IV-4
dala  fu gsi, lokasi,  esara  da  waktu.  Cara Pe gukura ya  adalah de ga   e ghitu g rasio hasil  o itori g  da   e aluasi  kesesuaia   kua titas,  kualitas,  da   ketepata   waktu  serta
pelaksa aa   reko e dasi  per aika   pelaksa aa   keterpadua   i frastruktur  PUP‘  di  dala kawasa ,  a tar  kawasa   aupu   a tar  WP“  di  tahu
di a di gka   de ga   ke utuha faktor-faktor  o  fisik hi gga akhir  tahu
.
Tabel IV.3. Capaian Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur No
Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
Kinerja
1 Indeks rasio dukungan infrastruktur
PUPR terhadap keterpaduan pengembangan kawasan
80,00 77,00
96,25
Be erapa ke dala dala  pe apaia  sasara  strategis keterpadua  pe a gu a  i frastruktur
a tara  lai   :    “ulit ya  e dapatka   data  aik  data  re a a,  progra   aupu   ke ajua pelaksa aa  pe
a gu a  i frastruktur dari daerah, kare a  elu  ada ya data i for asi satu pi tu;   Belu  ada ya legalitas  eka is e koordi asi kola orasi da  si kro isasi se ara  erkala
de ga  se ua pe a gku kepe ti ga   pihak ya g terli at dala  pe a gu a  i frastruktur
PUP‘ ;    Kura g ya  i te sitas  perte ua   koordi asi i te s  de ga   pe eri tah  daerah  ya g terkait, serta kura g i te sitas ya pe a taua  pada tiap pelaksa aa  ko po e  keterpadua
aik pere a aa , pe rogra a  da  pelaksa aa . Adapu  ti dak la jut upaya pe apaia  ki erja ke depa  a tara lai :   Me
uat  eka is e sekaligus data de ga  pe da;   Melegalka  koordi asi  eka is e kola orasi da  si kro isasi
se ara  erkala de ga  se ua pe a gku kepe ti ga ;   Me i gkatka  i te sitas perte ua koordi asi de ga  pelaksa aa ; da    Me i gkatka  kualitas-kualitas i te sitas  o e  pada
tiap ko po e  keterpadua .
Target  tahu u tuk  keterpadua   di  dala   kawasa   adalah  7   ,  seda gka   apaia
ki erja ya adalah  , ,  ke udia  target keterpadua  a tar kawasa  adalah 7 , seda gka apaia   ki erja ya  adalah  , ,    sela jut ya  target  keterpadua   a tar  WP“  adalah  7   ,
seda gka   apaia   ki erja ya  adalah  , .  Periode  Pe gukura ya  adalah  setiap  tahu , de ga  pe dekata  Lag. “eda gka  “u
er Data pe gukura  adalah data dari  asi g- asi g Kawasa   “trategis  pada    WP“  ya g  diterpaduka   dari  Ke e teria   PUP‘  da   Pe eri tah
Daerah . “e e tara asu si ya adalah ketersediaa  data eksisti g i frastruktur  ida g PUP‘ ya g telah  ter a gu   le gkap  dari  se ua  direktorat  je deral  sektor  di  awah  Ke e teria   PUP‘,
eserta data progress tahu   erjala , data hasil  o itori g da  e aluasi kesesuaia  kua titas, kualitas  da   ketepata   waktu  serta  pelaksa aa   reko e dasi  per aika   pelaksa aa
keterpadua .
IV-5
Tabel IV.4. Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur PUPR
No WPS
Keterpaduan Perencanaan
1
Kesinkronan Program
2
Keterpaduan Pelaksanaan
3
Keterpaduan Kawasan
1 WPS Pusat Pertumbuhan
Terpadu Metro Medan- Tebing Tinggi-Dumai-
Pekanbaru 0,46
0,28 0,14
88
2 WPS Pusat Pertumbuhan
Sedang Berkembang Sabang- Banda Aceh- Langsa
0,40 0,25
0,11 75
3 WPS Pusat Pertumbuhan
Terpadu Batam- Tanjung Pinang
0,46 0,28
0,13 87
4 WPS Pusat Pertumbuhan
Sedang Berkembang Sibolga- Paadang - Bengkulu
0,42 0,26
0,11 80
5 WPS Pusat Pertumbuhan
Sedang Berkembang Jambi- Palembang- Bangka Belitung
0,41 0,28
0,10 78
6 WPS Pusat Pertumbuhan
Terpadu Merak- Bakauheni- Bnadar Lampung-
Palembang- Tanjung Api-api 0,46
0,28 0,13
86
7 WPS Pusat Pertumbuhan
Terpadu Jakarta - Bogor - Ciawi - Sukabumi
0,46 0,24
0,14 89
8 WPS Pusat Pertumbuhan
Terpadu Jakarta - Bandung - Cirebon - Semarang
0,47 0,28
0,14 89
9 WPS Pusat Pertumbuhan
Sedang Berkembang Tanjung Lesung - Sukabumi -
Pangandaran - Cilacap 0,41
0,25 0,14
77
10 WPS Pusat Pertumbuhan
Terpady Yogyakarta - Solo - Semarang
0,46 0,26
0,14 88
11 WPS Pusat Pertumbuhan
Terpadu Semarang - Surabaya
0,46 0,28
0,13 87
12 WPS Pusat Pertumbuhan
Sedang Berkembang Yogyakarta
– Prigi – Blitar - Malang
0,39 0,24
0,11 74
13 WPS Pusat Pertumbuhan
Terpadu Malang – Surabaya -
Bangkalan 0,47
0,28 0,13
88 14
WPS Konektivitas Keseimbangan
Pertumbuhan Surabaya –
Pasuruan – Banyuwangi
0,47 0,28
0,13 88
IV-6
No WPS
Keterpaduan Perencanaan
1
Kesinkronan Program
2
Keterpaduan Pelaksanaan
3
Keterpaduan Kawasan
15 WPS Pusat Pertumbuhan
Terpadu Gilimanuk –
Denpasar - PadangBay 0,46
0,28 0,13
88 16
WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Lombok
0,39 0,23
0,11 73
17 WPS Pusat Pertumbuhan
Sedang Berkembang Sumbawa
0,40 0,24
0,12 76
18 WPS Pertumbuhan Baru
Waingapu – Manado- Labuan
Bajo- Ende 0,38
0,23 0,11
73 19
WPS Pertumbuhan Baru Kupang
– Atambua 0,38
0,23 0,11
72 20
WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang
Ketapang – Pontianak –
Singkawang - Sambas 0,40
0,24 0,11
74
21 WPS Pertumbuhan Baru
Temajuk Sebatik 0,38
0,22 0,12
73 22
WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang
Palangkaraya – Banjarmasin -
Batulicin 0,40
0,24 0,11
75
23 WPS Pusat Pertumbuhan
erpadu Balikpapan –
Samarinda – Maloy
0,47 0,27
0,14 88
24 WPS Pusat Pertumbuhan
Sedang Berkembang Manado – Bitung – Amorang – Lolak -
Kotamobagu 0,41
0,28 0,13
88
25 WPS Pusat Pertumbuhan
Sedang Berkembang Gorontalo
– Bolaang Mongondow
0,46 0,28
0,13 86
26 WPS Pertumbuhan Baru Palu
– Banggai 0,36
0,23 0,06
59 27
WPS Pertumbuhan Mamuju – Mamasa – Toraja – Kendari
– Buton – Wakatobi 0,26
0,21 0,10
67 28
WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Makassar
– Pare- Pare
– Mamuju 0,45
0,28 0,12
85 29
WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ternate
– Sofifi – Morotai 0,41
0,25 0,12
77 30
WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ambon
– Masohi 0,41
0,25 0,12
77 31
WPS Pertumbuhan Baru Sorong
– Manokwari 0,38
0,23 0,11
73
IV-7
No WPS
Keterpaduan Perencanaan
1
Kesinkronan Program
2
Keterpaduan Pelaksanaan
3
Keterpaduan Kawasan
32 WPS Pertumbuhan Baru
Manokwari – Bintuni
0,39 0,23
0,11 73
33 WPS Pertumbuhan Baru
Nabire – Enarotali – Ilaga –
Timika – Wamena
0,35 0,21
0,10 66
34 WPS Pertumbuhan Baru
Jayapura – Merauke
0,40 0,24
0,11 75
35 WPS Pulau pulau terluar
0,35 0,21
0,10 66
Keterangan: 1  Keterpaduan perencanaan berdasarkan program pengelolaan sumber daya air, penyelenggaraan jalan,
pengembangan permukiman, serta penyediaan dan pembiayaan perumahan. 2  Kesinkronan program berdasarkan fungsi, dukungan, lokasi, besaran, waktu, kriteria kesiapan, dan biaya.
3  Keterpaduan pelaksanaan berdasarkan kesesuaian waktu, volume, dan kuantitas.
4.1.1.2 Meningkatnya Dukungan untuk Kedaulatan Pangan dan Energi
Sasaran  strategis  Meningkatnya  Dukungan  untuk  Kedaulatan  Pangan  dan  Energi  diukur  oleh indikator  kinerja  Tingkat  Dukungan  Kedaulatan  Pangan  dan  Ketahanan  Energi  dengan  tingkat
capaian sebesar 52,66 atau melebihi target yang telah ditetapkan di dalam Perjanjian Kinerja yaitu 45,83. Capaian kinerja indikator tersebut adalah sebesar 115.
Tabel IV.5. Capaian Dukungan Kedaulatan Pangan dan Energi No
Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
Kinerja
1 Tingkat dukungan kedaulatan pangan
dan energi 45,83
52,66 114,90
Indikator kinerja Tingkat Dukungan Kedaulatan Pangan dan Ketahanan Energi diukur dari rata- rata capaian outcome yang dihasilkan outcome based, yang meliputi: 1 Pemenuhan Kebutuhan
Air  Baku  untuk  Layanan  Irigasi  dan  2  Peningkatan  Potensi  Sumber  Energi.  Capaian  outcome tersebut dijabarkan sebagai berikut:
Tabel IV.6. Outcome Pendukung Capaian Dukungan Kedaulatan Pangan dan Ketahanan Energi No
OutcomeIndikator Kinerja Baseline 2014
Capaian 2015 Persentase
1 Pemenuhan kebutuhan air baku untuk
layanan irigasi a. Peningkatan layanan jaringan irigasi
1.844.066 Ha 182.017 Ha
85,16 b. Pengembalian fungsi dan layanan
jaringan irigasi 5.141.407 Ha
480.534 Ha 71,24
2 Peningkatan potensi sumber energi
8.706 MW 113,19 MW
1,59
IV-8 1
Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Layanan Irigasi Nilai  ketahanan  pangan  sangat  bergantung  akan  ketersediaan  pangan  dan  kemudahan  untuk
mengaksesnya. Langkah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan nilai ketahanan pangan yaitu dengan  mendayagunakan  sumber  daya  air  untuk
pemenuhan  kebutuhan  air  irigasi  yang  difokuskan pada  upaya  peningkatan  fungsi  jaringan  irigasi  yang
sudah  dibangun  tetapi  belum  berfungsi,  rehabilitasi pada  areal  irigasi  berfungsi  yang  mengalami
kerusakan,  dan  peningkatan  kinerja  operasi  dan pemeliharaan.
Sejak  tahun  2010,  telah  dilakukan  berbagai  upaya pembangunan,  rehabilitasi,  serta  operasi  dan
pemeliharaan  jaringan  irigasi  permukaan,  jaringan irigasi rawa, dan jaringan irigasi air tanah sehingga kebutuhan irigasi untuk pertanian terpenuhi.
Keberhasilan ini berdampak domino pada surplusnya produksi beras untuk kebutuhan nasional. Surplus produksi beras terus meningkat dari 4,3 juta ton pada tahun 2010 menjadi 6,8 juta ton
pada tahun 2013. Meskipun  demikian,  dari  hasil  analisis  berdasarkan  tren  jumlah  penduduk,  diperkirakan
Indonesia  membutuhkan  areal  irigasi  baru  dalam  rangka  menjaga  kecukupan  beras  nasional. Sementara  ketersediaan  areal  untuk  pengembangan  lahan  irigasi  baru  semakin  terbatas.
Perlunya  diprioritaskan  lahan  sawah  agar  tidak  berubah  fungsi  dengan  menetapkannya  pada RTRW masing-masing daerah.
Pada Tahun 2015, guna memenuhi kebutuhan air baku untuk layanan irigasi, Kementerian PUPR telah melakukan peningkatan suplai irigasi waduk, meningkatkan layanan jaringan irigasi seluas
181.283  Ha  pembangunan  jaringan  irigasi  kewenangan  pusat,  jaringan  irigasi  rawa,  jaringan irigasi  tambak,  dan  jaringan  irigasi  air  tanah,  pengembalian  fungsi  dan  layanan
rehabilitasirevitalisasi  jaringan  irigasi  seluas  477.961  Ha,  serta  operasi  dan  pemeliharaan jaringan irigasi.
2
Peningkatan Potensi Sumber Energi Pada  tahun  2015,  terdapat  peningkatan  potensi  sumber  energi  sebesar  113,19  MW  dari
pembangkit  listrik  tenaga  air  PLTA  yang  didukung  melalui  pembangunan  16  enam  belas bendungan  on  going  serta  operasionalisasi  5  buah  waduk  yaitu  Waduk  Jatigede  Jawa  Barat,
Waduk Nipah Jawa Timur, Waduk Bajulmati Jawa Timur, Waduk Rajui Aceh, dan Waduk Titab Bali.
IV-9
Gambar 4.2 Lokasi Pembangunan 16 Bendungan Baru
4.1.1.3 Meningkatnya Dukungan Konektivitas Bagi Penguatan Daya Saing
Sasaran  strategis  Meningkatnya  Dukungan  Konektivitas  Bagi  Penguatan  Daya  Saing  diukur dengan  indikator  kinerja  Tingkat  Konektivitas  Jalan  Nasional.  Pencapaian  sasaran  strategis
tersebut didukung oleh sasaran program yaitu Menurunkan Waktu Tempuh pada Koridor Utama Sumatera  dan  Jawa  dengan  indikator  kinerja  program  Waktu  Tempuh  pada  Koridor  Utama
menjadi  2,2  jam100km.  Sasaran  program  tersebut  didukung  melalui  output  pembangunan jembatan; pelebaran jembatan;  pembangunan  fly  overunderpassterowongan; pembangunan
jalan  baru;  pembangunan  jalan  bebas  hambatan;  pembangunan  jalan  di  kawasan  strategis, perbatasan,  wilayah  terluar  dan  terdepan;  pembangunan  jembatan  di  kawasan  strategis,
perbatasan, wilayah terluar dan terdepan.
Tabel IV.7. Capaian Dukungan Konektivitas Bagi Penguatan Daya Saing No
Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
Kinerja
1 Tingkat dukungan terhadap
penguatan konektivitas nasional 73
74,50 102,05
Sasaran  strategis  tersebut  didukung  oleh  sasaran  program  Menurunkan  Waktu  Tempuh  pada Koridor  Utama  dengan  capaian  indikator  kinerja  program  menurunnya  waktu  tempuh  pada
koridor utama menjadi 2,7 jam100km sesuai dengan target tahun 2015. Adapun capaian output yang mendukung adalah sebagai berikut:
IV-10
Tabel IV.8. Outcome Pendukung Capaian Dukungan Konektivitas Bagi Penguatan Daya Saing No
Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
Kinerja
1 Panjang jembatan yang dibangun baru
m 6.917
6.953 101
2 Panjang jalan yang mendapat pelebaran
Km 2.021
1.927 95
3 Panjang Fly Over  Underpass  Terowongan yang
dibangun m
2.379 1.828
77 4
Panjang jalan yang dibangun baru Km
485 512
106 5
Panjang jalan bebas hambatan yang dibangun Km
33 21
64 6
Panjang jalan yang dibangundilebarkan di kawasan strategis, perbatasan, wilayah terluar dan terdepan
Km 738
774 105
7 Panjang jembatan yang dibangun diduplikasi di
kawasan strategis, perbatasan, wilayah terluar dan terdepan
m 1.026
1.017 99
1
Pembangunan jalan bebas hambatan baru Pembangunan Jalan Bebas Hambatantol sepanjang 1.000 Km akan dilakukan dalam lima tahun
sampai dengan tahun 2019, dengan realisasi  pembangunan jalan tol yang sepenuhnya didanai oleh  Pemerintah  pada  tahun  2015  adalah  21  km.  Jalan  bebas  hambatan  direncanakan  untuk
dibangun  di  Sumatera,  Jawa,  Bali,  Sulawesi  dan  Kalimantan  untuk  mendorong  pertumbuhan ekonomi  dan  sosial  pada  wilayah  strategis  dan  pusat  pertumbuhan.  Pembangunan  jalan  tol
merupakan  strategi  peningkatan  mobilitas  dan  aksesibilitas  pada  koridor-koridor  utama  di Indonesia. Selain itu, pembangunan jalan tol juga diharapkan dapat mengurangi waktu tempuh
koridor-koridor utama serta menjadi pendorong peningkatan kualitas logistik di Indonesia. Jalan bebas  hambatan  dikembangkan  sebagai  backbone  transportasi  darat  pulau-pulau  besar  di
Indonesia.
