Capaian Kinerja Organisasi AKUNTABILITAS KINERJA

IV-4 dala fu gsi, lokasi, esara da waktu. Cara Pe gukura ya adalah de ga e ghitu g rasio hasil o itori g da e aluasi kesesuaia kua titas, kualitas, da ketepata waktu serta pelaksa aa reko e dasi per aika pelaksa aa keterpadua i frastruktur PUP‘ di dala kawasa , a tar kawasa aupu a tar WP“ di tahu di a di gka de ga ke utuha faktor-faktor o fisik hi gga akhir tahu . Tabel IV.3. Capaian Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur No Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Kinerja 1 Indeks rasio dukungan infrastruktur PUPR terhadap keterpaduan pengembangan kawasan 80,00 77,00 96,25 Be erapa ke dala dala pe apaia sasara strategis keterpadua pe a gu a i frastruktur a tara lai : “ulit ya e dapatka data aik data re a a, progra aupu ke ajua pelaksa aa pe a gu a i frastruktur dari daerah, kare a elu ada ya data i for asi satu pi tu; Belu ada ya legalitas eka is e koordi asi kola orasi da si kro isasi se ara erkala de ga se ua pe a gku kepe ti ga pihak ya g terli at dala pe a gu a i frastruktur PUP‘ ; Kura g ya i te sitas perte ua koordi asi i te s de ga pe eri tah daerah ya g terkait, serta kura g i te sitas ya pe a taua pada tiap pelaksa aa ko po e keterpadua aik pere a aa , pe rogra a da pelaksa aa . Adapu ti dak la jut upaya pe apaia ki erja ke depa a tara lai : Me uat eka is e sekaligus data de ga pe da; Melegalka koordi asi eka is e kola orasi da si kro isasi se ara erkala de ga se ua pe a gku kepe ti ga ; Me i gkatka i te sitas perte ua koordi asi de ga pelaksa aa ; da Me i gkatka kualitas-kualitas i te sitas o e pada tiap ko po e keterpadua . Target tahu u tuk keterpadua di dala kawasa adalah 7 , seda gka apaia ki erja ya adalah , , ke udia target keterpadua a tar kawasa adalah 7 , seda gka apaia ki erja ya adalah , , sela jut ya target keterpadua a tar WP“ adalah 7 , seda gka apaia ki erja ya adalah , . Periode Pe gukura ya adalah setiap tahu , de ga pe dekata Lag. “eda gka “u er Data pe gukura adalah data dari asi g- asi g Kawasa “trategis pada WP“ ya g diterpaduka dari Ke e teria PUP‘ da Pe eri tah Daerah . “e e tara asu si ya adalah ketersediaa data eksisti g i frastruktur ida g PUP‘ ya g telah ter a gu le gkap dari se ua direktorat je deral sektor di awah Ke e teria PUP‘, eserta data progress tahu erjala , data hasil o itori g da e aluasi kesesuaia kua titas, kualitas da ketepata waktu serta pelaksa aa reko e dasi per aika pelaksa aa keterpadua . IV-5 Tabel IV.4. Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur PUPR No WPS Keterpaduan Perencanaan 1 Kesinkronan Program 2 Keterpaduan Pelaksanaan 3 Keterpaduan Kawasan 1 WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Metro Medan- Tebing Tinggi-Dumai- Pekanbaru 0,46 0,28 0,14 88 2 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Sabang- Banda Aceh- Langsa 0,40 0,25 0,11 75 3 WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Batam- Tanjung Pinang 0,46 0,28 0,13 87 4 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Sibolga- Paadang - Bengkulu 0,42 0,26 0,11 80 5 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Jambi- Palembang- Bangka Belitung 0,41 0,28 0,10 78 6 WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Merak- Bakauheni- Bnadar