta 2 Kurang kondusifnya regulasi yang terkait dengan pertanahan dan perijinan yang dirasakan memberatkan pengembang khususnya pengembang yang akan membangun rumah bagi MBR. Upaya yang dilakukan Pemerintah dalam rangka mengatasi permasalahan perumahan melalui program Sejuta Rumah yaitu antara lain sebagai berikut: 1 Pemerintah berupaya meningkatkan daya beli masyarakat dengan menurunkan kewajiban uang muka menjadi 1 dari harga jual rumah dan memberikan bantuan subsidi langsung kepada MBR berdasarkan tingkat kemampuan ekonomi; 2 Pemerintah memberikan Stimulan penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas PSU agar harga jual rumah untuk MBR dapat ditekan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan; dan 3 Pemerintah mendorong revisi Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 32 tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian IMB agar ada keringanan dan kemudahan dalam proses penyelesaian IMB. Dalam Program Sejuta Rumah, upaya penyediaan perumahan bukan hanya dilakukan dengan kebijakan program kepemilikan rumah, tetapi juga dalam skema kepenghunian, sehingga program rumah sewa, rumah khusus, dan rumah swadaya juga menjadi prioritas. Selain itu, Program Sejuta Rumah juga didukung oleh program pembiayaan perumahan melalui skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan FLPP. 1 Penyediaan rumah khusus dalam rangka penurunan backlog Capaian Kinerja Rumah Khusus sesuai pada tahun 2015 adalah 91,71 atau dengan realisasi terbangunnya rumah khusus sebanyak 6.713 unit dari target yang ditetapkan yaitu 7.320 unit. Target penyediaan rumah khusus adalah sebesar 7.320 unit yang terdiri dari jumlah unit rumah khusus reguler sebanyak 4.615 unit dan jumlah unit rumah khusus TNIPolri sebanyak 2.705 unit dan dapat terealisasi sebesar 6.713 unit atau dengan persentase pencapaian sekitar 91,71 pada tahun 2015. Sehingga capaian kinerja tersebut dapat dikatakan IV-77 berhasil mengingat waktu yang dialokasikan untuk pembangunan rumah khusus terbilang singkat. Namun pada prosesnya, terdapat beberapa kendala yang dihadapi yaitu sebagai berikut: • Perubahan Struktur Organisasi, sehingga Pelantikan Pejabat Eselon I pada bulan Mei 2015 dan Pejabat Satker dan PPK baru dilantik pada awal April 2015, serta DIPA terbit pada bulan Juni 2015. • Pejabat Satker dan PPK baru bisa melaksanakan kegiatan setelah dilakukan proses likuidasi terhadap Satker yang lama. • Ketersedian tanah yang belum clear dan clean. • Tersebarnya lokasi penerima bantuan di perbatasan negara lebih banyak dari perencanaan sebelumnya sesuai dengan salah satu prinsip Nawa Cita membangun daerah perbatasan dan terpencil. • Adanya permasalahan sosial di lokasi pembangunan rumah khusus. 2 Penyediaan rumah susun dalam rangka penurunan backlog Capaian kinerja penyedian rumah susun pada tahun 2015 adalah 51,20 yaitu sebanyak 10.497 unit dari target 20.500 unit. Realisasi capaian fisik pembangunan rumah susun Tahun Anggaran 2015 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel IV.50. Realisasi Pembangunan Rumah Susun Tahun 2015 No Satuan Kerja Target Unit Terkontrak Cut Off Terbangun Tower Unit Tower Unit Tower Unit 1 Penyediaan Rumah Susun 9.500 96 5.532 1 50 95 5.482 57,71 2 Penyediaan Rumah Susun TNI-POLRI 11.000 130 5.190 5 175 125 5.015 45,59 TOTAL 20.500 226 10.722 6 225 220 10.497 51,20 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa capaianrealisasi rusun terbangun tidak mencapai target, hal ini disebabkan karena harga satuan rumah susun tidak sesuai dengan yang telah direncanakan. Pada tahap perencanaan, harga yang diperkirakan untuk rumah susun yaitu sebesar Rp.185 jutaunit namun pada kenyataannya jika dilihat berdasarkan nilai kontrak pembangunan rumah susun tahun 2015 yang mencakup pengadaan pembangunan fisik, meubelair, dan PSU sebesar