2
Pembangunan jalan nasional Jalan nasional baru yang akan dibangun hingga tahun 2019 mencapai panjang 2.650 Km dengan
realisasi tahun 2015 sepanjang 512 km untuk jalan baru dan 774 km jalan di kawasan strategis, perbatasan,  wilayah  terluar  dan  terdepan.  Pembangunan  jalan  baru  ini  ditujukan  untuk
meningkatkan  konektivitas  nasional  guna  menghubungkan  pusat-pusat  kegiatan.  Selain  itu, pembangunan  jalan  juga  dilaksanakan  untuk  meningkatkan  aksesibilitas  khususnya  pada
kawasan  strategis  untuk  mendukung  kegiatan  pariwisata  dan  ekonomi  kreatif.  Pada  kawasan perkotaan yang memiliki kegiatan ekonomi yang telah tumbuh pesat, pembangunan jalan baru
dibutuhkan untuk mendukung mobilitas serta mengurai kemacetan.
IV-11 3
Peningkatan kapasitas jalan nasional Untuk  dapat  mengimbangi  tingkat  pertumbuhan  kendaraan  maka  jalan  nasional  akan
ditingkatkan kapasitasnya melalui upaya pelebaran jalan dan pembangunan Fly OverUnder Pass. Peningkatan kapasitas dilakukan untuk meningkatkan nilai utilitas jalan, sehingga dapat melayani
jumlah kendaraan yang lebih banyak.  Selain itu, persimpangan sebidang dengan lalu lintas padat serta  perlintasan  kereta  api  perlu  mendapat  penanganan  sehingga  arus  lalu  lintas  tidak
terhambat dan menimbulkan kemacetan. Pada kurun waktu lima tahun dari tahun 2015 sampai dengan  2019  rencana  peningkatan  kapasitas  jalan  nasional  adalah  sepanjang  3.072  km  yang
terdiri dari pelebaran jalan sepanjang 3.057 km dengan realisasi tahun 2015 sepanjang 1.927 km dan  pembangunan  Fly  Over  atau  Under  Pass  sepanjang  15  km  dengan  realisasi  tahun  2015
sepanjang 1.828 m.
4.1.1.4 Meningkatnya Dukungan Layanan Infrastruktur Dasar Permukiman dan Perumahan
Sasaran  strategis  Meningkatnya  Dukungan  Layanan  Infrastruktur  Dasar  Permukiman  dan Perumahan  dicapai  berdasarkan  pengukuran  outcome  dari  subbidang  cipta  karya  penurunan
luasan permukiman kumuh perkotaan dan peningkatan cakupan pelayanan akses sanitasi serta subbidang perumahan rakyat.
Tabel IV.9. Capaian Dukungan Layanan Infrastruktur Dasar Permukiman dan Perumahan No
Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
Kinerja
1 Tingkat layanan infrastruktur dasar
permukiman dan perumahan 81,00
80,46 99,33
Perhitungan outcome pendukung sasaran strategis di atas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel IV.10. Outcome Pendukung Capaian Dukungan Layanan Infrastruktur Dasar Permukiman dan Perumahan
No OutcomeIndikator Kinerja
Target Capaian
Kinerja
1 Subbidang Cipta Karya
78,00 76,91
98,60
a. Penurunan luasan permukiman kumuh perkotaan 92,00
90,82 91,41
b. Peningkatan cakupan pelayanan akses sanitasi 64,00
63,00 98,43
2 Subbidang Perumahan Rakyat
84,00 83,72
99,67
a. Pemenuhan perumahan yang layak huni bagi rumah tangga berpenghasilan rendah
84,00 83,72
99,67
IV-12
4.1.2 Internal Process
Dari perspektif internal process ditargetkan mencapai 68,85 sementara realisasinya melebihi target yaitu 77,08 atau dengan pencapaian kinerja sebesar  111,95. Capaian dari perspektif
tersebut didukung oleh tujuh sasaran strategis dengan rincian sebagai berikut:
Tabel IV.11. Capaian Kinerja dari Perspektif Internal Process No
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan  Target
Realisasi Kinerja
SS.5 Meningkatnya keterpaduan perencanaan, pemrograman, dan penganggaran
a. Tingkat keterpaduan kebijakan, perencanaan, pemrograman terhadap penganggaran pembangunan
bidang PUPR 80,00
80,00
100,00
SS.6 Meningkatnya ketahanan air
a. Tingkat dukungan ketahanan air nasional 28,95
39,74
137,27
SS.7 Meningkatnya kemantapan jalan nasional
a. Tingkat kemantapan jalan nasional 86,00
89,36
103,90
SS.8 Meningkatnya kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur permukiman
a. Tingkat kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur permukiman
77,00
74,71
97,02
SS.9 Meningkatnya penyediaan dan pembiayaan perumahan
a. Tingkat pemenuhan perumahan yang layak huni bagi rumah tangga berpenghasilan rendah
84,00
83,73
99,67
SS.10  Meningkatnya pengendalian dan pengawasan pelaksanaan kebijakan dan rencana program dan anggaran pembangunan bidang PUPR
a. Tingkat pengendalian pelaksanaan program dan anggaran pembangunan bidang PUPR
51,00
86,64
169,89
SS.11  Meningkatnya kapasitas dan kualitas konstruksi nasional a. Tingkat pengendalian pelaksanaan konstruksi nasional
75,00
80,87
107,82
INTERNAL PROCESS 68,85
76,43 111,01
Sumber: Hasil Perhitungan Tim Penyusun, 2015
IV-13
Penjelasan capaian masing-masing sasaran strategis tersebut di atas adalah sebagai berikut:
4.1.2.1 Meningkatnya Keterpaduan Perencanaan, Pemrograman, dan Penganggaran
Ta rget tahu
u tuk ti gkat keterpadua  pere a aa  de ga  pelaksa aa   de iasi  dala
kawasa , a tar kawasa  da  a tar WP“ adalah   , seda gka   apaia  ki erja ya adalah  0, . Capaia  terse ut  erupaka  agregat dari seluruh hasil pe ilaia  dari   WP“ da  a tar WP“.
“e e tara  itu,  target  tahu u tuk  ti gkat  si kro isasi  progra   waktu,  fu gsi,  lokasi,
esara  disparitas ke utuha  de ga  pe rogra a  adalah 7  , seda gka   apaia  ki erja ya
adalah  0,  . Capaia   0,   i i  erupaka  agregat dari seluruh hasil pe ilaia  dari   WP“ da  a tar WP“.
Tabel IV.12. Capaian Keterpaduan Perencanaan, Pemrograman, dan Penganggaran No
Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
Kinerja
1 Tingkat keterpaduan kebijakan,
perencanaan, pemrograman terhadap penganggaran pembangunan bidang PUPR
80,00 80,00
100,00
Pe gu gkit ke erhasila  pe apaia  sasara  strategis  e i gkat ya keterpadua  pere a aa , pe rogra a ,  da   pe ga ggara   a tara  lai :    Pere a aa ,  pe rogra a   da   o itori g
e luasi  serta  pe eria   reko e dasi  per aika   pelaksa aa   keterpadua   pe
a gu a i frastruktur PUP‘ de ga  pe ge
a ga  wilayah  erada di  awah kewe a ga  Ke e teria PUP‘  elalui BPIW;   Ke e teria  PUP‘  erupaka  pe a ggu g jawa   ack one pada setiap
kawasa   wilayah  aik  jala   aupu   su gai ;    Pere a aa   pe ge a ga   wilayah  ya g
aplikatif  da   diprogra ka   u tuk  dilaks aka   sa gat  diperluka ;  da “ektor  lai
Ke e teria Le aga  lai   ulai  ter uka  u tuk  e ya paika   duku ga   ya g  diperluka
serta kooperatif u tuk  erkoordi asi. Perhitu ga  ti gkat keterpadua  pere a aa , pe rogra a , da  pe ga ggara  per WP“ dapat
dilihat pada ta el  erikut.
Tabel IV.13. Perhitungan Keterpaduan Perencanaan, Pemrograman dan Penganggaran
No WPS
Total Keterpaduan
Perencanaan
Total Keterpaduan
Program Keterangan
1 WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Metro
Medan-Tebing Tinggi-Dumai- Pekanbaru 88
86 Total keterpaduan
perencanaan dihitung dari:
1.  Keterpaduan perencanaan
strategis; 2.  Keterpaduan
perencanaan 2
WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Sabang- Banda Aceh- Langsa
75 77
3 WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Batam-
Tanjung Pinang 87
89 4
WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Sibolga- Paadang
– Bengkulu 80
86
IV-14
No WPS
Total Keterpaduan
Perencanaan
Total Keterpaduan
Program Keterangan
5 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang
Berkembang Jambi- Palembang- Bangka Belitung
78 81,6
pengembangan kawasan
Total keterpaduan program dihitung dari:
1.  Keterpaduan program jangka
panjang; 2.  Keterpaduan
program jangka pendek dan
tahunan 6
WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Merak- Bakauheni- Bnadar Lampung- Palembang-
Tanjung Api-api 86
88 7
WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Jakarta - Bogor - Ciawi - Sukabumi
86 75
8 WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Jakarta -
Bandung - Cirebon - Semarang 89
87 9
WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Tanjung Lesung - Sukabumi -
Pangandaran - Cilacap 77
78 10
WPS Pusat Pertumbuhan Terpady Yogyakarta - Solo - Semarang
88 80
11 WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Semarang
- Surabaya 87
88 12
WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Yogyakarta
– Prigi – Blitar - Malang
74 76
13 WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Malang
– Surabaya
– Bangkalan 88
87 14
WPS Konektivitas Keseimbangan Pertumbuhan Surabaya
– Pasuruan - Banyuwangi
88 88
15 WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Gilimanuk
– Denpasar - PadangBay 88
88 16
WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Lombok
73 73
17 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang
Berkembang Sumbawa 76
74 18
WPS Pertumbuhan Baru Waingapu –
Manado- Labuan Bajo- Ende 73
74 19
WPS Pertumbuhan Baru Kupang – Atambua
72 73
20 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang
Berkembang Ketapang – Pontianak –
Singkawang - Sambas 74
74 21
WPS Pertumbuhan Baru Temajuk Sebatik 73
69 22
WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Palangkaraya
– Banjarmasin - Batulicin
75 75
23 WPS Pusat Pertumbuhan erpadu Balikpapan
– Samarinda – Maloy 88
85 24
WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Manado
– Bitung – Amorang – Lolak - Kotamobagu
88 88
25 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang
Berkembang Gorontalo – Bolaang
Mongondow 86
86
IV-15
No WPS
Total Keterpaduan
Perencanaan
Total Keterpaduan
Program Keterangan
26 WPS Pertumbuhan Baru Palu
– Banggai 69
73 27
WPS Pertumbuhan Mamuju – Mamasa –
Toraja – Kendari – Buton – Wakatobi
67 67
28 WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Makassar
– Pare-Pare – Mamuju 85
88 29
WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ternate
– Sofifi – Morotai 77
77 30
WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ambon
– Masohi 77
77 31
WPS Pertumbuhan Baru  Sorong –
Manokwari 73
73 32
WPS Pertumbuhan Baru  Manokwari –
Bintuni 73
73 33
WPS Pertumbuhan Baru Nabire – Enarotali –
Ilaga – Timika – Wamena
66 66
34 WPS Pertumbuhan Baru Jayapura
– Merauke 75
75 35
WPS Pulau pulau terluar 66
66
4.1.2.2 Meningkatnya Ketahanan Air
Sasaran strategis Meningkatnya Ketahanan Air diukur oleh indikator kinerja Tingkat Dukungan Ketahanan Air Nasional dengan tingkat capaian sebesar 39,74 dari target yang ditetapkan yaitu
28,95. Capaian kinerja indikator tersebut adalah 137.
Tabel IV.14. Capaian Ketahanan Air No
Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
Kinerja
1 Tingkat ketahanan air
28,95 39,74
137,27
Indikator kinerja Tingkat Dukungan Ketahanan Air Nasional diukur dari rata-rata capaian outcome yang dihasilkan outcome based, yang meliputi: 1  Meningkatnya layanan sarana dan prasarana
penyediaan  air  baku;  2  Meningkatnya  kapasitas  tamping  sumber-sumber  air;  dan  3 Meningkatnya  kapasitas  pengendalian  daya  rusak  air.  Capaian  outcome  tersebut  dijabarkan
sebagai berikut:
IV-16
Tabel IV.15. Outcome Pendukung Capaian Ketahanan Air No
OutcomeIndikator Kinerja Baseline 2014
Capaian 2015 Persentase
1 Pemenuhan kebutuhan air baku untuk
kehidupan sehari-hari 51,44 m
3
det 8,74 m
3
det 70,70
2 Peningkatan kapasitas tampung sumber air
12.679 juta m
3
1.025 juta m
3
2,67
3 Peningkatan layanan infrastruktur
pengendali daya rusak air 36.199 Ha
69.725 Ha 45,84
1
Pemenuhan kebutuhan air baku untuk kehidupan sehari-hari Pendayagunaan  sumber  daya  air  untuk  pemenuhan  kebutuhan  air  baku  diprioritaskan  pada
pemenuhan  kebutuhan  pokok  rumah  tangga  terutama  di  wilayah  rawandefisit  air,  wilayah tertinggal, dan wilayah strategis.
Kementerian PUPR melalui Ditjen Sumber Daya Air turut berperan dalam mendukung pencapaian target MDG s  yaitu pe i gkata   akses  ru ah ta gga terhadap  su
er air  i u   layak pada tahun 2015 sebesar 68,87. Selama periode 2010-2014 telah terbangun prasarana dan sarana
air baku untuk kehidupan sehari-hari dengan kapasitas mencapai 51,44 m
3
det serta tahun 2015 ini terdapat capaian 8,74 m
3
det atau telah mencapai 70,70.
2
Peningkatan kapasitas tampung sumber air Indonesia memiliki total potensi air sebesar 3,9 triliun m
3
, namun hingga tahun 2014 baru ± 12 milyar m
3
atau 50 m
3
per kapita yang dapat dikelola melalui reservoir. Kapasitas tampung air yang ada saat ini dapat mengairi jaringan irigasi waduk sebanyak 960 ribu hektar 11. Namun belum
dapat mengantisipasi kekritisan air ke depan. Hingga tahun 2015, seluruh target tercapai meliputi pemenuhan  target  pembangunan  waduk  sebanyak  16  buah,  penyelesaian  pembangunan
embung  sebanyak  364  buah,  rehabilitasi  waduk  6  buah,  rehabilitasi  embungsitubangunan penampung air sebanyak 64 buah, serta revitalisasi danau sebanyak 15 danau.
3
Peningkatan layanan infrastruktur pengendali daya rusak air Pengendalian  daya  rusak  air  terutama  dalam  hal  penanggulangan  banjir  mengutamakan
pendekatan  non-konstruksi  melalui  konservasi  sumberdaya  air  dan  pengelolaan  daerah  aliran sungai  dengan  memperhatikan  keterpaduan  dengan  tata  ruang  wilayah,  diutamakan  pada
daerah berpenduduk padat, konektivitas antar pusat ekonomi dan kawasan strategis mendukung MP3EI.