Lampung- Palembang- Tanjung Api-api 0,46 0,28 0,13 86 7 WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Jakarta - Bogor - Ciawi - Sukabumi 0,46 0,24 0,14 89 8 WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Jakarta - Bandung - Cirebon - Semarang 0,47 0,28 0,14 89 9 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Tanjung Lesung - Sukabumi - Pangandaran - Cilacap 0,41 0,25 0,14 77 10 WPS Pusat Pertumbuhan Terpady Yogyakarta - Solo - Semarang 0,46 0,26 0,14 88 11 WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Semarang - Surabaya 0,46 0,28 0,13 87 12 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Yogyakarta – Prigi – Blitar - Malang 0,39 0,24 0,11 74 13 WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Malang – Surabaya - Bangkalan 0,47 0,28 0,13 88 14 WPS Konektivitas Keseimbangan Pertumbuhan Surabaya – Pasuruan – Banyuwangi 0,47 0,28 0,13 88 IV-6 No WPS Keterpaduan Perencanaan 1 Kesinkronan Program 2 Keterpaduan Pelaksanaan 3 Keterpaduan Kawasan 15 WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Gilimanuk – Denpasar - PadangBay 0,46 0,28 0,13 88 16 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Lombok 0,39 0,23 0,11 73 17 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Sumbawa 0,40 0,24 0,12 76 18 WPS Pertumbuhan Baru Waingapu – Manado- Labuan Bajo- Ende 0,38 0,23 0,11 73 19 WPS Pertumbuhan Baru Kupang – Atambua 0,38 0,23 0,11 72 20 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ketapang – Pontianak – Singkawang - Sambas 0,40 0,24 0,11 74 21 WPS Pertumbuhan Baru Temajuk Sebatik 0,38 0,22 0,12 73 22 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Palangkaraya – Banjarmasin - Batulicin 0,40 0,24 0,11 75 23 WPS Pusat Pertumbuhan erpadu Balikpapan – Samarinda – Maloy 0,47 0,27 0,14 88 24 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Manado – Bitung – Amorang – Lolak - Kotamobagu 0,41 0,28 0,13 88 25 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Gorontalo – Bolaang Mongondow 0,46 0,28 0,13 86 26 WPS Pertumbuhan Baru Palu – Banggai 0,36 0,23 0,06 59 27 WPS Pertumbuhan Mamuju – Mamasa – Toraja – Kendari – Buton – Wakatobi 0,26 0,21 0,10 67 28 WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Makassar – Pare- Pare – Mamuju 0,45 0,28 0,12 85 29 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ternate – Sofifi – Morotai 0,41 0,25 0,12 77 30 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ambon – Masohi 0,41 0,25 0,12 77 31 WPS Pertumbuhan Baru Sorong – Manokwari 0,38 0,23 0,11 73 IV-7 No WPS Keterpaduan Perencanaan 1 Kesinkronan Program 2 Keterpaduan Pelaksanaan 3 Keterpaduan Kawasan 32 WPS Pertumbuhan Baru Manokwari – Bintuni 0,39 0,23 0,11 73 33 WPS Pertumbuhan Baru Nabire – Enarotali – Ilaga – Timika – Wamena 0,35 0,21 0,10 66 34 WPS Pertumbuhan Baru Jayapura – Merauke 0,40 0,24 0,11 75 35 WPS Pulau pulau terluar 0,35 0,21 0,10 66 Keterangan: 1 Keterpaduan perencanaan berdasarkan program pengelolaan sumber daya air, penyelenggaraan jalan, pengembangan permukiman, serta penyediaan dan pembiayaan perumahan. 2 Kesinkronan program berdasarkan fungsi, dukungan, lokasi, besaran, waktu, kriteria kesiapan, dan biaya. 3 Keterpaduan pelaksanaan berdasarkan kesesuaian waktu, volume, dan kuantitas.