Rp. 3,437 Triliun bila dibagi realisasi pembangunan rumah susun yang tercapai, maka nilai harga satuan per unit rumah yang didapat menjadi sebesar 220,8 jutaunit atau dengan kata lain harga satuan naik sekitar 35,8 jutaunit rumah susun. Dengan demikian, untuk dapat mencapai target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 20.500 unit, maka anggaran yang diperlukan untuk pengadaan rumah susun, mebeulair dan PSU adalah sebesar 3,792 Triliun. IV-78 Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa terdapat pekerjaan yang tidak selesai cut off yaitu sebanyak 5 Tower 350 Unit. Tindak lanjut yang akan dilakukan terhadap 5 tower ini yaitu melakukan pelelangan ulang pada tahun 2016. Pada proses pelaksanaannya, terdapat beberapa kendala yang dihadapi yaitu sebagai berikut: • Sebagian besar pelaksanaan kegiatan baru bisa di mulai pada triwulan III. Hal ini disebabkan karena terlambatnya pengesahan DIPA Satuan Kerja yaitu pada bulan Juni 2015. • Sebagian pembangunan rumah susun terhambat dikarenakan oleh jumlah SDM di bidang konstruksi masih kurang memadai khususnya di wilayah timur. • Mobilisasi material dan alat berat sering terlambat dikarenakan lokasi yang jauh dari Ibu Kota Provinsi. • Tidak seluruh wilayah tercukupi material yang memadai, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mendatangkan material dari luar wilayah. Gambar 4.6. Rumah Susun Pekerja di Rawabebek, Jakarta Barat 3 Penyediaan rumah swadaya dalam rangka penurunan backlog Dalam rangka mendukung Program Sejuta Rumah yang merupakan salah satu dari kesembilan program prioritas Presiden NAWACITA, Kementerian PUPR melaksanakan kegiatan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya BSPS tahun 2015. Pada tahun 2015 terdapat perubahan mekanisme penyaluran bantuan sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 39PRTM2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 06 tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya. Perubahan mekanisme tersebut terdapat pada alur IV-79 dimana toko bahan bangunan mengirimkan bahan bangunan terlebih dahulu kepada penerima bantuan selanjutnya total harga bahan bangunan kemudian akan dibayarkan oleh Bank Penyalur BTN. Gambar 4.7. Skema Penyaluran BSPS Tahun 2015 sesuai Peraturan Menteri PUPR Nomor 39 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Capaian kinerja penyedian rumah swadaya dalam rangka penurunan backlog pada tahun 2015 berhasil melebihi target 103,78 yaitu sebanyak 20.756 unit dari target 20.000 unit. Dari capaian kinerja Pembangunan Baru PB sebesar 103,78 sudah melampaui target yang telah ditetapkan dalam RPJMN 2015-2019, dari capaian tersebut masih terdapat beberapa wilayah yang belum mencapai target yaitu daerah Sumatera Bagian Utara Sumbagut dan Kalimantan. Namun, beberapa wilayah seperti Bali dan NTB serta Maluku dan Papua sudah melampaui target, hal ini disebabkan oleh tingginya keswadayaan masyarakat dalam melaksanakan pembangunan baru dari nilai bantuan Rp. 15.000.000. Hal ini juga menunjukkan bahwa program BSPS telah mendorong masyarakat untuk melaksanakan swadaya dalam membangun rumah. PERATURAN MENTERI PUPR NOMOR 39 TAHUN 2015 IV-80 Gambar 4.8. Contoh Fasilitasi BSPS di Provinsi Sumatera Selatan Gambar 4.9. Rencana dan Realisasi Pembangunan Baru Tahun 2015 Target Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak Huni pada tahun 2015 adalah sebesar 50.000 unit dan terealisasi sebanyak 61.489 unit atau dengan persentase capaian sebesar 122,98. Adapun keberhasilan capaian target ini ditunjang dengan banyaknya usulan dan data BNBA By Name By Address yang disampaikan oleh Pemerintah Daerah kepada Kementerian PUPR c.q. Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan dan dikukung dengan adanya anggaran yang mencukupi. Berdasarkan tabel di atas, berikut adalah grafik rencana dan realisasi peningkatan kualitas rumah swadaya pada tahun 2015 berdasarkan masing-masing wilayah: - 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000 Sumbagut Sumbagsel Jawa Kalimantan Sulawesi Bali dan NTB Maluku dan Papua Target 2.033 2.175 8.013 2.116 2.851 1.736 1.076 Realisasi 2 2.214 8.746 13 3.351 4.170 2.260 Rencana dan Realisasi Pembangunan Baru Rumah Swadaya Tahun 2015 IV-81 Gambar 4.10. Rencana dan Realisasi Peningkatan Kualitas Tahun 2015 Berdasarkan tabel dan grafik tersebut, nilai realisasi menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari target yang direncanakan. Hal tersebut disebabkan karena tingginya keswadayaan masyarakat serta pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di masing-masing kelompok penerima bantuan sudah dilakukan dengan baik. Namun demikian, untuk Provinsi Bali dan NTB terjadi penurunan nilai realisasi Peningkatan Kualitas yang disebabkan oleh adanya pengalihan dari Peningkatan Kualitas menjadi Pembangunan Baru. 4 Fasilitasi bantuan PSU Fasilitasi Bantuan PSU adalah bantuan yang diberikan dalam rangka mengatasimendorong pembangunan rumah baru untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah MBR dan mendukung Progra “trategis Nasio al “ejuta ‘u ah . Pe a gu a ‘u ah layak hu i, ya g dia tara ya rumah umum tapak layak huni yang difasilitasi melalui bantuan PSU rumah umum tahun 2015 adalah sebesar 40.700 unit. Adapun realisasi capaian pelaksanaan fasilitasi bantuan PSU pada tahun 2015 yaitu sebesar 29.956 unit atau dengan persentase capaian sebesar 73,60. Permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan bantuan rumah umum PSU antara lain sebagai berikut: • Pelaksanaan program dan kegiatan masih terpusat sehingga peran Pemerintah Daerah belum dilaksanakan secara optimal. - 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 Sumbagut Sumbagsel Jawa Kalimantan Sulawesi Bali dan NTB Maluku dan Papua Target 3.840 5.020 20.000 5.440 8.400 4.700 2.600 Realisasi 8.697 5.001 23.878 7.225 11.948 2.196 2.544 Rencana dan Realisasi Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya Tahun 2015 IV-82 • Acuan hukum yang melandasi pelaksanaan program Bantuan Stimulan PSU untuk Rumah Umum sering berubah dan belum rinci sehingga dalam penerapannya menimbulkan kerancuankeragu-raguan. • Peran Pemerintah Daerah sebagai pengawas lapangan belum berjalan secara optimal. • Belum ditetapkannya standar teknis dan mutukualitas bangunan rumah sehingga kualitas bangunan rumah yang mendapat bantuan stimulan PSU kurang baik. • Belum ditetapkannya harga satuan bantuan stimulan PSU per unit rumah di masing-masing wilayah. • Realisasi unit rumah yang mendapat bantuan PSU lebih kecil dari usulan yang diajukan. Hal ini disebabkan karena anggaran yang disediakan dihitung berdasarkan unit rumah bukan panjang jalan padahal kavling rumah-rumah khususnya di luar pulau Jawa lebih luas. • Terbatasnya kapasitas dan kemampuan SDM yang tersedia. • Kurangnya koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan program dan kegiatan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 5 Program pembiayaan perumahan melalui skema FLPP Dana FLPP tahun 2015 adalah sebesar Rp. 5.106.330.000.000 untuk membiayai sebanyak 58.090 unit rumah. Dengan jumlah tersebut diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas terhadap bantuan pendanaan dan pembiayaan perumahan bagi 58.090 rumah tangga MBR. Dalam pelaksanaannya selama tahun 2015 telah terealisasi sebanyak 76.489 unit KPR-FLPP. Realisasi ini apabila dibandingkan dengan sasaran Sub Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman dalam RPJMN 2015-2019, yaitu sebesar 5.900.000 unit untuk 5,9 juta rumah tangga adalah sebesar 1,30. Sehingga, capaian kinerja realisasi ini telah melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2015 0,98 atau telah tercapai sebesar 131,67. 