IV-17
Dalam  rangka  pengendalian  daya  rusak  air,  pada  tahun  2015  ini  telah  dilakukan  upaya perlindungan terhadap kawasan yang berpotensi terkena dampak banjir melalui pembangunan
sarana dan prasarana pengendali banjir sepanjang 305 km serta rehabilitasi sepanjang 136 km, pembangunan sarana prasarana pengendali laharsedimen sebanyak 52 buah serta rehabilitasi
21  buah,  dan  pembangunan  sarana  dan  prasarana  pengaman  pantai  sepanjang  67  km. Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air dengan nilai capaian sangat baik.
Target yang telah ditetapkan dapat dilampaui.
4.1.2.3 Meningkatnya Kemantapan Jalan Nasional
Sasaran  strategis  Meningkatnya  Kemantapan  Jalan  Nasional  diukur  dengan  indikator  kinerja Tingkat Kemantapan Jalan Nasional. Pencapaian sasaran strategis tersebut didukung oleh sasaran
program yaitu Meningkatnya Pelayanan Jalan Nasional dengan indikator kinerja program Tingkat Penggunaan  Jalan  Nasional  menjadi  133  milyar  kendaraan  km.  Sasaran  program  tersebut
didukung  melalui  output  pemeliharaan  jalan  rutin  dan  berkalarehabilitasi;  pemeliharaan jembatan rutin dan berkalarehabilitasi; rekonstruksi jalan; penggantian jembatan.
Tabel IV.16. Capaian Kemantapan Jalan Nasional No
Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
Kinerja
1 Tingkat kemantapan jalan nasional
86,00 89,36
103,90
Sasaran  strategis  tersebut  didukung  oleh  sasaran  program  Meningkatnya  Pelayanan  Jalan Nasional dengan capaian indikator kinerja program tingkat penggunaan jalan nasional sebanyak
102  milyar  kendaraan  km  sesuai  dengan  target  tahun  2015  yang  telah  melebihi  target  yang ditetapkan  yaitu  101  milyar  kendaraan  km.  Capaian  tersebut  diukur  melalui  survei  yang  telah
dijelaskan di Bab 2. Adapun capaian output yang mendukung adalah sebagai berikut:
Tabel IV.17. Outcome Pendukung Capaian Kemantapan Jalan Nasional No
Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
Kinerja
1 Panjang jalan yang mendapat pemeliharaan rutin
km 32.246
32.437 101
2 Panjang jembatan yang mendapat pemeliharaan rutin
m 324.932
333.215 103
3 Panjang jalan yang mendapat pemeliharaan
berkalarehabilitasi km
939 984
105 4
Panjang jembatan yang mendapat pemeliharaan berkalarehabilitasi
m 16.227
21.206 131
IV-18
No Indikator Kinerja
Satuan Target
Realisasi Kinerja
5 Panjang jalan yang mendapat rekonstruksipeningkatan
struktur km
1.862 2.016
108 6
Panjang jembatan yang mendapat penggantian m
9.350 8.084
86
Perwujudan  output-output  tersebut  di  atas  memerlukan  mekanisme  pengendalian  yang menyeluruh  mulai  dari  tahap  perencanaan  umum,  perencanaan  teknis,  pelaksanaan  maupun
pengawasan dari paket-paket pekerjaan yang jumlahnya sangat banyak, tersebar di seluruh ruas jalan Nasional di seluruh provinsi di Indonesia. Mekanisme pengendalian tersebut dibantu oleh
2  dua  perangkat  lunak  yaitu  IRMS  Interurban  Road  Management  System  dan  RAMS  Road Asset Management System.
Preservasi jalan bertujuan untuk memastikan dukungan jalan terhadap kegiatan pembangunan tetap terjamin dan kondisi jalan dalam kondisi mantap. Jalan nasional telah berada pada level
kemantapan 94. Kondisi ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan sehingga kondisi kemantapan jalan nasional  dapat  mencapai  angka  98.  Kondisi  jalan  yang  mantap  akan  berpengaruh  pada
kualitas  perjalanan,  kenyamanan  berkendara,  dan  kecepatan  tempuh  yang  dicapai  saat berkendara.
4.1.2.4 Meningkatnya Kualitas dan Cakupan Pelayanan Infrastruktur Permukiman
Sasaran  strategis  Meningkatnya  Kualitas  dan  Cakupan  Pelayanan  Infrastruktur  Permukiman diukur dari perhitungan hasil sasaran program outcome based, di antaranya: 1 Meningkatnya
kontribusi  terhadap  pemenuhan  kebutuhan  air  minum  bagi  masyarakat;  2  Meningkatnya kontribusi  terhadap  pemenuhan  kebutuhan  hunian  dan  permukiman  yang  layak;  3
Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat.
Tabel IV.18. Capaian Kualitas dan Cakupan Pelayanan Infrastruktur Permukiman No
Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
Kinerja
1 Tingkat kualitas dan cakupan
pelayanan infrastruktur permukiman 77,00
74,71 97,02
Sasaran strategis tersebut tidak dapat terpenuhi karena tidak tercapainya  outcome pendukung antara  lain  akses  air  minum,  akses  sanitasi,  dan  permukiman  kumuh.  Rincian  perhitungan
outcome pendukung sasaran strategis adalah sebagai berikut:
IV-19
Tabel IV.19. Outcome Pendukung Capaian Kualitas dan Cakupan Pelayanan Infrastruktur Permukiman No
Sasaran StrategisProgram
Indikator Kinerja Baseline
Target Realisasi
Ket
1 Meningkatnya kualitas
dan cakupan pelayanan infrastruktur permukiman
Tingkat kualitas dan cakupan pelayanan
infrastruktur permukiman
- 77
74,71 Rata-rata
sasaran program
a. Meningkatnya kontribusi terhadap
pemenuhan kebutuhan air minum bagi
masyarakat Persentase peningkatan
cakupan pelayanan akses air minum
68,11 76
70,31 -
b. Meningkatnya kontribusi terhadap
pemenuhan kebutuhan hunian dan
permukiman yang layak Persentase penurunan
luasan permukiman kumuh perkotaan
10 2
0,82 Baseline
permukiman layak tidak
kumuh adalah 90
c.  Meningkatnya kontribusi terhadap
pemenuhan akses sanitasi bagi
masyarakat Persentase peningkatan
cakupan pelayanan akses sanitasi
61,06 64
63,00 -
1
Peningkatan cakupan pelayanan akses air minum Kinerja  sasaran  ini  digambarkan  melalui  indikator  meningkatnya  cakupan  pelayanan  akses  air
minum. Pada tahun 2015, untuk mencapai target 76, perlu peningkatan 7,89 sementara telah terealisasi  sebanyak  7.349  literdetik  atau  setara  dengan  2,205  cakupan  pelayanan  akses  air
minum.  Angka  realisasi  2,205  ini  merupakan  total  target  kapasitas  SPAM  terbangun  baik diperkotaan  maupun  di  perdesaan  berdasarkan  perhitungan  full  capacity  SPAM  terbangun.
Meningkatnya realisasi cakupan pelayanan akses air minum karena adanya revisi APBN sehingga menambah kapasitas terbangun pada jaringan SPAM MBR, SPAM IKK, dan SPAM pada kawasan
khusus. Dalam  mencapai  peningkatan  7,89,  telah  dilakukan  pembangunan  di  237  IKK,  1.449  desa
Pamsimas, 617 kawasan SPAM terfasilitasi, 246 kawasan SPAM Non-PDAM terfasiltiasi serta 246 kawasan khusus dengan kinerja fisik sebesar 93,49.
IV-20 2
Penurunan luasan permukiman kumuh perkotaan Kinerja  sasaran  Meningkatnya  kontribusi  terhadap  pemenuhan  kebutuhan  hunian  dan
per uki a  layak diga arka   elalui i dikator ki erja  pe uru a  luasa  per uki a  ku uh
perkotaa  de ga  target di tahu se esar 2. Pada tahun 2015, realisasi kinerja sasaran
ini adalah 0,82 atau setara dengan 3.140 Ha. Berdasarkan  baseline  luasan  kawasan  kumuh  tahun  2014  sebesar  38.143  Ha,  dan  dengan
terealisasinya  penurunan  luasan  kawasan  kumuh  Tahun  2015  sebesar  3.140  Ha,  maka  luasan kawasan kumuh yang belum tertangani hingga tahun 2015 adalah sebesar 35.003 Ha. Realisasi
3.140 Ha merupakan kontribusi langsung dari APBN. Jika realisasi ini disandingkan dengan target Renstra, maka masih terdapat selisih sebesar 1,18 yang diharapkan dapat terpenuhi dari APBD,
Swasta dan Masyarakat.
3
Peningkatan cakupan pelayanan akses sanitasi Pencapaian  kinerja  Sasaran  Meningkatnya  kontribusi  terhadap  pemenuhan  akses  sanitasi  bagi
asyarakat,  diga arka   de ga   i dikator  ki erja  pe i gkata   akupan  pelayanan  akses
sa itasi . U tuk  encapai target tahun 2015 sebesar 64, perlu ditingkatkan 2,94 dari baseline 61,06. Pada tahun 2015, realisasi kinerja sasaran ini adalah 1,94 dengan rincian sebesar 0,21
untuk air limbah dan 1,73 untuk persampahan atau setara dengan 4.955.956 Jiwa. Pelaksanaan kinerja sasaran ini dilakukan melalui pembangunan  sistem pengolahan air limbah
skala regional, sistem pengolahan drainase perkotaan, penanganan persampahan skala regional, sistem  penanganan  persampahan  skala  kota,  sistem  pengolahan  air  limbah  skala  kota,  sistem
pengolahan air limbah skala kawasan, sistem pengolahan air limbah khusus, sistem penanganan persampahan skala kawasan, dan sistem penanganan persampahan khusus.
IV-21
4.1.2.5 Meningkatnya Penyediaan dan Pembiayaan Perumahan
Sasaran  strategis  Meningkatnya  Penyediaan  dan  Pembiayaan  Perumahan  diukur  dengan indikator  kinerja  Tingkat  Pemenuhan  Perumahan  yang  Layak  Huni  bagi  Rumah  Tangga
Berpenghasilan Rendah. Pencapaian sasaran strategis tersebut didukung oleh dua program yaitu Program Pengembangan Perumahan yang dilaksanakan oleh Ditjen Penyediaan Perumahan dan
Program Pengembangan Pembiayaan Perumahan oleh Ditjen Pembiayaan Perumahan. Program Pengembangan  Perumahan  diukur  melalui  capaian  satu  sasaran  program  yaitu  menurunnya
kekurangan  tempat  tinggal  backlog  dan  menurunnya  rumah  tidak  layak  huni.  Sementara Program  Pembiayaan  Perumahan  diukur  melalui  capaian  dua  sasaran  program  yaitu
meningkatnya  rumah  tangga  masyarakat  berpenghasilan  rendah  yang  menghuni  rumah  layak melalui bantuan fasilitas pendanaan dan pembiayaan perumahan serta menurunnya kekurangan
tempat tinggal backlog melalui bantuan pendanaan dan pembiayaan perumahan.
Tabel IV.20. Capaian Penyediaan dan Pembiayan Perumahan No
Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
Kinerja
1 Tingkat pemenuhan perumahan yang
layak huni bagi rumah tangga berpenghasilan rendah
84,00 83,72
99,67
Capaian  tersebut  di  atas  diperoleh  melalui  perhitungan  outcome  yang  mendukung  outcome based dengan skenario sebagai berikut:
Tabel IV.21. Outcome Pendukung Capaian Penyediaan dan Pembiayan Perumahan
SASARAN INDIKATOR KINERJA
SATUAN BASELINE
2014 TARGET 2015
REALISASI 2015
SASARAN STRATEGIS
Tingkat penyediaan perumahan yang layak huni bagi rumah tangga berpenghasilan rendah
- 83,81
83,72
Pengukuran Capaian Kinerja: Rumah Layak yang TersediaKebutuhan Rumah
Kebutuhan Rumah
66.000.000 66.000.000
66.000.000 Rumah Layak
yang Tersedia 55.085.000
55.312.820 55.260.944
Total Output strategis
227.820 175.944
OUTPUT STRATEGIS
Rumah layak huni bagi rumah tangga MBR yang disediakan melalui belanja APBN
Rumah Ditjen
Penyediaan Perumahan
97.820 99.455
Rumah layak huni bagi rumah tangga MBR yang disediakan melalui pembiayaan lainnya
Rumah Direktorat
Jenderal Pembiayaan
130.000 76.489
IV-22
Target  sebesar  83,81  terdiri  atas  kinerja  Direktorat  Jenderal  Penyediaan  Perumahan  dengan Direktorat  Jenderal  Pembiayaan  Perumahan  dengan  capaian  sebesar  83,72.  Target  output
strategis tahun 2015 adalah 227.820 unit sedangkan capaiannya adalah 175.944 unit yang terdiri dari 99.455 unit rumah layak huni bagi rumah tangga MBR yang disediakan melalui belanja APBN
dan 76.489 unit yang disediakan melalui pembiayaan lainnya. Capaian rumah layak huni bagi rumah tangga MBR yang disediakan melalui belanja APBN yang
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan adalah sebagai berikut:
Tabel IV.22. Capaian Rumah Layak Huni Bagi MBR Melalui Belanja APBN
No Jenis Rumah
Rencana Realisasi
Penurunan Backlog
1. Rumah Khusus 7.320 Unit
6.713 Unit 91,71
2. Rumah Susun 20.500 Unit
10.497 Unit 51,20
3. Rumah Swadaya PB 20.000 Unit
20.756 Unit 103,78
Sub Total 47.820 Unit
37.966 Unit 79,39
Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak Huni
Rumah Swadaya PK 50.000 Unit
61.489 Unit 122,98
Total 97.820 Unit
99.455 Unit
101,67
Selain  itu,  pembangunan  rumah  layak  huni  bagi  rumah  tangga  MBR  dilakukan  dengan  skema pembiayaan lainnya yaitu melalui penyaluran Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan FLPP
untuk  memenuhi  kebutuhan  sub  bidang  perumahan  dan  kawasan  permukiman  dalam  RPJMN 2015-2019 sebesar 5.900.000 unit untuk 5,9 juta rumah tangga. Fasilitas Likuiditas Pembiayaan
Perumahan  FLPP  adalah  mekanisme  bantuan  pembiayaan  perumahan  untuk  Masyarakat Berpenghasilan Rendah MBR melalui penyediaan dana murah jangka panjang yang berasal dari
APBN yang dipadukan dengan dana bank penerbit KPR dengan menggunakan metode blanded financing sebagai pokok kredit.
FLPP merupakan terobosan dalam pembiayaan perumahan yang telah dikembangkan oleh sejak tahun 2010 berupa Kredit Pemilikan Rumah KPR dengan suku bunga rendah dan besarnya tetap
selama masa angsuran KPR. Saat ini, pengelolaan FLPP dilaksanakan oleh Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan BLU-P2DPP melalui lembaga perbankan.
Untuk tahun 2015, proporsi pembiayaannya adalah 90 dari dana APBN melalui BA. 999 dan 10 dana  dari  Bank  Pelaksana.  Penyaluran  dana  FLPP  tahun  2015  terealisasi  sebesar  6,05  T  untuk
76.489  unit  rumah  yang  dibayarkan  melalui  alokasi  dana  BA.  999  sebesar  5,1  T  serta  dana pengembalian pokok pinjaman dana bergulir sebesar 985 Miliar.
IV-23
4.1.2.6 Meningkatnya Pengendalian dan Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan dan Rencana
Program dan Anggaran Pembangunan Bidang PUPR
Sasaran  strategis  Meningkatnya  Pengendalian  dan  Pengawasan  Pelaksanaan  Kebijakan  dan Rencana  Program  dan  Anggaran  Pembangunan  Bidang  PUPR  diukur  dengan  indikator  kinerja
Tingkat Pengendalian Pelaksanaan Program dan Anggaran Pembangunan Bidang PUPR.