4.1.1.2 Meningkatnya Dukungan untuk Kedaulatan Pangan dan Energi

Sasaran strategis Meningkatnya Dukungan untuk Kedaulatan Pangan dan Energi diukur oleh indikator kinerja Tingkat Dukungan Kedaulatan Pangan dan Ketahanan Energi dengan tingkat capaian sebesar 52,66 atau melebihi target yang telah ditetapkan di dalam Perjanjian Kinerja yaitu 45,83. Capaian kinerja indikator tersebut adalah sebesar 115. Tabel IV.5. Capaian Dukungan Kedaulatan Pangan dan Energi No Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Kinerja 1 Tingkat dukungan kedaulatan pangan dan energi 45,83 52,66 114,90 Indikator kinerja Tingkat Dukungan Kedaulatan Pangan dan Ketahanan Energi diukur dari rata- rata capaian outcome yang dihasilkan outcome based, yang meliputi: 1 Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Layanan Irigasi dan 2 Peningkatan Potensi Sumber Energi. Capaian outcome tersebut dijabarkan sebagai berikut: Tabel IV.6. Outcome Pendukung Capaian Dukungan Kedaulatan Pangan dan Ketahanan Energi No OutcomeIndikator Kinerja Baseline 2014 Capaian 2015 Persentase 1 Pemenuhan kebutuhan air baku untuk layanan irigasi a. Peningkatan layanan jaringan irigasi 1.844.066 Ha 182.017 Ha 85,16 b. Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi 5.141.407 Ha 480.534 Ha 71,24 2 Peningkatan potensi sumber energi 8.706 MW 113,19 MW 1,59 IV-8 1 Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Layanan Irigasi Nilai ketahanan pangan sangat bergantung akan ketersediaan pangan dan kemudahan untuk mengaksesnya. Langkah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan nilai ketahanan pangan yaitu dengan mendayagunakan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi yang difokuskan pada upaya peningkatan fungsi jaringan irigasi yang sudah dibangun tetapi belum berfungsi, rehabilitasi pada areal irigasi berfungsi yang mengalami kerusakan, dan peningkatan kinerja operasi dan pemeliharaan. Sejak tahun 2010, telah dilakukan berbagai upaya pembangunan, rehabilitasi, serta operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi permukaan, jaringan irigasi rawa, dan jaringan irigasi air tanah sehingga kebutuhan irigasi untuk pertanian terpenuhi. Keberhasilan ini berdampak domino pada surplusnya produksi beras untuk kebutuhan nasional. Surplus produksi beras terus meningkat dari 4,3 juta ton pada tahun 2010 menjadi 6,8 juta ton pada tahun 2013. Meskipun demikian, dari hasil analisis berdasarkan tren jumlah penduduk, diperkirakan Indonesia membutuhkan areal irigasi baru dalam rangka menjaga kecukupan beras nasional. Sementara ketersediaan areal untuk pengembangan lahan irigasi baru semakin terbatas. Perlunya diprioritaskan lahan sawah agar tidak berubah fungsi dengan menetapkannya pada RTRW masing-masing daerah. Pada Tahun 2015, guna memenuhi kebutuhan air baku untuk layanan irigasi, Kementerian PUPR telah melakukan peningkatan suplai irigasi waduk, meningkatkan layanan jaringan irigasi seluas 181.283 Ha pembangunan jaringan irigasi kewenangan pusat, jaringan irigasi rawa, jaringan irigasi tambak, dan jaringan irigasi air tanah, pengembalian fungsi dan layanan rehabilitasirevitalisasi jaringan irigasi seluas 477.961 Ha, serta operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. 2 Peningkatan Potensi Sumber Energi Pada tahun 2015, terdapat peningkatan potensi sumber energi sebesar 113,19 MW dari pembangkit listrik tenaga air PLTA yang didukung melalui pembangunan 16 enam belas bendungan on going serta operasionalisasi 5 buah waduk yaitu Waduk Jatigede Jawa Barat, Waduk Nipah Jawa Timur, Waduk Bajulmati Jawa Timur, Waduk Rajui Aceh, dan Waduk Titab Bali. IV-9 Gambar 4.2 Lokasi Pembangunan 16 Bendungan Baru