6 Skema pembiayaan perumahan lainnya Dalam rangka mengejar target pembangunan sejuta rumah hingga akhir tahun 2015, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menggulirkan kebijakan subsidi bantuan pembiayaan perumahan, yaitu melalui skema Bantuan Uang Muka BUM dan Subsidi Selisih Angsuran SSA. a Bantuan Uang Muka BUM Hingga saat ini, MBR masih mengalami kendala memperoleh rumah melalui KPR karena kesulitan untuk menyediakan uang muka yang dipersyaratkan bank dan dana-dana lain yang dibutuhkan untuk proses KPR. Di lain sisi, jika permasalahan perumahan tidak segera ditanggulangi, maka backlog perumahan akan semakin tinggi karena gap antara kemampuan MBR dengan harga rumah akan semakin tinggi sehingga tidak akan mampu menempati tempat tinggal yang layak. Oleh karena itu, Pemerintah memandang perlunya diberikan bantuan bagi MBR untuk mendapatkan akses terhadap KPR Bersubsidi dalam IV-83 bentuk pemberian bantuan uang muka KPR Bersubsidi. Sumber dana Bantuan Uang Muka BUM berasal dari kompensasi penurunan subsidi BBM yang dilakukan Pemerintah pada tahun 2015. Bantuan uang muka bertujuan untuk meningkatkan akses MBR terhadap pembiayaan perumahan, sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk merumahkan masyarakat melalui pembiayaan pemilikan rumah bersubsidi. Bantuan uang muka diberikan sebagai stimulus kepada MBR yang masih mengalami kesulitan untuk memenuhi persyaratan uang muka pembelian rumah sejahtera tapak sehingga mendapatkan pembiayaan perumahan dari bank mitra pemerintah. BUM diberikan kepada MBR yang memiliki Surat Penegasan Persetujuan Penyediaan Kredit SP3K KPR Bersubsidi dan memiliki keterbatasan dalam melunasi uang muka yang dibuktikan dengan surat pengakuan kekurangan bayar uang muka KPR bersubsidi dari MBR kepada pengembang. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 42PRTM2015 tentang Bantuan Uang Muka Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Untuk Meningkatkan Aksesesibilitas KreditPembiayaan Pemilikan Rumah Bersubsidi, Pemerintah akan menyalurkan BUM sebesar Rp. 220 Miliar bagi 55 Ribu MBR masing- masing sebesar Rp. 4 Juta tanpa pemotongan dalam bentuk apapun. Pada tahun 2015, realisasi Bantuan Uang Muka tersalurkan sebanyak Rp. 800 juta untuk 200 unit rumah. Rendahnya realisasi karena keterbatasan waktu untuk penyelesaian Perjanjian Kredit dengan calon nasabah dan karena adanya kebijakan kepastian kenaikan harga rumah besubsidi tahun 2016. b Subsidi Selisih Anggaran SSA Dalam rangka mempercepat penyelesaian backlog perumahan, Pemerintah memberikan kemudahan perolehan rumah dalam bentuk subsidi perolehan rumah, dalam hal ini Subsidi Selisih Anggaran. Subsidi Selisih Anggaran bertujuan untuk meningkatkan keterjangkauan MBR terhadap pembiayaan pemilikan rumah berupa pengurangan bungamarjin angsuran antara kreditpembiayaan pemilikan rumah berbungabermarjin komersial dengan angsuran kreditpembiayaan yang harus dibayar MBR. Dengan demikian, MBR akan menerima manfaat berupa kreditpembiayaan berbunga rendah dan tetap sepanjang masa pinjaman. Subsidi Selisih Angsuran SSA dengan produknya KPR Selisih Angsuran, sumber dananya akan memanfaatkan dana operasional Badan Layanan Umum BLU - Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan sebesar Rp. 57,51 Miliar. Sebagai payung hukumnya adalah IV-84 Peraturan Presiden RI No. 112 Tahun 2015 tentang Penggunaan Pendapatan Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk Mendukung Pendanaan Program Pembangunan Sejuta Rumah Untuk Rakyat. Dana ini diharapkan bisa membiayai sebanyak 42.600 unit rumah untuk MBR. Realisasi Subsidi Selisih Angsuran SSA pada tahun 2015 adalah sebesar Rp. 6,4 Milyar untuk 13.187 unit rumah. Penyebab rendahnya realisasi tersebut sama dengan sebagaimana yang terjadi pada BUM.