Tabel IV.23. Capaian Pengendalian Pelaksanaan Program dan Anggaran No
Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
Kinerja
1 Tingkat pengendalian pelaksanaan
program dan anggaran pembangunan bidang PUPR
51,00 86,64
169,89
Sasaran  strategis  tersebut  didukung  oleh  sasaran  program  Meningkatnya  kualitas pertanggungjawaban  pengelolaan  keuangan  negara  serta  ketaatan,  efisiensi,  dan  efektivitas
pelaksanaan tugas dan fungsi aparatur Kementerian PUPR dengan 3 indikator kinerja program yaitu:  1  Level  Internal  Audit  Capability  Model  IACM;  2  Persentase  rekomendasi  hasil
pengawasan  yang  ditindaklanjuti  dan  tuntas  serta  tepat  waktu;  3  Persentase  jumlah  unit kerjasatker yang bersih dari penyimpangan materiil.
Tabel IV.24. Outcome Pendukung Capaian Pengendalian Pelaksanaan Program dan Anggaran No
Sasaran Program Target 2015
Capaian 2015
1 Meningkatnya kualitas pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan negara serta ketaatan, efisiensi, dan efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi aparatur Kementerian PUPR
a. Level Internal Audit Capability Model IACM Level 2
Level 2 100 b. Persentase rekomendasi hasil pengawasan yang
ditindaklanjuti dan tuntas serta tepat waktu 70
83,03 c. Persentase jumlah unit kerjasatker yang bersih dari
penyimpangan materiil 60
90,26
1
Level Internal Audit Capability Model IACM
Pada tahun anggaran 2015, Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat  melakukan  inventarisasi  dan  self
–  assesment  terhadap  IACM  level  2  dalam  rangka persiapan untuk peningkatan IACM ke level 3. Tim khusus telah dibentuk langsung oleh Inspektur
Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang terdiri dari 7 tujuh sub tim yaitu  pejabat  struktural,  jabatan  fungsional  umum,  dan  jabatan  fungsional  tertentu  yang
disesuaikan dengan Key Performance Area Internal Audit Capability Model. Tim khusus ini akan bekerja  dalam  mempersiapkan  Inspektorat  Jenderal  Kementerian PUPR mencapai target  akhir
yaitu IACM level 3.
IV-24
IACM  menyediakan  alat  bagi  Kementerian  yang  dapat  digunakan  untuk:  1  Menentukan pemenuhan  kegiatan  pengawasan  intern  sesuai  dengan  sifat,  kompleksitas,  dan  risiko  yang
terkait  operasinya;  serta  2  Menilai  kapabilitas  pengawasan  intern  yang  dimiliki  terhadap kapabilitas yang seharusnya dipenuhi.
2
Prosentase  Rekomendasi  Hasil  Pengawasan  yang  ditindak  lanjuti  dan  tuntas  serta  tepat waktu.
Pada  tahun  anggaran  2015,  target  penuntasan  temuan  Laporan  Hasil  Pemeriksaan  LHP  yang diselesaikan dalam waktu 60 enam puluh hari sebesar 70. Realisasi terhadap target selama
tahun 2015  untuk  Indikator Kinerja Utama ini rata – rata mencapai 74,47 terhadap target 70.
Jika pencapaian per triwulan diperbandingkan maka secara umum telah mencapai target. Khusus untuk triwulan kedua, evaluasi kinerja untuk triwulan kedua tahun 2015 tidak dapat dilakukan
karena  pelaksanaan  kegiatan  program  kerja  audit  tahunan  pada  tahun  anggaran  2015 dilaksanakan  pada  akhir  triwulan  kedua  terkait  padatnya  kegiatan  Inspektorat  Jenderal  di
triwulan I, yaitu Kegiatan Reviu Revisi RKA KL terkait re-organisasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kegiatan Reviu Laporan Keuangan Kementerian Pekerjaan Umum tahun
2014, dan Reviu LKIP 2014 Kementerian Pekerjaan Umum.
3
Prosentase jumlah unit kerjasatker yang bersih dari penyimpangan materiil. Target Prosentase Jumlah Unit KerjaSatker yang bersih dari penyimpangan  materiil pada tahun
anggaran 2015 sebesar 60 dengan realisasi penurunan yang memiliki tren yang meningkat dari triwulan I sampai dengan triwulan III, dengan rata
– rata realisasi sebesar 90.26 terhadap target 60.  Namun  pada  triwulan  IV  mengalami  penurunan  sebesar  61.73  walaupun  masih  diatas
target. Hal ini menjadi tantangan untuk tahun – tahun mendatang bagi tugas pembinaan yang
dilakukan  Inspektorat  Jenderal  Kementerian  Pekerjaan  Umum  dan  Perumahan  Rakyat  dalam membina  para  auditi  sehingga  jumlah  auditi  yang  bersih  dari  penyimpangan  materiil  semakin
meningkat seiring dengan pembinaan yang secara intensif dilakukan. Oleh karena itu program dan kegiatan sosialisasi dan pembinaan yang lebih intensif terhadap seluruh Satuan Kerja agar
para Kepala Satuan Kerja menjadi lebih tertib dan bersih dari penyimpangan.
IV-25
Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam rangka peningkatan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan kebijakan dan rencana program dan anggaran pembangunan bidang
PUPR, antara lain: a.  Mengefektifkan pengawasan melalui pendampingan penerapan Peraturan Pemerintah
RI No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah SPIP, Peraturan Menteri  No.  603PRTM2005  tentang  Pedoman  Umum  Sistem  Pengendalian
Manajemen  dan  No.  604PRTM2005  tentang  Pedoman  Pelaksanaan  Pemeriksaan pada Pemilihan Penyedia Jasa Pengadaan BarangJasa di lingkungan Kementerian PUPR;
b.  Meningkatkan  apresiasi  dan  evaluasi  atas  pemahaman  good  governance  dan  good corporate governance kepada para pejabat dan penyedia jasa di lingkungan Kementerian
PUPR; c.
Meningkatkan  koordinasi  dengan  aparat  pengawasan  fungsional  lainnya  BPKP  dan Inspektorat ProvinsiKabupatenKota untuk menghindari pemeriksaan yang berulang-
ulang dalam satu obrik; d.  Menindaklanjuti  Laporan  Hasil  Pemeriksaan  baik  yang  dilakukan  oleh  Inspektorat
Jenderal, BPKP maupun BPK-RI dengan memberikan sanksi sesuai surat edaran Menteri PU No. 01SEM2005 dengan melakukan koordinasi yang intens dan teratur;
e.  Pemanfaatan  tenaga  fungsional  dan  kerjasama  dengan  Litbang  dalam  rangka pemeriksaan keteknikanpengujian mutu konstruksi;
f. Mendukung peningkatan kapabilitas APIP Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan
Umum  dan  Perumahan  Rakyat  dengan  implementasi  6  enam  Key  Performance  Area IACM untuk peningkatan ke level 3 seiring dengan hal tersebut kualitas dan kinerja audit
juga akan mengalami peningkatan; g.  Membangun  Whistle  Blowing  System  WBS,  untuk  mencegah  dan  melakukan  deteksi
dini  dalam  proses  pengadaan  barang  dan  jasa  di  lingkungan  Kementerian  Pekerjaan Umum  dan  Perumahan  Rakyat  diperlukan  peran  serta  pegawai  secara  aktif  untuk
menjadi pelapor pelanggaran whistleblower melalui whistle blowing system. h.  Pembentukan  Unit  Pengendali  Gratifikasi  sebagai  upaya  pengendalian  gratifikasi  di
Kementerian  Pekerjaan  Umum  dan  Perumahan  Rakyat  Keberadaan  UPG  akan memudahkan  kementerian  guna  melaporkan  adanya  gratifikasi  kepada  komisi  anti
korupsi. Berdasarkan laporan sampai dengan Desember 2015 tidak terdapat pengaduan terkait dengan gratifikasi, terbukti dengan tidak terisinya drop box pelaporan gratifikasi.
Hal ini memerlukan sosialisasi lebih lanjut agar pegawai lebih memahami dan peduli akan pentingnya pencegahan korupsi.
IV-26
i. Pembentukan  zona  Integritas  dalam  rangka  Pembangunan  Zona  Integritas  Menuju
Wilayah Bebas dari Korupsi. j.
Dalam melaksanakan Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan  Umum  dan  Perumahan  Rakyat,  Inspektorat  Jenderal  melakukan  evaluasi
pelaksanaan reformasi birokrasi. k.  Dalam  pelaksanaan  reformasi  birokrasi  Inspektorat  Jenderal  melakukan  penguatan
pengawasan. l.
Inspektorat  Jenderal  selaku  APIP  telah  melaksanakan  sosialisasi  dan  monitoring kepatuhan penyampaian LHKASN; berkoordinasi dengan unit kepegawaian atau unit lain
yang  ditunjuk  menjadi  koordinator  LHKASN;  melakukan  verifikasi  atas  kewajaran LHKASN;  melakukan  klarifikasi  kepada  wajib  lapor;  melakukan  pemeriksaan  dengan
tujuan  tertentu;  dan  menyampaikan  laporan.  Inspektorat  Jenderal  telah  melakukan monitoring  dan  pendampingan  pengisian  LHKASN  ke  lingkungan  Inspektorat  Jenderal,
Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, DKI, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Lampung, Cirebon,  dan  Bali.  Memfasilitasi  FGD  Tata  Cara  Pengisian  dan  Penyampaian  LHKASN.
Sampai dengan tanggal 31 Desember 2015 jumlah ASN yang sudah membuat LHKASN berjumlah  13.742  pegawai  dan  akan  terus  diupayakan  agar  seluruh  pegawai  mengisi
LHKASN.
4.1.2.7 Meningkatnya Kapasitas dan Kualitas Konstruksi Nasional
Sasaran  strategis  Meningkatnya  Kapasitas  dan  Kualitas  Konstruksi  Nasional  diukur  dengan indikator  kinerja  Tingkat  Pengendalian  Pelaksanaan  Konstruksi  Nasional  yang  dihitung
berdasarkan  rata-rata  capaian  lima  indikator  kinerja  programnya,  yang  meliputi:  1  Rasio kapitalisasi konstruksi oleh investor nasional; 2 Tingkat BUJK yang berkualifikasi besar; 3 Tingkat
penerapan  manajemen  mutu  dan  tertib  penyelenggaraan  konstruksi;  4  Persentase  SDM konstruksi  yang  kompeten;  dan  5  Persentase  utilitas  produk  unggulan.  Adapun  ketercapaian
sasaran strategis tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel IV.25. Capaian Kapasitas dan Kualitas Konstruksi Nasional No
Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
Kinerja
1 Tingkat pengendalian pelaksanaan
konstruksi nasional 75,00
80,87 107,82
IV-27
Dapat dilihat pada tabel diatas mengenai capaian sasaran strategis Ditjen Bina Konstruksi dalam Renstra  Kementerian  PUPR  berdasarkan  pada  Tujuan  1  Kementerian  PUPR  yaitu
Menyelenggarakan  pembangunan  bidang  PUPR  yang  terpadu  dan  berkelanjutan  dalam mendukung keseimbangan pembangunan antardaerah, terutama di kawasan tertinggal, kawasan
perbatasan,  dan  kawasan  perdesaan,  dalam  kerangka  NKRI.  Target  capaian  yang  tertera  pada Renstra  Kementerian  PUPR  untuk  Program  Pembinaan  Konstruksi  dan  Fasilitasi  Pengusahaan
Infrastruktur  adalah  75.  Pada  tahun  2015  ini  realisasinya  dapat  melampaui  target  dengan capaian  sebesar  80,87.  Capaian  tersebut  berdasarkan  hasil  dari  meningkatnya  pengendalian
pelaksanaan konstruksi nasional dengan 5 indikator yang disebutkan pada tabel. Adapun rumus penghitungan realisasi sasaran strategis adalah sebagai berikut:
Realisasi = ∑ A
i
. X
i
Y
i i=
Keterangan: A
= Bobot X
= Realisasi outcome Jika Realisasi  Target, maka dianggap Realisasi = Target Y
= Target Realisasi =
5. +
5. +
5. , +
. +
5. , 5 =
,
Tabel IV.26. Outcome Pendukung Capaian Kapasitas dan Kualitas Konstruksi Nasional Sasaran Strategis
Indikator Target  Realisasi  Bobot
Realisasi Per Bobot
Meningkatnya Kapasitas dan
kualitas konstuksi nasional
1. Rasio kapitalisasi konstruksi oleh investor nasional
3 12,77
15 15
2. Tingkat BUJK yang berkualifikasi besar
18 32,37
15 15
3. Tingkat penerapan manajemen mutu dan tertib
penyelenggaraan konstruksi 8
4,13 15
7,74
4. Persentase SDM penyedia jasa konstruksi yang kompeten
2 2,8
40 40
5. Persentase utilitas produk unggulan
3 0,62
15 3,13
Total 100
80,87
IV-28 1
Meningkatnya Kapitalisasi Konstruksi oleh Investor Nasional �
Meningkatnya  kapitalisasi  konstruksi  oleh  investor nasional ditandai dengan indikator peningkatan rasio
kapitalisasi  konstruksi  oleh  investor  nasional. Peningkatan
tersebut dapat
dilihat melalui
peningkatan  pangsa  pasar  dalam  negeri  bagi kontraktor  nasional.  Berdasarkan  Badan  Pusat
Statistik  BPS  dalam  buku  Konstruksi  Dalam  Angka, pada tahun 2014 nilai investasi konstruksi di Indonesia adalah sebesar Rp 509 Triliun. Pada tahun
2015,  nilai  tersebut  meningkat  menjadi  sebesar  Rp  574  Triliun.  Nilai  peningkan  kapitalisasi konstruksi oleh investor nasional sebagai berikut:
β =
− Triliu
Triliu
× =
,
Tabel IV.27. Realisasi Capaian Komponen Outcome 1 Komponen
Manajemen Komponen
Kerjasama dan Pemberdayaan
Komponen Substansi Realisasi Target
Outcome 1
Dukungan Pelayanan
Teknis dan Administrasi
Pembinaan Jasa Konstruksi
Dukungan Kerja Sama dan Pemberdayaan
terhadap peningkatan kapitalisasi konstruksi
oleh Investor Nasional Pembinaan Investasi Infrastruktur:
-  Tersedianya pengaturan dan pembinaan investasi infrastruktur
-  Terlaksananya pemantauan dan evaluasi infrastruktur dan
pengelolaan risiko
12,77
2
Meningkatnya Persentase BUJK yang Berkualifikasi Besar Kinerja  BUJK  ditetapkan  berdasarkan  beberapa  indikator  keuangan  dan  proyek  yang  telah
disepakati. Meningkatnya persentase BUJK yang berkualifikasi besar didapat melalui persentase kenaikan BUJK menjadi berkualifikasi besar. Dari total BUJK Pelaksana kontraktor berkualifikasi
menengah  sebanyak  12.929,  telah  dipilih  sekitar  250  perusahaan  yang  dibina  oleh  Direktorat Jenderal Bina Konstruksi selama 5 lima tahun ke depan, sehingga akan terdapat 125 perusahaan
selama  5  lima  tahun  pelaksanaan  atau  terdapat  25  perusahaan  dalam  1  satu  tahun  yang meningkat kinerjanya yang dilihat dari peningkatan nilai konstruksi yang diselesaikan selama satu
tahun. Pada tahun 2015, terdapat 49 BUJK dengan subkualifikasi B1 menjadi subkualifikasi B2.
Peningkatan Rasio Kapitalisasi Konstruksi oleh Investor Nasional
Target : 1,5
Realisasi : 12,77
IV-29
Tabel IV.28. Realisasi Capaian Komponen Outcome 2 Komponen
Manajemen Komponen
Kerjasama dan Pemberdayaan
Komponen Substansi Realisasi Target
Outcome 2
Dukungan Pelayanan Teknis
dan Administrasi Pembinaan Jasa
Konstruksi Dukungan Kerja Sama
dan Pemberdayaan terhadap peningkatan
persentase BUJK yang berkualifikasi besar
Pembinaan Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa Konstruksi:
-  Tersedianya pengaturan pembinaan kelembagaan dan sumber daya jasa
konstruksi -  Terlaksananya pemantauan dan
evaluasi kelembagaan dan sumber daya jasa konstruksi
32,37
3
Meningkatnya Tertib Penyelenggaraan Konstruksi Meningkatnya tertib penyelenggaraan konstruksi ditandai dengan persentase kenaikan tingkat
tertib penyelenggaraan konstruksi. Indikator dari tertib penyelenggaraan konstruksi adalah mutu konstruksi, K3 dan administrasi kontrak.