4.1.1.3 Meningkatnya Dukungan Konektivitas Bagi Penguatan Daya Saing

Sasaran strategis Meningkatnya Dukungan Konektivitas Bagi Penguatan Daya Saing diukur dengan indikator kinerja Tingkat Konektivitas Jalan Nasional. Pencapaian sasaran strategis tersebut didukung oleh sasaran program yaitu Menurunkan Waktu Tempuh pada Koridor Utama Sumatera dan Jawa dengan indikator kinerja program Waktu Tempuh pada Koridor Utama menjadi 2,2 jam100km. Sasaran program tersebut didukung melalui output pembangunan jembatan; pelebaran jembatan; pembangunan fly overunderpassterowongan; pembangunan jalan baru; pembangunan jalan bebas hambatan; pembangunan jalan di kawasan strategis, perbatasan, wilayah terluar dan terdepan; pembangunan jembatan di kawasan strategis, perbatasan, wilayah terluar dan terdepan. Tabel IV.7. Capaian Dukungan Konektivitas Bagi Penguatan Daya Saing No Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Kinerja 1 Tingkat dukungan terhadap penguatan konektivitas nasional 73 74,50 102,05 Sasaran strategis tersebut didukung oleh sasaran program Menurunkan Waktu Tempuh pada Koridor Utama dengan capaian indikator kinerja program menurunnya waktu tempuh pada koridor utama menjadi 2,7 jam100km sesuai dengan target tahun 2015. Adapun capaian output yang mendukung adalah sebagai berikut: IV-10 Tabel IV.8. Outcome Pendukung Capaian Dukungan Konektivitas Bagi Penguatan Daya Saing No Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Kinerja 1 Panjang jembatan yang dibangun baru m 6.917 6.953 101 2 Panjang jalan yang mendapat pelebaran Km 2.021 1.927 95 3 Panjang Fly Over Underpass Terowongan yang dibangun m 2.379 1.828 77 4 Panjang jalan yang dibangun baru Km 485 512 106 5 Panjang jalan bebas hambatan yang dibangun Km 33 21 64 6 Panjang jalan yang dibangundilebarkan di kawasan strategis, perbatasan, wilayah terluar dan terdepan Km 738 774 105 7 Panjang jembatan yang dibangun diduplikasi di kawasan strategis, perbatasan, wilayah terluar dan terdepan m 1.026 1.017 99 1 Pembangunan jalan bebas hambatan baru Pembangunan Jalan Bebas Hambatantol sepanjang 1.000 Km akan dilakukan dalam lima tahun sampai dengan tahun 2019, dengan realisasi pembangunan jalan tol yang sepenuhnya didanai oleh Pemerintah pada tahun 2015 adalah 21 km. Jalan bebas hambatan direncanakan untuk dibangun di Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi dan Kalimantan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial pada wilayah strategis dan pusat pertumbuhan. Pembangunan jalan tol merupakan strategi peningkatan mobilitas dan aksesibilitas pada koridor-koridor utama di Indonesia. Selain itu, pembangunan jalan tol juga diharapkan dapat mengurangi waktu tempuh koridor-koridor utama serta menjadi pendorong peningkatan kualitas logistik di Indonesia. Jalan bebas hambatan dikembangkan sebagai backbone transportasi darat pulau-pulau besar di Indonesia. 2 Pembangunan jalan nasional Jalan nasional baru yang akan dibangun hingga tahun 2019 mencapai panjang 2.650 Km dengan realisasi tahun 2015 sepanjang 512 km untuk jalan baru dan 774 km jalan di kawasan strategis, perbatasan, wilayah terluar dan terdepan. Pembangunan jalan baru ini ditujukan untuk meningkatkan konektivitas nasional guna menghubungkan pusat-pusat kegiatan. Selain itu, pembangunan jalan juga dilaksanakan untuk meningkatkan aksesibilitas khususnya pada kawasan strategis untuk mendukung kegiatan pariwisata dan ekonomi kreatif. Pada kawasan perkotaan yang memiliki kegiatan ekonomi yang telah tumbuh pesat, pembangunan jalan baru dibutuhkan untuk mendukung mobilitas serta mengurai kemacetan. IV-11 3 Peningkatan kapasitas jalan nasional Untuk dapat mengimbangi tingkat pertumbuhan kendaraan maka jalan nasional akan ditingkatkan kapasitasnya melalui upaya pelebaran jalan dan pembangunan Fly OverUnder Pass. Peningkatan kapasitas dilakukan untuk meningkatkan nilai utilitas jalan, sehingga dapat melayani jumlah kendaraan yang lebih banyak. Selain itu, persimpangan sebidang dengan lalu lintas padat serta perlintasan kereta api perlu mendapat penanganan sehingga arus lalu lintas tidak terhambat dan menimbulkan kemacetan. Pada kurun waktu lima tahun dari tahun 2015 sampai dengan 2019 rencana peningkatan kapasitas jalan nasional adalah sepanjang 3.072 km yang terdiri dari pelebaran jalan sepanjang 3.057 km dengan realisasi tahun 2015 sepanjang 1.927 km dan pembangunan Fly Over atau Under Pass sepanjang 15 km dengan realisasi tahun 2015 sepanjang 1.828 m.