4.3.5 Program Prioritas Infrastruktur PUPR

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada Tahun 2015 memiliki Rencana Aksi Nasional RAN. Rencana Aksi Nasional tersebut dipantau oleh Kantor Staf Presiden melalui sistem KSP yang berbasis situs beralamatkan https:10.03.3.monitoring , yang dilaporkan melalui Biro Perencanaan Anggaran dan Kerjasama Luar Negeri. Sistem KSP ini digunakan untuk memasukkan data awal matriks pemantauan, laporan capaian triwulanan berikut pengunggahan data dukung, serta digunakan sebagai alat verifikasi oleh KSP. Sistem hanya dapat diakses menggunakan user name dan password yang telah diberikan pada masing-masing KL penanggungjawab. Terdapat 4 Rencana Aksi Nasional yang dipantau oleh Sistem KSP yaitu : a. Rencana Aksi Nasional Prioritas Janji Presiden Tahun 2015 16 Rencana Aksi; b. Inpres Nomor 7 Tahun 2015 Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2015 5 Rencana Aksi; c. Keppres Nomor 9 dan 10 Tahun 2015 mengenai Program Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Peraraturan Presiden RPP dan RaPerpres 8 Rencana Aksi. d. Inpres Nomor 10 Tahun 2015 tentang Aksi Hak Asasi Manusia Tahun 2015 4 Rencana Aksi. Tabel IV.51. Daftar Program Prioritas Nasional Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015 No Uraian Item Pemantauan Instansi Pemantau Sistem Penanggungjawab 1. RKP Program Prioritas Nasional 16 Rencana Aksi KSP KSP 2. Inpres No.7 Tahun 2015 Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi 5 Rencana Aksi KSP BAPPENAS 3. Keppres Nomor 9 dan 10 Tahun 2015 tentang Program Legislasi Nasional Prolegnas Tahun 2015 8 Rencana Aksi KSP BPHN IV-85 No Uraian Item Pemantauan Instansi Pemantau Sistem Penanggungjawab 4. Inpres Nomor 10 Tahun 2015 tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia RANHAM Tahun 2015 4 Rencana Aksi KSP Kementerian Hukum dan HAM 5. Pariwisata Dukungan 25 KSPN 25 KSPN Manual Kementerian Pariwisata 6. Industri 14 Kawasan Industri Manual KSP Pemantauan rencana Aksi Nasional Tahun 2015 melalui sistem KSP dilakukan dalam B06, B07, B09, dan B12, dengan alur penginputan sebagai berikut :  Tanggal 20 – 25 bulan bersangkutan dilakukan penginputan data progress prioritas nasional rencana aksi dalam e-Monitoring online yang merupakan sistem yang dimiliki Kementerian PUPR;  Tanggal 22 – 23 bulan bersangkutan dilakukan workshop inputing dan verifikasi data pelaporan terhadap unit kerja terkait;  Tanggal 25 bulan bersangkutan dilaksanakan rapat validasi bahan laporan yang dipimpin oleh Eselon 1 yang biasanya dipimpin oleh Bapak Staf Ahli Menteri Bidang Keterpaduan dan Pembangunan;  Tanggal 25- 27 bulan bersangkutan dilakukan pernbaikan data setelah validasi dan penyajian data dukung;  Tanggal 28 bulan bersangkutan hingga tanggal 5 bulan berikutnya, KL memasukkan data dukung dan capaian ke dalam sistem pemantauan KSP;  Tanggal 7 – 15 bulan berikutnya merupakan masa verifikasi oleh KSP  Tanggal 28 bulan berikutnya dilakukan pelaporan kepada Presiden Wakil Presiden IV-86 Gambar 4.11. Alur Pengiputan Laporan yang Dipantau Presiden Hasil Capaian Rencana Aksi Nasional Prioritas Janji Presiden Kementerian PUPR Tahun 2015 hanya ada