Tabel IV.29. Realisasi Capaian Komponen Outcome 3 Komponen
Manajemen Komponen
Kerjasama dan Pemberdayaan
Komponen Substansi Realisasi Target
Outcome 3
Dukungan Pelayanan
Teknis dan Administrasi
Pembinaan Jasa Konstruksi
Dukungan Kerja Sama dan Pemberdayaan
terhadap peningkatan tertib
penyelenggaraan konstruksi
Pembinaan Penyelenggaraan Jasa Konstruksi:
-  Tersedianya pengaturan pembinaan penyelenggaraan konstruksi
-  Terlaksananya pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan konstruksi
4,13
IV-30 4
Meningkatnya SDM Penyedia Jasa Konstruksi Meningkatnya SDM Penyedia jasa Konstruksi ditandai dengan peningkatan persentase kenaikan
SDM penyedia jasa konstruksi yang kompeten. Berdasarkan data dari LPJKN dan Direktorat Bina Kompetensi  dan  Produktivitas  Konstruksi,  peningkatan  SDM  penyedia  jasa  konstruksi  berupa
jumlah  tenaga  ahli  bersertifikat,  jumlah  tenaga  terampil  bersertifikat,  jumlah  engineer penyetaraan  MRA  dan  jumlah  architect  penyetaraan  MRA  pada  tahun  2014  dan  tahun  2015
adalah sebagai berikut:
Tabel IV.30. Jumlah SDM Berkompeten Tahun 2014 dan 2015 Jenis SDM Konstruksi
Tahun 2014 Tahun 2015
Tenaga Ahli Bersertifikat 64.578
104.774 Tenaga Terampil Bersertifikat
101.669 138.593
Jumlah 166.247
243.367
Adapun data Sumber Daya Manusia Konstruksi pada tahun 2014 adalah 6.885.401 orang. Rasio yang diharapkan adalah 40 skilled labour dan 60 unskilled labour. Diharapkan jumlah skilled
labour pada tahun 2019 adalah sebagai berikut:
Target � � �  �� ��� = × . 5.
orang
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa total skilled labour pada tahun 2014 adalah 166.293 orang. Jumlah tersebut jika dibandingkan dengan target skilled labour adalah sebagai berikut:
� � �  �� ��� =
. orang
. 5 . orang ×
= ,
Selain itu, diketahui total skilled labour pada tahun 2015 adalah 243.815 orang yang terdiri dari tenaga ahli, tenaga terampil bersertifikat, engineer penyetaraan MRA, dan architect penyetaraan
MRA. Dengan demikian, diketahui persentase skilled labour pada tahun 2015 sebagai berikut:
Skilled Labour 2015 =
. ra g
. .
ra g
× = , 5
Maka didapatkan peningkatan SDM penyedia jasa konstruksi yang berkompeten adalah sebagai berikut:
∆ Tenaga Ahli Berkompeten = , 5 − ,  = ,
Sumber: Direktorat Bina Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi dan Balai Pelatihan Konstruksi 2015
IV-31
Tabel IV.31. Realisasi Capaian Komponen Outcome 4 Komponen
Manajemen Komponen
Kerjasama dan Pemberdayaan
Komponen Substansi Realisasi
Target Outcome 4
Dukungan Pelayanan
Teknis dan Administrasi
Pembinaan Jasa
Konstruksi Dukungan Kerja
Sama dan Pemberdayaan
terhadap persentase kenaikan SDM
penyedia jasa konstruksi yang
kompeten Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas
Konstruksi: -  Tersedianya pengaturan pembinaan
kompetensi dan produktivitas kerja konstruksi -  Terlaksananya pemantauan dan evaluasi
kompetensi dan produktivitas kerja konstruksi Kerja Sama dan Pemberdayaan:
-  Terlaksananya kerja sama dan pemberdayaan peningkatan kompetensi SDM konstruksi
2,8
5
Meningkatnya Utilitas Produk Unggulan Meningkatnya utilitas produk unggulan dapat dilihat melalui persentase kenaikan tingkat
utilitas produk unggulan. Berdasarkan data AP3I Asosiasi Perusahaan Pracetak dan Prategang Indonesia, pada tahun 2014 penggunaan beton pracetak adalah 24 juta m
3
atau sekitar 15 dari penggunaan beton pada proyek infrastruktur di Indonesia. Sementara, pada tahun 2015
penggunaan produk beton pracetak naik menjadi 25 juta m
3
.
Tabel IV.32. Realisasi Capaian Komponen Outcome 5 Komponen
Manajemen Komponen
Kerjasama dan Pemberdayaan
Komponen Substansi Realisasi Target
Outcome 5
Dukungan Pelayanan
Teknis dan Administrasi
Pembinaan Jasa
Konstruksi Dukungan Kerja
Sama dan Pemberdayaan
terhadap persentase
kenaikan tingkat utilitas produk
unggulan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas
Konstruksi: -  Tersedianya pengaturan pembinaan
kompetensi dan produktivitas kerja konstruksi -  Terlaksananya pemantauan dan evaluasi
kompetensi dan produktivitas kerja konstruksi Pembinaan Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa
Konstruksi: -  Tersedianya pengaturan pembinaan
kelembagaan dan sumber daya jasa konstruksi -  Terlaksananya pemantauan dan evaluasi
kelembagaan dan sumber daya jasa konstruksi
0,625
IV-32
4.1.3 Learning and Growth
Dari  perspektif  learning  and  growth  ditargetkan  mencapai  57,31  sementara  realisasinya melebihi  target  yaitu  76,96  atau  dengan  pencapaian  kinerja  sebesar  134,28.  Capaian  dari
perspektif tersebut didukung oleh tujuh sasaran strategis dengan rincian sebagai berikut:
Tabel IV.33. Capaian Kinerja dari Perspektif Learning and Growth No
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan  Target
Realisasi Kinerja
SS.12  Meningkatnya SDM yang kompeten dan berintegritas a. Prosentase sumber daya manusia yang kompeten dan
berintegritas 10,00
18,00
180,00
SS.13  Meningkatnya budaya organisasi yang berkinerja tinggi dan berintegritas Tingkat kinerja dan integritas Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat 72,25
95,66
132,40
SS.14  Meningkatnya inovasi teknis terapan bidang PUPR a. Tingkat penyediaan dan pemanfaatan hasil inovasi
teknis terapan bidang PUPR 67,00
85,49
127,59
SS.15  Meningkatnya pengelolaan regulasi dan layanan hukum, data dan informasi publik, serta sarana dan prasarana
a. Tingkat pengelolaan regulasi dan layanan hukum, data dan informasi publik, serta sarana dan prasarana
80,00
108,68
135,85
LEARNING AND GROWTH 57,31
76,96 134,28
Sumber: Hasil Perhitungan Tim Penyusun, 2015
IV-33
Penjelasan capaian masing-masing sasaran strategis tersebut di atas adalah sebagai berikut:
4.1.3.1 Meningkatnya SDM yang Kompeten dan Berintegritas
Pencapaian  Sasaran  Strategis  Meningkatnya  SDM  yang  kompeten  dan  berintegritas  diperoleh dari  output  penilaian  kompetensi  dan  pemantauan  kinerja  serta    kegiatan  penyelenggaraan
Pendidikan  dan  Pelatihan.  Pada  tahun  2015  penilaian  kompetensi  telah  dilakukan  melalui assesment center.
Pemilihan Metode  Assessment  Center untuk  melakukan  penilaian  kompetensi  pegawai  karena metode  tersebut  berbasis  kompetensi  dan  dapat  menilai  keterampilan,  pengetahuan,  dan
kemampuan individu yang dianggap kritikal bagi keberhasilan kinerja unggul. Selain itu, Metode Assessment Center telah teruji dan terbukti menunjukan tingkat validitas yang tertinggi dibanding
metoda penilaian lainnya. Karakteristik penilaian kompetensi melalui Metode Assessment Center adalah sebagai berikut :
•  Multi penilaian Multiple Assessments
Penilaian  harus  menggunakan  berbagai  teknik  termasuk  di  dalamnya  adalah:  tes, wawancara, kuesioner, dan simulasi-simulasi.
•  Simulasi
Teknik penilaian harus melibatkan sejumlah simulasi yang berhubungan dengan pekerjaan. Contoh simulasi adalah tugas kelompok, in-basket exercise, simulasi interaksi wawancara,
presentasi, pencarian fakta
•  Penilai Mutiple Assessor
Multi  assessor  harus  digunakan  untuk  mengamati  dan  mengevaluasi  peserta.  Pada  saat menyeleksi  penilai  sebaiknya  program  mempunyai  assessor  yang  bervariasi  dalam
demografi  misal  etnis,  usia,  gender  dan  pengalaman  tingkat  organisasi,  fungsi  dalam organisasi, manajer, psikolog.
Manfaat penilaian kompetensi melalui Metode Assessment Center adalah :
•  Seleksi – membantu organisasi mendapatkan individu yang tepat untuk setiap jabatan. •  Pengembangan karir – membantu memutuskan rencana karir individu.
•  Penilaian potensi – mengidentifikasi pegawai yang dapat menangani posisi lebih tinggi. •  Identifikasi  manajer  yang  berpotensi  lebih  tinggi  –  menyediakan  pool  karyawan  yang
mempunyai talenta manajerial dan multifungsional.
•  Rencana suksesi – mengidentifikasi individu-individu yang tepat untuk posisi penting seperti
Pejabat Eselon I – IV dan posisi manajerial lainnya.
•  Alokasi penugasan yang menantang – menunjukkan kekuatan dan kelemahan karyawan
sehingga membantu organisasi memilih calon yang bisa menangani penugasan menantang.
IV-34
Realisasi  sasaran  strategis  diperoleh  dari  hasil  assessment  center  terhadap  Pejabat  Struktural Eselon I sebanyak 49 orang, Eselon II sebanyak 245 orang,  Eselon III sebanyak 425 orang, Jabatan
Fungsional Umum sebanyak 1414 orang, CPNS Formasi 2014 sebanyak 184 orang, CPNS K I dan K II sebanyak 1.699 orang, Pegawai outsourcing sebanyak 145 orang, Pejabat Kasatker sebanyak
241 orang dan Pejabat Pembuat Komitmen sebanyak 757 orang dengan jumlah total sebanyak
5.159 orang sedangkan target ouput tersebut pada tahun 2015 ini sebanyak  6.620 orang, atau sebesar  78  ,  dari  5.159  orang  tersebut  yang  memiliki  Kompetensi  Sumber  Daya  Manusia
Pekerjaan  Umum  dan  Perumahan  Rakyat  yang  sesuai  dengan  persyaratan  jabatan  adalah
sebanyak  3.780  orang  atau  sebesar  57   dari target  6.620  orang  dan  18   dari  target  21.488
orang dengan asumsi jumlah seluruh ASN PUPR pada awal tahun 2015.
Tabel IV.34. Capaian SDM yang Kompeten dan Berintegritas No
Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
Kinerja
1 Persentase sumber daya manusia
yang kompeten dan berintegritas 10,00
18,00 180,00
Perencanaan  pengembangan  karier  SDM  PUPR  dimulai  dari  hasil  evaluasi  kompetensi  dan pemantauan kinerja berupa profil atau potret SDM yang harus dikembangkan baik kompetensi,
potensi,  maupun  karirnya.  Setiap  SDM  PUPR  yang  kompeten  memenuhi  persyaratan  suatu jabatan  dapat  masuk  dalam  daftar  usulan  percepatan  promosi  ke  dalam  jabatan  yang  sesuai
dengan hasil penilaian kompetensi sebagai bentuk pengembangan karier SDM PUPR. Sedangkan SDM PUPR yang potensial namun belum memenuhi persyaratan kompetensi akan dikembangkan
kompetensi terlebih dahulu melalui pendidikan dan pelatihan atau sejenisnya. Adapun beberapa  permasalahan  yang  dihadapi dalam  rangka  peningkatan  kualitas  SDM  PUPR
antara  lain:  1  Penyelenggaraan  pendidikan  dan  pelatihan  yang  dilaksanakan  oleh  balai  masih terkendala dengan sulitnya transportasi ke wilayah kerja yang dituju dan kurangnya dukungan
dari satminkal atau unit kerja yang mengutus  stafnya; 2 Kualitas dan kuantitas pengajar yang menurun dengan beban mengajar yang besar; 3 Kurangnya minat peserta terhadap pelatihan
tertentu; 4 Masih ada Balai Pendidikan dan Pelatihan yang menunggu akreditasi dari Lembaga Akreditasi Negara LAN sehingga belum dapat melaksanakan pelatihan tertentu; 5 Sarana dan
prasarana  penyelenggaraan pendidikan  dan pelatihan  kurang  memadai. Selama  ini, balai  yang sedang  melaksanakan  renovasi  gedung  dan  asrama  terpaksa  menggunakan  fasilitas  hotel  di
lokasi penyelenggaraan; 6 Adanya peraturan tentang tarif pelatihan misalkan untuk pelatihan prajabatan yakni Peraturan Kepala LAN No. 18 Tahun 2011 yang mengatur dasar tarif pelatihan
berpengaruh pada progress pencapaian keuangan.
IV-35
4.1.3.2 Meningkatnya Budaya Organisasi yang Berkinerja Tinggi dan Berintegritas
Sasaran  strategis  Meningkatnya  Budaya  Organisasi  yang  Berkinerja  Tinggi  dan  Berintegritas didukung oleh sasaran program tersedianya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis
lainnya  Kementerian  PUPR  dengan  4  indikator  kinerja  program  yaitu:  1  Nilai  laporan  kinerja pemerintahan; 2 Opini WTP hasil audit BPK; 3 Transparansi pelaksanaan program; dan Tingkat
pengelolaan dan pengadministrasian pegawai.
Tabel IV.35. Capaian Budaya Organisasi yang Berkinerja Tinggi dan Berintegritas No
Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
Kinerja
1 Tingkat kinerja dan integritas
Kementerian PUPR 72,25
95,66 132,40
1 Indikator  Nilai Laporan Kinerja Pemerintah dengan target nilai 74
Capaian  dari  indikator  kinerja  ini  adalah  berdasarkan  penilaian  Kementerian  PAN  dan  RB  atas LaKIP  Kementerian  PUPR  TA  2015,  namun  Kementerian  PUPR  optimis  nilai  74  dapat  dicapai
dengan  banyaknya  upaya  yang  telah  dilakukan  dalam  rangka  perbaikan  peningkatan  kualitas sumber daya manusia dan metode kerja, antara lain:
  Kementerian PUPR telah membentuk Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, suatu unit organisasi Eselon 1 baru untuk meningkatkan kualitas SDM Kementerian PUPR.
  Penyampaian LaKIP disampaikan tepat waktu dan sesuai dengan format PermenPAN RB No.  53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata
Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.   LaKIP sudah mengikuti rekomendasi Kementerian PAN RB berdasarkan surat Menteri PAN
dan RB no. B3988M.PANRB122015 Tanggal 11 Desember 2015 tentang Hasil Evaluasi Atas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
  Semua Eselon 1 telah menyusun LaKIP.   Semua Eselon 2 telah menyusun LaKIP.
  Semua Eselon 1 telah menyusun Perjanjian Kinerja.   Semua Eselon 2 telah menyusun Perjanjian Kinerja.
  Semua Satuan Kerja telah menyusun Perjanjian Kerja
  Laporan Rencana Aksi T serta Laporan Monev Kinerja T
1
-T
4
telah disusun.   Selalu dilakukan evaluasi berjenjang cascading.
  Telah dilakukan sistem penilaian kinerja melalui e-Performance.
IV-36
2 Indikator Opini WTP hasil audit BPK, dengan target opini WTP
Salah  satu  yang  menjadi  tolak  ukur  BPK  RI  memberikan  opini  atas  laporan  pengelolaan  dan tanggungjawab keuangan negara di Kementerian PU, adalah mengenai Aset. BPK berpendapat
Kementerian  PU  sudah  berhasil  melakukan  inventarisasi  dan  penilaian  yang  sangat  signifikan sehingga Saldo Akhir Aset Kementerian PU yang pada Neraca tahun 2011 audited baru mencapai
Rp 555 triliun, pada tahun 2012 telah meningkat menjadi 729.029 triliun. Upaya pengelolaan BMN yang baik di Kementerian PU tidak berhenti setelah memperoleh Opini
WTP-DPP. Beberapa usaha terus ditingkatkan karena pengelolaan BMN yang baik merupakan hal yang vital dalam upaya meraih opini WTP.  Hal ini bisa dilihat dari tercapainya target nilai opini
Wajar Tanpa Pengecualian WTP dari BPK atas Laporan Keuangan Kementerian PU TA 2013 dan Laporan  Keuangan  Kementerian  PUPR  TA  2014.  Ini  merupakan  suatu  prestasi  yang  cukup  luar
biasa  dan  telah  lama  dinantikan.  Hal  ini  menunjukkan  ada  perbaikan  dalam  pengelolaan, penatausahaan dan pelaporan kinerja keuangan khususnya disini kinerja pengelolaan BMN di
Kementerian  PUPR  dibandingkan  periode-periode  sebelumnya.  Artinya  kegiatan  pembinaan, pendampingan  dan  fasilitasi  penatausahaan  dan  pelaporan  memberikan  hasil  yang  baik.
Diharapkan opini WTP tersebut dapat dipertahankan atas Laporan Keuangan tahun 2015.
3 Indikator
Transparansi Pelaksanaan Program
,
dengan target 55 publikasi dengan realisasi 55 sehingga kinerja 100 dengan rincian sebagai berikut:
  Transparansi pelaksanaan program reguler Profil informasi anggaran Kementerian PUPR berupa RKA-KL, DIPA, LaKIP, Renstra Kementerian PUPR Tahun 2015-2019, dan Rencana
Kerja  telah  dipasang  di  website www.pu.go.id
.  Renstra  Kementerian  PUPR  2015-2019 telah diakses oleh 4.939 pengunjung Pusdatin, 2016.
  Transparansi  pelaksanaan  program Dana  Alokasi  Khusus  DAK telah  dilakukan  dimana transparansi  proses  pengusulan,  kriteria  penerima  program,  sampai  dengan  penyaluran
DAK  termasuk  salah  satu  kegiatan  yang  dipantau  oleh  Kantor  Staf  Pesiden  KSP  yang tertuang  dalam  Instruksi  Presiden  No.  7  tahun  2015  tentang  Aksi  Pencegahan  dan
Pemberantasan Korupsi Kementerian PUPR. Ukuran keberhasilan DAK bidang PUPR tidak saja berupa prasarana dan sarana fisik yang terbangun, tetapi juga terpublikasinya data
usulan  dan  penerima  bantuan  DAK  bidang  PUPR  pada website Kementerian  PUPR  yang dikaitkan ke web KSP agar dan dapat diakses secara terbuka oleh masyarakat. Terdapat
tiga target Triwulan Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Kementerian PUPR 2015 dalam Inpres 7 tahun 2015 yaitu B07, B09, dan B12.
4 Indikator Tingkat Pengelolaan dan Pengadministrasian Pegawai
dengan target 60 layanan, hasil  pelaksanaan  tercapai  70,5  sehingga  kinerja  sebesar  117,5  dengan  rincian  sebagai
berikut:
IV-37
Tabel IV.36. Capaian Indikator Pengelolaan dan Pengadministrasian Pegawai
Hasil  analisis  indikator  sasaran  program  outcome,  menunjukkan  bahwa  pencapaian  telah terpenuhi sebesar 117 dari target, yaitu peningkatan sebesar 10,5 persen dari 60 persen. Hasil
pengukuran indikator sasaran program berlandaskan pada hasil kuesioner yang kemudian diolah dan menghasilkan nilai persentase seperti yang telah diuraikan pada tabel di atas. Untuk lebih
jelasnya dari masing-masing variabel dapat dirinci pencapaiannya sebagai berikut :   Variabel adanya sistem informasi yang dapat diakses oleh semua pegawai menunjukkan
pencapaian sebesar 50, hal ini berarti bahwa 50 pegawai di lingkungan Kementerian PUPR sudah mendapatkan akses terhadap sistem informasi SIMKA.
  Variabel keterbukaan seleksi jabatan bermakna bahwa pelaksanaan lelang jabatan telah dilaksanakan dengan pencapaian sebesar 70, hal itu berdasarkan dari sebaran kuesioner
yang menyimpulkan bahwa sebagian besar atau sebesar 70 seleksi jabatan untuk jabatan Eselon II dan I kemarin telah dipublikasi secara umum kepada masyarakat. Hal tersebut
bias dibuktikan bahwa adanya pejabat yang menduduki beberapa jabatan sekarang yang berasal dari akademisi dan praktisi professional yang berasal dari masyarakat umum.
  Variabel  tingkat  ketepatan  waktu  pelayanan  diukur  berdasarkan  perbandingan  antara standarisasi pelayanan pemrosesan surat keputusan SK yang ada di wilayah Kementerian
PUPR  dengan  realisasi  pelaksanaan  pemrosesan  surat  yang  sebenarnya.  Standar pengukuran  pelayanan  mutasi  dikatakan  baik  100  apabila  dalam  memberikan
pelayanan pemrosesan adalah maksimal 1 jam. Hasil pencapaian kinerja indikator sasaran program  pada  variabel ini  di  tahun 2015  menunjukkan  pencapaian  sebesar  62.  Hal  ini
menunjukkan bahwa masih ada jarak untuk mencapai 100 pelayanan yang baik.   Variabel sistem rekrutmen pegawai yang dilaksanakan secara terbuka pada tahun 2015
ditunjukkan  melalui  keberadaan  sistem  rekrutmen  yang  selama  ini  dilaksanakan  secara terbuka, melibatkan masyarakat, bekerjasama dengan konsorsium perguruan tinggi dalam
pembuatan soal dan penilaian. Sehingga sudah dapat dipastikan bahwa sistem rekrutmen pegawai PUPR dilaksanakan secara terbuka. Atau dengan kata lain sistem tersebut 100
telah dilaksanakan. Hal itu selaras dengan apa yang telah ditargetkan.
Nilai Hasil
Nilai Hasil
1 Adanya sistem informasi pegawai yang bisa
diakses oleh semua pegawai 25
20 5
50 12,5
2 Keterbukaan dalam seleksi jabatan
25 60
15 70
17,5 3
Tingkat ketepatan layanan mutasi pegawai 25
60 15
62 15,5
4 Sistem rekrutmen pegawai secara terbuka
25 100
25 100
25
60 70,5
Realisasi 2015
JUMLAH CAPAIAN KINERJA TAHUN 2015 No.
Indikator Bobot
Target 2015
IV-38
4.1.3.3 Meningkatnya Inovasi Teknis Terapan Bidang PUPR
Sasaran  strategis  Meningkatnya  Inovasi  Teknis  Terapan  Bidang  PUPR  dengan  indikator  kinerja Tingkat  Penyediaan  dan  Pemanfaatan  Hasil  Inovasi  Teknis  Terapan  Bidang  PUPR  yang  diukur
dengan  tersedianya  jumlah  teknologi  dan  jumlah  rekomendasi  kebijakan  yang  termanfaatkan serta jumlah teknologi dan rekomendasi kebijakan yang dihasilkan pada tahun 2015 ini.
Tabel IV.37. Capaian Inovasi Teknis Terapan Bidang PUPR No
Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
Kinerja
1 Tingkat penyediaan dan pemanfaatan
hasil inovasi teknis terapan bidang PUPR
67,00 85,49
127,59
Capaian  tingkat  pemanfaatan  hasil  inovasi  teknis  terapan  bidang  PUPR  sampai  dengan  tahun 2015  adalah  16  teknologi  termanfaatkan  dan  12  rekomendasi  rekomendasi  termanfaatkan.
Sementara  untuk  tingkat  penyediaan  hasil  inovasi  teknis  terapan  adalah  16  teknologi  yang dihasilkan pada tahun 2015 dan 19 rekomendasi yang dihasilkan pada tahun 2015.
Tabel IV.38. Capaian Tingkat Penyediaan dan Pemanfaatan Hasil Inovasi Teknis Terapan Bidang PUPR No
Indikator Kinerja Target
Realisasi Keterangan
1 Tingkat penyediaan dan
pemanfaatan hasil inovasi teknis terapan bidang PUPR
67 85,49
Sudah melebihi target +18,49
Tingkat Pemanfaatan 70,97
Capaian teknologi yang termanfaatkan
33 teknologi 26 teknologi
78,78 26 teknologi yang termanfaatkan
sampai dengan tahun 2015 dibandingkan dengan 33
teknologi yang belum termanfaatkan  dari tahun
sebelumnya
Capaian rekomendasi hasil kebijakan yang termanfaatkan
19 rekomendasi  12 rekomendasi 63,16
12 rekomendasi yang termanfaatkan sampai dengan
tahun 2015 dibandingkan dengan 19 rekomendasi kebijakan yang
belum termanfaatkan  dari tahun sebelumnya
Tingkat Penyediaan 100
Capaian teknologi yang dihasilkan tahun 2015
16 teknologi 16 teknologi
100 16 teknologi yang dihasilkan pada
tahun 2015 dibandingkan dengan target tahun ini
Capaian rekomendasi hasil kebijakan yang dihasilkan
tahun 2015 19 rekomendasi  19 rekomendasi
100 19 rekomendasi yang dihasilkan
pada tahun 2015 dibandingkan dengan target tahun ini
IV-39
Sebanyak 26 Tekonologi dan 12 rekomendasi yang termanfaatkan hingga tahun 2015 merupakan faktor utama pendukung tercapainya keberhasilan sasaran strategis Meningkatnya Inovasi Teknis
Terapan Bidang PUPR. Berdasarkan hasil identifikasi pemanfaatannya pada tahun 2015 ini, maka untuk  masing-masing  teknologi  yang  telah  disebutkan  dalam  Perjanjian  Kinerja  26  teknologi
dapat diuraikan sebagai berikut:
1
Teknologi Pemecah Gelombang Ambang Rendah PEGAR PEGAR merupakan akronim dari pemecah gelombang ambang
rendah,  yaitu  struktur  pelindung  pantai  yang  ditempatkan sejajar  pantai  dengan  bagian  puncak  berada  di  bawah  air
mendekati atau sedikit muncul di atas permukaan air laut rata- rata.  Teknologi  ini  dihasilkan  Pusat  Litbang  Sumber  Daya  Air
melalui Balai Pantai dan diwujudkan dalam skala penuh berupa prototipe di daerah Serang, Provinsi Banten pada tahun 2010.
2
Teknologi Penyediaan Air Baku melalui Pompa Air Tenaga Hidro PATH Pompa Air Tenaga Hidro PATH adalah pompa air yang digerakkan oleh tenaga putaran turbin
penangkap tenaga air, tanpa melalui transformasi menjadi tenaga listrik. PATH yang dibangun di Desa Wonokerso, Kecamatan Tembarak, Kabupaten Temanggung memanfaatkan potensi Curug
Ketitang di alur Kali Lungge.
3
Sistem Jaringan Hidrologi secara Real Time Pembangunan  Jaringan  Pos  Hidrologi  Nasional  Telemetri,  yang  dikembangkan  oleh  Balai
Hidrologi  dan  Tata  Air  Puslitbang  SDA  merupakan  salah  satu  program  dalam  rangka pengembangan pengumpulan data hidrologi tepat waktu melalui sistem telemetri dengan cara
pemasangan  alat  telemetri  pada  pos  duga  air  di  sungai-sungai  dan  lokasi  pos  hujan  berdasar kriteria tertentu.
4
Teknologi Peringatan Dini Bencana Lahar Teknologi Peringatan Dini Bencana Lahar dikembangkan Pusat Litbang SDA melalui Balao Sabo di
Yogyakarta. Dalam rangka melengkapi sarana sistem peringatan dini di daerah Gunung Merapi, pada  awal  tahun  2012  sudah  dipasang  radar  cuaca  di  Kantor  Balai  Sabo  Yogyakarta.  Radar  ini
mempunyai frekuensi X-band bertipe Doppler, jangkauan radar saat ini telah diset dengan radius jangkauan 94 km, mampu mengamati wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta DIY dan sebagian
Jawa Tengah.
IV-40
Dengan mengoptimalkan pemanfaatan radar cuaca di Balai  Sabo  akan  lebih  banyak  memberikan  kontribusi
berupa  penyediaan  data  secara  realtime  sebagai masukan utama dalam kegiatan optimasi pemanfaatan
radar  cuaca  untuk  siaga  bencana  di  daerah  Gunung Merapi.  Melalui  peralatan  radar  cuaca  didukung
peralatan hidrologi sistem telemetri, Balai Sabo dapat memantau  kondisi  cuaca  secara  realtime  dan  terus
menerus.
5
Sistem Perpipaan Irigasi Lahan Miring dan Datar Teknologi ini dihasilkan Pusat Litbang Sumber Daya Air melalui Balai Irigasi dan diwujudkan dalam
skala penuh berupa model fisik di Desa Cikurubuk, Kecamatan Buah Dua, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat pada tahun 2013.
6
Teknologi Bangunan Pengendali Sedimen BPS Bangunan  Pengendali  Sedimen  BPS  adalah  bangunan  yang
dirancang dalam ukuran tertentu untuk mengurangi kecepatan aliran  dan  mengendapkan  sedimen  selama  periode  waktu
tertentu  pada  suatu  aliran  sungai.  Komponen  utama  BPS adalah bendung, pintu intake dan bak pengendap. Pada tahun
2008  dan  2011,  Pusat  Litbang  SDA  telah  membuat  Prototip Bangunan  Pengendali  Sedimen  di  alur  Sungai  Cikamiri,  Desa  Sirnasari,  Kecamatan  Samarang,
Kabupaten Garut.
7
Hotmix Lawele Granular Asbuton HLGA HLGA  merupakan aspal alam Pulau Buton tepatnya dari daerah Lawele yang memiliki kandungan
bitumen sekitar 30 nilai penetrasi bitumen, namun setelah minyak ringan diuapkan maka nilai penetrasi bitumen Asbuton Lawele dapat menghasilkan asbuton butir tipe 5030. Asbuton butir
tipe  5030  ini  sangat  potensial  digunakan  sebagai  bahan  substitusi  aspal  pen  60  karena  sifat bitumennya  relatif  sementara.  Lokasi  Penerapan  Teknologi  HLGA  2015  antara  lain:  Wakatobi,
Bau-Bau,  Bombana,  Makassar,  Kota  Kendari,  Konawe  Selatan  Ranomeetoo,  arah  ke  Bandara Haluoleo, Kolaka.
8
Cold Pave Hot Mix Asbuton CPHMA CPHMA atau campuran beraspal panas Asbuton dihampar dingin adalah campuran beraspal yang
mengandung  Asbuton  dan  bahan  tambahan  lain,  polimer  jika  diperlukan.  Pencampuran dilakukan  di  pabrik  secara  panas  kemudian  dipasarkan  dalam  keadaan  siap  dihampar  dan
IV-41
dipadatkan  secara  dingin  temperatur  udara  sebagai  perkerasan  jalan  beraspal.  Penggunaan teknologi  dibatasi  untuk  jalan  dengan  lalu  lintas  maksimum  1000  kendaraanhari.  Lokasi
Penerapan  Teknologi  CPHMA  2015  di  Wakatobi,  Bau-bau,  Bombana,  Buton  Tengah,  Buton Selatan, Buton , Makassar, Jawa Tengah, Jawa Timur.
9
Teknologi Material Lokal : Batu Kapur Keunggulan dari teknologi ini adalah:
•  Harga produksi campuran beraspal dapat dihemat; •  Dapat digunakan untuk lalu lintas rendah sampai dengan sedang;
•  Pemanfaatan bahan lokal untuk lokasi setempat; •  Mengurangi ketergantungan pada agregat standar yang sulit didapatkan;
•  Cocok untuk daerah dengan batu kapur melimpah.
Untuk lokasi penerapan Teknologi Material Lokal: Batu Kapur tahun 2015 di Kabupaten Sumba Barat.
10
Teknologi Material Lokal Sand Base LPPA atau Sand Base Asphalt merupakan teknologi campuran beraspal panas yang menggunakan
agregat lokal berupa pasir sekitar 90 sebagai pengganti agregat standar.