terdapat 1 Rencana Aksi yang berpotensi Merah dari 23 ukuran keberhasilan dan 22 ukuran keberhasilan lainnya telah tercapai di tahun 2015. Rencana Aksi Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, dengan kriteria 4 SPAM pada ukuran keberhasilan 1: tercapainya 4 Kawasan Regional yang terfasilitasi 4 SPAM Regional, dengan capaian yang diinputkan sebesar 98,25. Hal ini terjadi karena: a. Pengadaan dan Pemasangan IPA Beton SPAM Regional Kapasitas 250 Ldetik Banjarbakula: - Permasalahan proses perizinan penebangan pinus oleh pemda setempat pada awal pekerjaan sehingga mengakibatkan keterlambatan selama 3 bulan dan perkerjaan baru dimulai bulan April 2015. Saat ini masih dalam proses perpanjangan kontrak. b. SPAM Regional Pasigala Kap 300 Ldetik Pasigala: - Penolakan masyarakat setempat sehingga menghambat pekerjaan IPA dan jalur pemasangan pipa. - Kontur tanah yang miring sehingga mengakibatkan perubahan atau penyesuaian desain unit air baku yang dibangun oleh Ditjen SDA belum selesai sehingga mengakibatkan uji coba tidak dapat dilakukan diakhir tahun. IV-87 Inpres No. 7 Tahun 2015 Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2015. Dari 16 Rencana Aksi Kementerian PUPR Tahun 2015 tidak terdapat nilai yang berpotensi merah. Hal ini telah engindikasikan bahwa program prioritas Kementerian PUPR di tahun 2015 telah tercapai. ‘e a a Aksi Progra Penyusunan PP da Perpres Prioritas Tahu erdasarka Keppres No or Tahu da Keppres No or Tahu , target apaia B adalah yaitu tersa paika ya ‘PP‘Perpres kepada Preside u tuk pe etapa . Na u de ikia , ada e erapa ‘PP‘Perpres ya g elu e apai target , ya g a tara lai : 1 ‘PP te ta g Pe erdayaa Le aga Jasa Keua ga serta Pelaksa aa Ke udaha da atau Ba tua Pe iayaa dala “iste Pe iayaa Peru aha da Kawasa Per uki a , de ga apaia ya g dii putka se esar . Hal i i terjadi kare a terke dala pada proses pe ghar o isasia , asih e u ggu persetujua su sta si dari Otoritas Jasa Keua ga kare a ateri su sta si ‘PP terse ut ersi ggu ga de ga pe gatura ya g erlaku di Otoritas Jasa Keua ga . 2 ‘PP te ta g ‘u ah Negara, de ga apaia ya g dii putka se esar . Hal i i terjadi kare a terke dala pada proses pe ghar o isasia ilateral de ga Ke e teria Keua ga , asih e u ggu persetujua su sta si dari Ke e teria Keua ga kare a ateri su sta si ‘PP terse ut ersi ggu ga de ga pe gatura te ta g pe gelolaa BMNBMD ya g e jadi kewe a ga Ke e teria Keua ga . 3 ‘aperpres te ta g Peru aha Perpres No or Tahu te ta g Pe iayaa “eku der Peru aha , de ga apaia ya g dii putka se esar . Hal i i terjadi kare a terke dala pada proses pe ghar o isasia , Ke e teria Keua ga e i ta waktu u tuk rapat i ter al di Ke e teria Keua ga terkait urge si pe i aa da pe gawasa kepada PT. “MF, pe ugasa khusus kepada PT. “MF serta pe u juka Ko isaris PT. “MF, ya g a a PT. “MF i i se agai perusahaa ya g ditugaska dala pe iayaa seku der peru aha . 4 ‘aperpres te ta g ‘e a a Pe a gu a da Pe ge a ga Peru aha da Kawasa Per uki a , de ga apaia ya g dii putka se esar . Hal i i terjadi kare a terke dala pada a a atdelegasi pe gatura terhadap kete tua ‘e a a Pe a gu a da Pe ge a ga Peru aha da Kawasa Per uki a aru dia a atka dala ‘PP te ta g Pe yele ggaraa Peru aha da Kawasa Per uki a , sehi gga pe ahasa ‘aperpres i i e u ggu ‘PP te ta g Pe yele ggaraa Peru aha da Kawasa Per uki a ditetapka da diu da gka . Hasil Capaian Inpres Nomor 10 Tahun 2015 tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia RANHAM Kementerian PUPR Tahun 2015 adalah terdapat 1 dari 2 Rencana Aksi yang mendapat capaian merah, yaitu Rencana Aksi Peningkatan Penyediaan Air Bersih, pada: IV-88 a Ukuran Keberhasilan 1: tersedianya sarana dan prasarana air bersih di perkotaan dengan sistem penyediaan air minum SPAM di kawasan masyarakat berpenghasilan rendah. Hasil verifikasi dari Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia melalui sistem pemantauan KSP sebesar 20, dengan alasan klaim capaian disesuaikan karena data dukung tidak menunjukan tercapainya target 479 kota. b Ukuran Keberhasilan 2: terlaksananya pelayanan melalui SPAM di desa. Hasil verifikasi dari Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia melalui sistem pemantauan KSP sebesar 10, dengan alasan klaim capaian disesuaikan menjadi 10 karena tidak ada data dukung yang menunjukan target tercapai 1449 desa. c Ukuran Keberhasilan 3: terlaksananya pemberian fasilitas air bersih di Daerah Kawasan Khusus 3T dan Daerah Pemekaran Baru. Hasil verifikasi dari Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia melalui sistem pemantauan KSP sebesar 20, dengan alasan klaim capaian disesuaikan menjadi 20 karena tidak ada data dukung yang menunjukan target tercapai.

4.4 Analisis Efisiensi, Efektivitas, dan Manfaat

4.4.1 Efisiensi dan Efektivitas Pembangunan Infrastruktur PUPR

Pagu anggaran Kementerian PUPR terus mengalami peningkatan sejak tahun 2010 hingga tahun 2015 yaitu 37,8 Triliun Rupiah hingga mencapai 119,65 triliun rupiah pada tahun 2015. Tingkat penyerapan anggarannya pun terus menunjukkan kecenderungan yang baik yaitu selalu di atas 85. Pada tahun 2010, tingkat penyerapan anggaran hanya 86,92 dan terus membaik mencapai 95,15 di tahun 2014, namun sedikit menurun menjadi 91,99 pada tahun 2015. Hal tersebut terjadi karena terjadinya perubahan struktur organisasi yang mengakibatkan keterlambatan proses penyerapan anggaran. Meskipun demikian, Kementerian PUPR dapat mengejar ketertinggalan tersebut dan berupaya mencapai target selama 3 bulan terakhir Oktober- Desember 2015. IV-89 Gambar 4.12. Tingkat Penyerapan Anggaran Tahun 2010-2015 Kementerian PUPR berupaya keras untuk memenuhi target pembangunan fisik maupun penyerapan anggaran pada TA. 2015. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana progress sudah mulai naik mencapai 40 pada awal Agustus, tahun 2015 ini progress mulai bergerak menuju 40 sejak awal Oktober. Namun, progress penyerapan anggaran sebanyak 52,42 berhasil dicapai hanya dalam kurun waktu 3 bulan yaitu bulan Oktober s.d. Desember 2015. Hal tersebut terjadi karena struktur organisasi, DIPA, dan Rencana Strategis Kementerian PUPR 2015-2019 baru disahkan pada bulan April, sehingga pelaksanaan kegiatan baru efektif mulai bulan Juni-Juli 2015. 