11
Tambalan Cepat Mantap Puslitbang  Jalan  dan  Jembatan  telah  mengembangkan  tambalan  cepat  mantap  dengan  bahan
campuran beraspal panas hot mix asphalt dan campuran beraspal dingin cold mix asphalt yang telah  dicampur  dengan  aditif  dan  dikemas  secara  pabrikasi.  Penggunaannya  sangat  mudah,
setelah kemasan dibuka, langsung dihampar di lapangan dan dipadatkan dengan pemadat ringan stamper  atau  beban  lalu  lintas  roda  kendaraan.  Dengan  bahan  tambalan  biasa,  kerusakan
jalan  akan  kembali  terjadi  antara  satu  minggu  hingga  satu  bulan.  Dengan  teknologi  tambalan cepat  mantap  yang  memiliki  tingkat  kemudahan  kerja  yang  tinggi  dan  memiliki  kualitas  baik,
kondisi perkerasan masih bagus hingga satu tahun walaupun dilalui lalu lintas berat.
12
Teknologi Pemeriksa Kekuatan Jalan Tanah APKJT Alat  ini  mudah  digunakan  dan  memiliki  mobilitas  yang  tinggi
sehingga  disebut  Light  Falling  Weight  Deflectometer.  Fungsinya untuk  melakukan  pengumpulan  data pada  lapisan-lapisan  lepas.
Keunggulan  dari  alat  ini  adalah  harganya  yang  murah  bila dibandingkan  produk  impor,  memiliki  garansi  1  tahun,  dapat
digunakan untuk
menguji kekuatan
struktural tanah
dasargranular  secara  semi  otomatis  dan  mudah  memproses  data  karena  software dikembangkan oleh Pusjatan.
IV-42 13
Butur Seal Pada prinsipnya teknologi Butur Seal sama dengan Lapis Penetrasi Macadam Asbuton LPMA,
namun jika pada LPMA digunakan agregat pokok pada bagian bawah dan agregat pengunci pada bagian atas, maka Butur Seal hanya menggunakan lapisan agregat bagian atas saja.
14
Timbunan Ringan Teknologi ini memiliki keunggulan:
•  Cocok  digunakan sebagai timbunan pondasi jalan dan oprit jembata di atas tanah lunak; •  Meminimumkan masalah penurunan timbunan;
•  Mengatasi masalah stabilitas timbunan; •  Tidak dibutuhan dinding penahan tanah timbunan;
•  Tidak dibutuhkan pemadatan  Self Compacted; •  Penghematan biaya konstruksi hingga 60;
•  Tidak ada tekanan lateralhorisontal.
15
Jembatan untuk desa Judesa Merupakan teknologi terkait jembatan untuk menangani masalah aksessibilitas masyarakat desa
dan penyediaan infrastruktur jembatan sederhana yang terbatas. Memiliki keunggulan material pre  pabrikasi  yang  dapat  disiapkan  untuk  dikirim  ke  lokasi.  Sistem  jembatan  modular  untuk
kemudahan pembangunan dengan swadaya masyarakat.
16
SIMBAGAS Merupakan teknologi yang mampu memberikan informasi kondisi jembatan untuk mengetahui
perlu  tidaknya  suatu  jembatan  memerlukan  tindakan  tertentu.  Lokasi  penerapan  teknologi  ini dilakukan di Sidoarjo, Lamongan, Brebes, Pemalang, Banyumas.
17
Ruang Henti Khusus untuk Sepeda Motor RHK RHK adalah salah satu cara pengaturan lalu lintas dengan mengatur tempat antrian sepeda motor
dengan  kendaraan  roda  empat  atau  lebih  pada  saat  berhenti  di  pendekat  simpang  bersinyal selama nyala merah.
18
Jalan Hijau Green road Jalan hijau adalah jalan yang dirancang dan dibangun dengan memperhatikan persyaratan dan
kriteria  jalan  berkelanjutan  dengan  memanfaatkan  teknologi  ramah  lingkungan.  Penerapan teknologi  jalan  hijau  mendukung  pemahaman  dan  penerapan  praktek  praktek  berkelanjutan
dalam  berbagai  aspek  sosial,  ekonomi  dan  lingkungan  mulai  dari  tahap  perencanaan, pelaksaaan dan operasional. Pelaksanaan di tahun 2015 dilakukan di Jalan Tol Bali Mandara-Bali,
Underpass Dewa Ruci, Jembatan Kelok 9 Padang, Fly Over Bukit tinggi.
IV-43 19
SINDILA Merupakan  teknologi  yang  memberikan  informasi  kondisi  lalu  lintas  volume,  kecepatan,
okupansi  kepada  pengguna.  Lokasi  penerapan  teknologi  ini  dilakukan  di  Sidoarjo,  Lamongan, Brebes, Pemalang, Banyumas.
20
APILL Portable Merupakan  alat  pengatur  lalu  lintas  yang  tidak  terkoneksi  dengan  kabel  sehingga  memiliki
mobilitas yang tinggi dan mudah digunakan untuk pengaturan lalu lintas pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi jalan atau jembatan perambuan sementara. Untuk tahun 2015 teknologi
ini diterapkan di Kabupaten Bandung.
21
RCMS RCMS  merupakan  solusi  pemantauan  dalam  pelaksanaan  pekerjaan  konstruksi  jalan.
Pemantauan yang dilaksanakan dengan baik merupakan aspek pendukung dalam mengupayakan efisiensi  dan  efektivitas  proyek  jalan  yang  dihasilkan.  Pelaksanaanya  dilakukan  di  proyek
Underpass Dewa Ruci, Denpasar; dan Jembatan Petuk, Bali.
22
Teknologi pengolahan air lautpayau Latar belakang dari kegiatan ini adalah belum optimalnya pengelolaan
air  serta  meningkatnya  dampak  pencemaran  lingkungan,  persepsi tentang  pentingnya  sanitasi  masih  rendah,  belum  efisien  dan
kesesuaian  penerapan  teknologi  sistem  pengolahan  air  limbah  yang diterapkan  khususnya  di  pulau  kecil  dan  kawasan  pesisir.  Tujuan
pelaksanaan  kegiatan  ini  adalah  untuk  memperoleh  tingkat  efisiensi dan kehandalan prototipe teknologi penyediaan air minum air baku
air payau atau air bukan payau dan sistem sanitasi di kecamatan Kampung Laut segara anakan kabupaten Cilacap.
23
Teknologi Bahan bangunan alternatif berbasis bahan bangunan lokal Tujuan  penelitian  ini  adalah  mengkaji  properti  baja  canai  yang  ada  di  pasaran  dan  melakukan
pengujian konstruksi rangka atap skala penuh di laboratorium. Selain itu juga mengkaji sifat fisis- mekanis bata ringan yang sudah ada di pasaran serta aplikasi pemanfaatan produk bata ringan
dalam pembangunan rumah.
24
Teknologi peningkatan kinerja air minum Salah  satu  teknologi  peningkatan  kinerja  air  minum  yang  telah  dirasakan  manfaatnya  oeh
masyarakat  adalah  Pengembangan  dan  Penerapan  Teknologi  Air  Minum  dan  Sanitasi  di Permukiman  Daerah  Aliran  Sungai  DAS.  Sejak  tahun  2012-2015,  Pusat  Penelitian  dan
Pengembangan Perumahan dan Permukiman Kementerian PUPR telah melaksanakan penerapan
IV-44
teknologi terpadu di zona hulu perkotaan DAS Bengawan Solo,  zona hulu-hilir DAS Citarum, DAS Ciliwung, DAS Brantas, serta zona hulu dan hilir sungai Kampar.
25
Pengembangan rumah murahsehatlayak huni dan berwawasan lingkungan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman sejak tahun 2005, melakukan
serangkaian  penelitian  dan  pengembangan  tentang  rumah  murah  yang  memenuhi  standar persyaratan teknis seperti yang diamanatkan dalam undang-undang bangunan gedung dan telah
teruji dilaboratorium, sehingga prototipe rumah murah yang dikembangkan tersebut layak untuk diterapkan  dan  disebarluaskan  kepada  masyarakat  seluruh  Indonesia.  Sebagai  tindak  lanjut
kesepakatan  bersama  antara  Kementerian  Pekerjaan  Umum,  Kementerian  Keuangan  dan Bappenas,  Pusat  Litbang  Permukiman  diberi  kepercayaan  untuk  melakukan  tugas
penyebarluasan  hasil  teknologi  litbang  tentang  prototipe  rumah  murah  melalui  penerapan lapangan  aplikasi rumah contoh skala penuh sebagai sarana desiminasi ke seluruh propinsi di
Indonesia.
26
Teknologi pengolahan air limbah Salah  satu  teknologi  peningkatan  kinerja  air  minum  yang  telah  dirasakan  manfaatnya  oeh
masyarakat adalah Teknologi pengolahan air limbah dengan sistem vermibiofilter. Teknologi ini merupakan  teknologi  pengolahan  air  limbah  yang  memanfaatkan  proses  dekomposisi  limbah
domestik menggunakan decomposer cacing tanah lumbrecus rubellus dan mikroba.
4.1.3.4 Meningkatnya Pengelolaan Regulasi dan Layanan Hukum, Data dan Informasi Publik,
serta Sarana dan Prasarana
Sasaran strategis Meningkatnya Pengelolaan Regulasi dan Layanan Hukum, Data dan Informasi Publik,  serta  Sarana  dan  Prasarana  didukung  oleh  sasaran  program  tersedianya  dukungan
manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Kementerian PUPR dengan 1 indikator kinerja program  yaitu:  tingkat  fasilitasi  produk  hukum  dan  bantuan  hukum,  serta  sasaran  program
tersedianya  dukungan  sarana  dan  prasarana  aparatur  Kementerian  PUPR  dengan  3  indikator kinerja yaitu: 1 Tingkat kenyamanan bekerja; 2 Tingkat layanan data dan teknologi informasi; 3
Tingkat layanan informasi publik.
Tabel IV.39. Capaian Pengelolaan Regulasi dan Layanan Hukum, Data dan Informasi Publik, serta Sarana dan Prasarana
No Indikator Kinerja
Satuan Target
Realisasi Kinerja
1 Tingkat pengelolaan regulasi dan
layanan hukum, data dan informasi publik, serta sarana dan prasarana
80,00 108,68
135,85
IV-45
1 Indikator tingkat fasilitasi produk hukum dan bantuan hukum, dengan target sekitar 85
dari  jumlah  produk  dan  bantuan  hukum  yang  dapat  terfasilitasi  dengan  hasil  pelaksanaan tercapai 124,70 sehingga kinerja sebesar 146,71 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel IV.40. Capaian Indikator Tingkat Fasilitasi Produk Hukum dan Bantuan Hukum
a.  Penyusunan Produk Hukum dan Pembinaan Hukum
Jumlah  produk  hukum  yang  diproses  berhasil  melampaui  target  yang  telah  ditetapkan
dengan mencapai 57 lima puluh tujuh dokumen peraturan perundang-undangan yang berhasil  difasilitasi  penyusunannya,  ditetapkan  oleh  Menteri  Pekerjaan  Umum  dan
Perumahan  Rakyat,  dan  diundangkan  di  Kementerian  Hukum  dan  HAM.  Peraturan perundang-undangan tersebut terdiri dari 3 Peraturan Pemerintah, 3 Peraturan Presiden
dan  51 Peraturan Menteri.   Sedangkan  SDM  yang dibina  dalam penyusunan peraturan perundang-undangan sebanyak 330 orang.
b.  Bantuan hukum, opini hukum, pendampingan dan pembinaan hukum Jumlah perkara di Kementerian PUPR yang ditangani berhasil mencapai target 40 empat
puluh dokumen perkara yang ditangani dari target sebanyak 40 empat puluh dokumen. Untuk  Indikator  Kinerja  Kegiatan  jumlah  opini  hukum,  MoU,  dan  perjanjian  kerja  sama
yang  disusun  berhasil  memfasilitasi  21  dua  puluh  satu  dokumen  dari  target  25  dua puluh lima dokumen, dan untuk indikator jumlah SDM yang dibina Biro Hukum berhasil
melakukan pembinaan kepada 633 enam ratus tiga puluh tiga orang SDM yang dibina dari target 315 tiga ratus lima belas orang SDM.
IV-46
c.  Pengelolaan jaringan dokumentasi dan informasi hukum Dalam kegiatan Sistem Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum SJDIH, terdapat 3
tiga  prosedur  dalam  kegiatannya,  yaitu  antara  lain  1  alur  penayangan  dan penyimpanan  peraturan  perundang-undangan,  2  alur  perpustakaan,  dan  3  alur
layanan perpustakaan sistem tertutup. Dari target capaian sebesar 100 seratus persen dari target yang ditetapkan 60 enam puluh dokumen yang ditayangkan dan 40 empat
puluh orang SDM yang dibina.
2 Tingkat kenyamanan bekerja, dengan target 55 dan hasil 77 sehingga kinerja sebesar
140 dengan perhitungan hasil survei sebagai berikut:
Tabel IV.41. Capaian Indikator Tingkat Kenyamanan Bekerja
Sesuai survei yang telah dilakukan kepada para pegawai sebagai pengguna sarana dan prasarana mengenai 4 kriteria yaitu kepuasan kebersihan dengan nilai memuaskan sebesar 80, kepuasan
keamanan  dengan  nilai  memuaskan  sebesar  76,  ketertiban  parkir  dengan  nilai  memuaskan sebesar  76  serta  penggunaan  energi  dan  air    dengan  hasil  yang  memuaskan  sebesar  76.
Namun perlu diketahui bahwa jumlah sampel survei yang dilakukan masih sedikit hanya kepada 25 responden setiap kriteria. Hal ini dinilai belum mencukupi mengingat pengguna gedung utama
Gedung Kementerian PUPR adalah ribuan orang dan dari beberapa Satminkal.
3 Indikator  Tingkat  layanan  data  dan  teknologi  informasi,  dari  target  80  ternyata
menunjukkan hasil 80,07 sehingga kinerja sebesar 100,09 dengan perhitungan berikut:
=60 x capaian fisik + 40 x hasil =60x capaian fisik + 40 Bobot   x  Jumlah permintaan Data spasial + Bobot   x
Jumlah permintaan layanan jaringan internet + Bobot   x  Jumlah permintaan layanan Email
=60x97,38 + 40 x 30  x  52 + 50  x  63  +  20  x  35 = 58,43 + 21,64
=80,07
Nilai Hasil
Nilai Hasil
a Kepuasan Kebersihan
25 55
13,75 80
20 -      Kuesioner kepada penghuni gedung
b Kepuasan keamanan
25 55
13,75 76
19 -    Kuesioner kepada pegawai
c Ketertiban Parkir
25 55
13,75 76
19 -    Kuesioner kepada pengguna gedungtempat parkir
d Penggunaan Energi dan Air
25 55
13,75 76
19 -    Tagihan listrik dan air
55 77
Realisasi 2015
TOTAL NO.
Indikator Bobot
Target 2015
IV-47
4 Tingkat  layanan  informasi  publik,  dari  target  tercapainya  365  layanan  dengan  hasil  365
layanan sehingga kinerja 100 dengan penjelasan sebagai berikut: a.  Jumlah Peliputan Kegiatan Kementerian
Seiring  dengan  kondisi  lingkungan  strategis  dan  intensitas  kegiatan  pimpinan  serta kewajiban Kementerian untuk menjelaskan berbagai hal terkait dengan bidang tugas ke-
PUPR-an,  maka  capaian  output  ini  dapat  melebihi  target  yang  ditentukan.  Besarnya pencapaian tersebut terutama karena banyaknya liputan yang harus dilakukan terutama
terkait  dengan  berbagai  kegiatan  pimpinan  ke  lapangan,  peresmian  dan  kegiatan kementerian juga kejadian bencana. Pada Tahun 2015 kinerja kegiatan Peliputan Kegiatan
Kementerian mencapai 100 dari target yang ditetapkan. b. Jumlah Publikasi
Apabila dilihat pencapaiannya, realisasi untuk output ini sangat jauh diatas target. Hal ini terjadi  karena  banyak  faktor  yang  diantaranya  adalah  kondisi  lingkungan  strategis  dan
kebijakan  untuk  memperbanyak  spot  penayangan  iklan  di  media  elektronik  dan  media cetak  lainnya.  Disadari  ataupun  tidak,  politik  pencitraan  baik  perorangan  maupun
institusi  masih  menjadi  langkah  manjur  untuk  menjelaskan  tentang  kinerja  yang  telah dilakukan.  Demikian  juga  dengan  PUPR  yang  memperbanyak  publikasi  melalui  media
elektronik ataupun cetak sehingga secara output tercapai sebesar 100 dari target yang telah ditetapkan.
c.  Jumlah Bahan Informasi Pimpinan Output ini secara khusus digunakan untuk mendukung pimpinan Kementerian Menteri
dan  Pejabat  Tinggi  Madya  dalam  hal  penyediaan  dokumen  infomasi  atau  bahan  rapat yang akan disampaikan ke berbagai rapat dengan stakeholder, yaitu sidang kabinet, raker
dan  RDP  dengan  DPRDPD,  rapat  dengan  menko,  dan  lain-lain.  Intensitas  rapat  sangat tergantung  dari  masing-masing  stakeholder,  dan  untuk  tahun  2015  realisasi  output
mencapai  100.  Beberapa  kejadian  bencana  dan  kebijakan  lainnya  yang  memerlukan koordinasi telah membuat frekuensi rapat dan sidang meningkat signifikan.
d. Jumlah Permintaan Informasi Pelayanan  informasi  kepada  masyarakat  dilakukan  sepanjang  tahun  termasuk
menghadapi  tuntutan  dari  para  pemohon  informasi.  Berbagai  kegiatan  yang  dilakukan dalam  upaya  menunjang  pelaksanaan  UU  No.  14  tahun  2008  antara  lain  melalui
Workshop  Keterbukaan Informasi Publik  dan tata  kelola  informasi  publik  di  lingkungan Kementerian PU yang ditunjang dengan review terhadap peraturan internal sebagai dasar
pelaksanaan  UU  KIP  yang  dianggap  tidak  sesuai  lagi  karena  adanya  reorganisasi  di lingkungan Kementerian PUPR. Kinerja output mencapai 129,09 dari target yang ada.
IV-48
Tingkat  pencapaian  indikator  kinerja  manfaat  outcome  yaitu  perbandingan  antara  target outcome  yang  telah  ditetapkan  dalam  Penetapan  Kinerja  dengan  realisasi  yang  dapat  dicapai
sampai berakhirnya tahun anggaran seperti yang terlihat pada Tabel Pengukuran Kinerja. Namun demikian untuk lebih menguatkan hasilmanfaat, ada beberapa survei yang dilakukan oleh pihak
internal untuk menilai kinerja Kementerian PUPR, diantaranya: a.  Survei Online Evaluasi Penyebarluasan Informasi
Survei  ini  dilaksanakan  mulai  bulan  Agustus  hingga  Oktober  dengan  metode  yang dipergunakan  adalah  kuesioner  yang  disebarluaskan  secara  online  melalui
www.surveykita.com,  kemudian  para  responden  mengisi  secara  online.  Secara  singkat, hasil dari survei ini adalah:
  Media  yang  paling  banyak  diakses  responden  adalah  Internet,  TV,  dan  Sosial Media.
  Kesadaran  Responden  atas  keberadaan  Kementerian  Pekerjaan  Umum  dan Pekerjaan Rakyat sudah cukup tinggi.
  Responden juga sudah banyak yang tahu nama Menteri Kemen PUPR, meski masih ada beberapa responden yang tidak mengetahuinya.
  Mayoritas responden mendapatkan informasi tentang Kementerian PUPR melalui berita di TV, Koran, Radio dan Internet web dan sosial media.
  Bidang PUPR yang paling banyak diketahui responden melalui media adalah Jalan, Jalan Tol, dan Jembatan.
  Intensitas informasi tentang Kementerian PUPR yang didapat responden melalui media masih cukup rendah.
  Mayoritas responden menganggap informasi tentang program Kementerian PUPR menarik untuk dikonsumsi.
  Secara  kualitas  pengemasan  informasi,  mayoritas  responden  menganggap kualitasnya biasa saja.
  Menurut mayoritas responden, informasi yang disampaikan Kementerian PUPR bisa dipahami.
  Jika dilihat dari kebutuhan responden, mayoritas responden menganggap bahwa informasi yang disampaikan oleh Kementerian PUPR sudah cukup sesuai.
  Berdasarkan tingkat kepuasan, mayoritas responden menganggap biasa saja. b. Survei Indeks Kepuasan Masyarakat Pengguna Layanan Informasi
Survei ini dilakukan terhadap Unit Pelayanan Informasi Publik di Kementerian PUPR. Unit Pelayanan  Informasi  Publik  perlu  berupaya  mengukur  tingkat  kepuasan  publik  atas
layanan  informasi  yang  telah  diselenggarakan  oleh  Unit  Pelayanan  Informasi  Publik Kementerian PUPR. Adapun hasil dari survey ini diantaranya
IV-49
  Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat IKM dari hasil Survei Kepuasan Masyarakat terhadap  Pelayanan  Informasi  Publik  Unit  Pelayanan  Informasi  Publik
Kementerian PUPR Tahun 2015 sebesar 67,91.   Nilai sebesar 67,91 menunjukan nilai mutu pelayanan Baik B berarti Kinerja unit
pelayanan  Pelayanan  Informasi  Publik  Kementerian  Pekerjaan  Umum  dan Perumahan Rakyat Tahun 2015 adalah Baik.
  Dalam  peningkatan  kualitas  pelayanan  perlu,  diprioritaskan  pada  unsur  yang mempunyai  nilai  paling  rendah  merah  pudar,  unsur  yang  mempunyai  nilai
menengah harus tetap ditingkatkan kuning sedangkan unsur yang mempunyai nilai cukup tinggi harus tetap dipertahankan hijau.
  Berdasarkan  data  survei  tersebut,  dapat  dikatakan  bahwa  penyebarluasan informasi maupun pelayanan informasi publik sudah termasuk kategori baik dan
respon  media  pun  sangat  baik  dalam  memberitakan  isu-isu  yang  berhubungan dengan infrastruktur PUPR.
4.2 Perbandingan Kinerja Organisasi
4.2.1 Subbidang Sumber Daya Air
Analisis perbandingan kinerja dengan tahun lalu tidak dapat dilakukan karena sasaran strategis beserta indikatornya dan sasaran program beserta indikatornya berbeda menyesuaikan dengan
target  di  dalam  Renstra  Kementerian  PUPR  2015-2019.  Adapun  capaian  tahun  lalu  dijadikan baseline  untuk  pengukuran  di  tahun  2015,  seperti:  1  peningkatan  debit  layanan  sarana  dan
prasarana penyediaan  air  baku  dengan  baseline sampai  tahun  2014  adalah  51,44  m
3
detik;  2 peningkatan  kapasitas  tamping  sumber  air  dengan  baseline  12.679  juta  m
3
;  3  peningkatan layanan jaringan irigasi dengan baseline 1.844.066 Ha; dan 4 pengembalian fungsi dan layanan
jaringan irigasi dengan baseline 5.141.407 Ha. Analisis  perbandingan  target  kinerja  tahun  2015  terhadap  target  Renstra  hampir  seluruhnya
tercapai,  hanya  satu  indikator  kinerja  yang  tidak  tercapai  terhadap  target  Renstra  yaitu terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air. Target Renstra adalah 15.396,20 Juta m
3
sedangkan  target  capaian  tahun  ini  adalah  12.679,00  juta  m
3
hal  ini  disebabkan  karena  pagu kegiatan  terjaganya  fungsi  dan  kapasitas  tampung  sumber  air  adalah  adanya  pemotongan
anggaran yang menyebabkan output kegiatan ditahun 2015 tidak dapat tercapai terhadap target renstra 2015.
IV-50
Tabel IV.42. Perbandingan kinerja dengan Renstra Subbidang Sumber Daya Air
Perbandingan  target  capaian  kinerja  tahun  2015  terhadap  target  RPJMN,  terdapat  4  target indikator  kinerja  yang  tidak  tercapai  terhadap  target  RPJMN  2015.  Dengan  rincian  sebagai
berikut:
a.  Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku. b.  Pengembalian  fungsi  dan  debit  layanan  sarana  dan  prasarana  penyediaan  air  baku
seperti semula. c.
Terjaganya fungsi dan kapasitas tampungan sumber air. d.  Peningkatan layanan jaringan irigasi.
Target RPJMN yang tidak tercapai ditahun 2015 akan meluncur menjadi target Renstra maupun target capaian ditahun 2016.
Sementara itu, capaian terhadap perencanaan jangka menengah RPJMN tahun 2019 rata-rata masih di bawah 20 kecuali untuk pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana
penyediaan  air  baku  yang  telah  mencapai  37,27  dan  terjaganya  fungsi  dan  layanan  jaringan irigasi yang telah mencapai 46,91.
Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
m3detik 8,65
8,74 tercapai
67,52 12,81
Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku seperti semula
m3detik 8,20
8,20 tercapai
22 37,27
Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
m3detik 49,23
69,64 tercapai
94,75 73,50
Peningkatan kapasitas tampung sumber air juta m3
1.024 1.024
tercapai 1.797,97
56,95 Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air
juta m3 376,8
377 tercapai
3.410 11,06
Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air juta m3
15.396,20 12.679
tidak tercapai 17.096,80
74,16 Peningkatan luas kawasan yang terlindung dari daya rusak air
ha 18.950,67
20.344,00 tercapai
200.000 9,48
Peningkatan persentase kawasanlokasi yang dikonservasi pada kawasan prioritas
20 20
tercapai 100
20 Peningkatan layanan jaringan irigasi
ha 181.283
182.017 tercapai
1.142.983 15,92
Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi ha
477.961 480.534
tercapai 3.000.000
16,02 Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi
ha 3.142.532
3.581.530 tercapai
3.604.791,23 99,35
CAPAIAN 2015 KINERJA 2015
Capaian Terhadap Perencanan Jangka
Menengah 2019 Sasaran Strategis
Outcome satuan Target 2015
Target 2019
Meningkatnya Ketahanan Air
Meningkatnya dukungan untuk kedaulatan pangan dan energi
IV-51
Tabel IV.43. Perbandingan Kinerja dengan RPJMN Subbidang Sumber Daya Air
4.2.2 Subbidang Jalan dan Jembatan
Analisis perbandingan kinerja dengan tahun lalu tidak dapat dilakukan karena sasaran strategis beserta indikatornya dan sasaran program beserta indikatornya berbeda menyesuaikan dengan
target  di  dalam  Renstra  Kementerian  PUPR  2015-2019.  Adapun  capaian  tahun  lalu  dijadikan baseline  untuk  pengukuran  di  tahun  2015  yaitu  tingkat  kemantapan  jalan  nasional  sebesar
93,95.  Angka  tersebut  justru  mengalami  penurunan  menjadi  89,36  di  tahun  2015  karena terdapat peningkatan panjang jalan nasional yang terbangun.
Capaian  kinerja  terhadap  target  Renstra  2015  telah  tercapai  bahkan  untuk  indikator  tingkat kemantapan jalan nasional telah melampaui target yang ditetapkan tahun 2015. Sementara itu,
capaian  terhadap  target  Renstra  2019  telah  mencapai  81,48  untuk  outcome  waktu  tempuh pada koridor utama dan 90,82 untuk outcome tingkat kemantapan jalan nasional. Hal tersebut
didukung oleh keberhasilan pembangunan output-outputnya dengan indikator output panjang flyoverunderpassterowongan  yang  dibangun  dan  panjang  jalan  yang  mendapat  pelebaran,
yang  mana  persentase  capaian  kinerjanya  meningkat  jika  dibandingkan  dengan  tahun sebelumnya. Namun, yang perlu menjadi perhatian  adalah dalam rentang waktu 5 tahun terakhir
capaian kinerja untuk panjang jalan yang ditingkatkan selalu tidak berhasil mencapai target yang ditetapkan atau persentase capaian kinerja kurang dari 100. Permasalahan pembebasan lahan
menjadi faktor utama yang terjadi dari tahun ke tahun yang  menyebabkan rendahnya capaian kinerja untuk kedua indikator kinerja output ini.
Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
m3detik 67
8,74 13,04
Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku seperti semula
m3detik 22
8,20 37,27
Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku
m3detik 363
69,64 19,18
Peningkatan kapasitas tampung sumber air juta m3
1.024 -
Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air juta m3
377,00 -
Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air juta m3
12.679,00 -
Peningkatan luas kawasan yang terlindung dari daya rusak ha
20.344,00 -
Peningkatan persentase kawasanlokasi yang dikonservasi pada kawasan prioritas
20 -
Peningkatan layanan jaringan irigasi ha
1.144.985 182.017
15,90 Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi
ha 2.419.558
480.534 19,86
Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi ha
7.634.695 3.581.530
46,91 Meningkatnya dukungan untuk
kedaulatan pangan dan energi
Capaian RPJMN 2019
Sasaran Strategis Outcome
satuan Target
RPJMN 2019 CAPAIAN 2015
Meningkatnya Ketahanan Air
IV-52
Tabel IV.44. Perbandingan Kinerja dengan Renstra Subbidang Jalan dan Jembatan
Capaian  terhadap  perencanaan  nasional  RPJMN  untuk  subbidang  jalan  dan  jembatan  sama dengan capaian kinerja terhadap Renstra Kementerian PUPR yang telah diuraikan di atas.
Tabel IV.45. Perbandingan Kinerja dengan RPJMN Subbidang Jalan dan Jembatan
4.2.3   Subbidang Cipta Karya
Analisis perbandingan kinerja dengan tahun lalu tidak dapat dilakukan karena sasaran strategis beserta indikatornya dan sasaran program beserta indikatornya berbeda menyesuaikan dengan
target  di  dalam  Renstra  Kementerian  PUPR  2015-2019.  Adapun  capaian  tahun  lalu  dijadikan baseline untuk pengukuran di tahun 2015, antara lain: 1 peningkatan cakupan pelayanan akses
air minum dengan  baseline 68,11; 2 penurunan luasan permukiman kumuh perkotaan 10; dan 3 peningkatan cakupan pelayanan sanitasi 61,06.
Target yang telah ditetapkan di dalam Renstra Kementerian PUPR 2015-2019 untuk subbidang cipta karya sama dengan target RPJMN yaitu 100-0-100 yang meliputi 100 cakupan pelayanan
akses air minum, 0 permukiman kumuh perkotaan, dan 100 cakupan pelayanan akses sanitasi. Target tahun 2015 ini tidak tercapai karena untuk subbidang cipta karya  terdapat peran APBD
dan sektor swasta di dalamnya, yang mana tidak dapat dipenuhi dengan APBN. Capaian terhadap perencanaan jangka menengah Renstra maupun RPJMN di tahun 2019 telah
mencapai 70,31 untuk cakupan pelayanan akses air minum, 90,82 untuk permukiman kumuh perkotaan, dan 63 untuk cakupan pelayanan akses sanitasi.  Jika dibandingkan dengan target
2015 sebagaimana terdapat dalam Renstra, pencapaian cakupan pelayanan akses sanitasi tahun 2015  masih  menyisakan  selisih  terhadap  target  sebesar  1.  Besaran  selisih  ini  merupakan
kontribusi dari APBD, pihak swasta, dan masyarakat, yang belum dapat diukur.
Meningkatnya Dukungan Konektivitas Bagi Penguatan Daya Saing
Waktu tempuh pada koridor utama
jam100 km
2.7 2.7
tercapai 2.2
81,48 Meningkatnya Kemantapan Jalan
Nasional
Tingkat kemantapan jalan nasional
86 89
tercapai 98
90,82 CAPAIAN
2015 KINERJA 2015
Target 2019 Capaian Terhadap
Perencanan Jangka Menengah 2019
Sasaran Strategis Outcome
satuan Target
2015
Meningkatnya Dukungan Konektivitas Bagi Penguatan Daya Saing
Waktu tempuh pada koridor utama
m 2,20
2,7 81,48
Meningkatnya Kemantapan Jalan Nasional
Tingkat kemantapan jalan nasional
km 98,00
89 90,82
CAPAIAN 2015 Capaian RPJMN
2019 Target
RPJMN 2019
Sasaran Strategis Outcome
satuan