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Alokasi 37,8 56,9 75,5 86,6 76,5 119 Realisasi 32,8 51,2 68 80,4 72,8 110 Penyerapan 86,92 89,88 90,11 92,85 94,72 91,99 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 20 40 60 80 100 120 140 T ri li u n R u p ia h P E N Y E R A PA N A N G G A R A N TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5 IV-90 Gambar 4.13. Kurva S Penyerapan Anggaran TA. 2014 Gambar 4.14. Kurva S Penyerapan Anggaran TA. 2015 IV-91 Dalam kurun waktu yang cukup singkat, Kementerian PUPR melakukan upaya percepatan untuk mencapai target hingga berhasil mencapai hasil yang cukup baik yaitu 91,99 pada akhir tahun 2015. Beberapa upaya yang dilakukan untuk mempercepat penyerapan anggaran antara lain: 1 Penerbitan Instruksi Menteri PUPR Nomor 3 Tahun 2015 tanggal 27 Juli 2015 tentang Percepatan Pelaksanaan Anggaran TA. 2015 dan Pelelangan Dini TA. 2015; 2 Pembentukan Tim Satgas Percepatan; 3 Pembentukan Advisory Team; 4 Penyelenggaraan Rapat Kerja Kementerian; 5 Masa laku pejabat perbendaharaan minimal tiga tahun; 6 Penyiapan disain dan proses lelang pada Tahun T-1. Kementerian PUPR dulu Kementerian PU mendapatkan alokasi anggaran yang terus meningkat setiap tahunnya sementara tren jumlah PNSnya berkurang dari 27.110 pegawai pada tahun 2010, 24.077 pada tahun 2010, dan menjadi 23.630 pada tahun 2015. Berdasarkan analisis beban kerja tahun 2015, Kementerian PUPR masih kekurangan 7.480 pegawai, kekurangan terjadi khususnya di 3 tiga Ditjen yang membawahi balaisatker teknis di lapangan. Rincian kekurangannya yaitu di Ditjen Sumber Daya Air sebanyak 3.918 orang, di Ditjen Bina Marga sebanyak 1.673 orang, dan di Ditjen Cipta Karya sebanyak 1.038 orang. Meskipun demikian, tingkat penyerapan anggaran cenderung membaik bahkan mencapai 91,99 pada tahun 2015. Progres fisik juga berhasil mencapai 95,13 karena dilakukan upaya percepatan sesuai dengan Instruksi Menteri PUPR Nomor 3 Tahun 2015 di antaranya: 1 menambah personil di lapangan sesuai kompetensi dan kebutuhan; 2 memberlakukan waktu kerja 7 tujuh hari seminggu dengan 2 waktu kerja double shifting; dan 3 menambah alat sesuai kebutuhan lapangan. Di samping itu juga dilakukan pemanfaatan sisa lelang untuk menambah volume kegiatan dan mendanai kegiatan fisik mendesak yang telah siap untuk dilaksanakan.

4.4.2 Manfaat Pembangunan Infrastruktur PUPR

Pembangunan infrastruktur PUPR, yang terdiri dari subbidang sumber daya air, jalan dan jembatan, cipta karya, dan perumahan rakyat tidak hanya memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi nasional serta mensukseskan Program Nawacita namun juga telah memberikan manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Sesuai dengan amanat Nawacita, pembangunan infrastruktur tersebut dilaksanakan secara merata tidak hanya di perkotaan namun juga menjangkau daerah pinggiran serta memperhatikan peningkatan kualitas hidup masyarakat di daerah perbatasan Indonesia. Di subbidang sumber daya air, Kementerian PUPR telah membangun 16 bendungan on going tahun 2015, dimana lima diantaranya telah operasional yaitu Bendungan Jatigede, Bendung Titab, Nipah, Bajulmati, Rajui. Bendungan-bendungan tersebut memberikan manfaat secara langsung kepada masyarakat antara lain mengairi 132.169 Ha lahan irigasi, mereduksi banjir