4.1.1.4 Meningkatnya Dukungan Layanan Infrastruktur Dasar Permukiman dan Perumahan

Sasaran strategis Meningkatnya Dukungan Layanan Infrastruktur Dasar Permukiman dan Perumahan dicapai berdasarkan pengukuran outcome dari subbidang cipta karya penurunan luasan permukiman kumuh perkotaan dan peningkatan cakupan pelayanan akses sanitasi serta subbidang perumahan rakyat. Tabel IV.9. Capaian Dukungan Layanan Infrastruktur Dasar Permukiman dan Perumahan No Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Kinerja 1 Tingkat layanan infrastruktur dasar permukiman dan perumahan 81,00 80,46 99,33 Perhitungan outcome pendukung sasaran strategis di atas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel IV.10. Outcome Pendukung Capaian Dukungan Layanan Infrastruktur Dasar Permukiman dan Perumahan No OutcomeIndikator Kinerja Target Capaian Kinerja 1 Subbidang Cipta Karya 78,00 76,91 98,60 a. Penurunan luasan permukiman kumuh perkotaan 92,00 90,82 91,41 b. Peningkatan cakupan pelayanan akses sanitasi 64,00 63,00 98,43 2 Subbidang Perumahan Rakyat 84,00 83,72 99,67 a. Pemenuhan perumahan yang layak huni bagi rumah tangga berpenghasilan rendah 84,00 83,72 99,67 IV-12

4.1.2 Internal Process

Dari perspektif internal process ditargetkan mencapai 68,85 sementara realisasinya melebihi target yaitu 77,08 atau dengan pencapaian kinerja sebesar 111,95. Capaian dari perspektif tersebut didukung oleh tujuh sasaran strategis dengan rincian sebagai berikut: Tabel IV.11. Capaian Kinerja dari Perspektif Internal Process No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Kinerja SS.5 Meningkatnya keterpaduan perencanaan, pemrograman, dan penganggaran a. Tingkat keterpaduan kebijakan, perencanaan, pemrograman terhadap penganggaran pembangunan bidang PUPR 80,00 80,00 100,00 SS.6 Meningkatnya ketahanan air a. Tingkat dukungan ketahanan air nasional 28,95 39,74 137,27 SS.7 Meningkatnya kemantapan jalan nasional a. Tingkat kemantapan jalan nasional 86,00 89,36 103,90 SS.8 Meningkatnya kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur permukiman a. Tingkat kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur permukiman 77,00 74,71 97,02 SS.9 Meningkatnya penyediaan dan pembiayaan perumahan a. Tingkat pemenuhan perumahan yang layak huni bagi rumah tangga berpenghasilan rendah 84,00 83,73 99,67 SS.10 Meningkatnya pengendalian dan pengawasan pelaksanaan kebijakan dan rencana program dan anggaran pembangunan bidang PUPR a. Tingkat pengendalian pelaksanaan program dan anggaran pembangunan bidang PUPR 51,00 86,64 169,89 SS.11 Meningkatnya kapasitas dan kualitas konstruksi nasional a. Tingkat pengendalian pelaksanaan konstruksi nasional 75,00 80,87 107,82 INTERNAL PROCESS 68,85 76,43 111,01 Sumber: Hasil Perhitungan Tim Penyusun, 2015 IV-13 Penjelasan capaian masing-masing sasaran strategis tersebut di atas adalah sebagai berikut:

4.1.2.1 Meningkatnya Keterpaduan Perencanaan, Pemrograman, dan Penganggaran

Ta rget tahu u tuk ti gkat keterpadua pere a aa de ga pelaksa aa de iasi dala kawasa , a tar kawasa da a tar WP“ adalah , seda gka apaia ki erja ya adalah 0, . Capaia terse ut erupaka agregat dari seluruh hasil pe ilaia dari WP“ da a tar WP“. “e e tara itu, target tahu u tuk ti gkat si kro isasi progra waktu, fu gsi, lokasi, esara disparitas ke utuha de ga pe rogra a adalah 7 , seda gka apaia ki erja ya adalah 0, . Capaia 0, i i erupaka agregat dari seluruh hasil pe ilaia dari WP“ da a tar WP“. Tabel IV.12. Capaian Keterpaduan Perencanaan, Pemrograman, dan Penganggaran No Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Kinerja 1 Tingkat keterpaduan kebijakan, perencanaan, pemrograman terhadap penganggaran pembangunan bidang PUPR 80,00 80,00 100,00 Pe gu gkit ke erhasila pe apaia sasara strategis e i gkat ya keterpadua pere a aa , pe rogra a , da pe ga ggara a tara lai : Pere a aa , pe rogra a da o itori g e luasi serta pe eria reko e dasi per aika pelaksa aa keterpadua pe a gu a i frastruktur PUP‘ de ga pe ge a ga wilayah erada di awah kewe a ga Ke e teria PUP‘ elalui BPIW; Ke e teria PUP‘ erupaka pe a ggu g jawa ack one pada setiap kawasa wilayah aik jala aupu su gai ; Pere a aa pe ge a ga wilayah ya g aplikatif da diprogra ka u tuk dilaks aka sa gat diperluka ; da “ektor lai Ke e teria Le aga lai ulai ter uka u tuk e ya paika duku ga ya g diperluka serta kooperatif u tuk erkoordi asi. Perhitu ga ti gkat keterpadua pere a aa , pe rogra a , da pe ga ggara per WP“ dapat dilihat pada ta el erikut. Tabel IV.13. Perhitungan Keterpaduan Perencanaan, Pemrograman dan Penganggaran No WPS Total Keterpaduan Perencanaan Total Keterpaduan Program Keterangan 1 WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Metro Medan-Tebing Tinggi-Dumai- Pekanbaru 88 86 Total keterpaduan perencanaan dihitung dari: 1. Keterpaduan perencanaan strategis; 2. Keterpaduan perencanaan 2 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Sabang- Banda Aceh- Langsa 75 77 3 WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Batam- Tanjung Pinang 87 89 4 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Sibolga- Paadang – Bengkulu 80 86 IV-14 No WPS Total Keterpaduan Perencanaan Total Keterpaduan Program Keterangan 5 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Jambi- Palembang- Bangka Belitung 78 81,6 pengembangan kawasan Total keterpaduan program dihitung dari: 1. Keterpaduan program jangka panjang; 2. Keterpaduan program jangka pendek dan tahunan 6 WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Merak- Bakauheni- Bnadar Lampung- Palembang- Tanjung Api-api 86 88 7 WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Jakarta - Bogor - Ciawi - Sukabumi 86 75 8 WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Jakarta - Bandung - Cirebon - Semarang 89 87 9 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Tanjung Lesung - Sukabumi - Pangandaran - Cilacap 77 78 10 WPS Pusat Pertumbuhan Terpady Yogyakarta - Solo - Semarang 88 80 11 WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Semarang - Surabaya 87 88 12 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Yogyakarta – Prigi – Blitar - Malang 74 76 13 WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Malang – Surabaya – Bangkalan 88 87 14 WPS Konektivitas Keseimbangan Pertumbuhan Surabaya – Pasuruan - Banyuwangi 88 88 15 WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Gilimanuk – Denpasar - PadangBay 88 88 16 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Lombok 73 73 17 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Sumbawa 76 74 18 WPS Pertumbuhan Baru Waingapu – Manado- Labuan Bajo- Ende 73 74 19 WPS Pertumbuhan Baru Kupang – Atambua 72 73 20 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ketapang – Pontianak – Singkawang - Sambas 74 74 21 WPS Pertumbuhan Baru Temajuk Sebatik 73 69 22 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Palangkaraya – Banjarmasin - Batulicin 75 75 23 WPS Pusat Pertumbuhan erpadu Balikpapan – Samarinda – Maloy 88 85 24 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Manado – Bitung – Amorang – Lolak - Kotamobagu 88 88 25 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Gorontalo – Bolaang Mongondow 86 86 IV-15 No WPS Total Keterpaduan Perencanaan Total Keterpaduan Program Keterangan 26 WPS Pertumbuhan Baru Palu – Banggai 69 73 27 WPS Pertumbuhan Mamuju – Mamasa – Toraja – Kendari – Buton – Wakatobi 67 67 28 WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Makassar – Pare-Pare – Mamuju 85 88 29 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ternate – Sofifi – Morotai 77 77 30 WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ambon – Masohi 77 77 31 WPS Pertumbuhan Baru Sorong – Manokwari 73 73 32 WPS Pertumbuhan Baru Manokwari – Bintuni 73 73 33 WPS Pertumbuhan Baru Nabire – Enarotali – Ilaga – Timika – Wamena 66 66 34 WPS Pertumbuhan Baru Jayapura – Merauke 75 75 35 WPS Pulau pulau terluar 66 66

4.1.2.2 Meningkatnya Ketahanan Air

Sasaran strategis Meningkatnya Ketahanan Air diukur oleh indikator kinerja Tingkat Dukungan Ketahanan Air Nasional dengan tingkat capaian sebesar 39,74 dari target yang ditetapkan yaitu 28,95. Capaian kinerja indikator tersebut adalah 137. Tabel IV.14. Capaian Ketahanan Air No Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Kinerja 1 Tingkat ketahanan air 28,95 39,74 137,27 Indikator kinerja Tingkat Dukungan Ketahanan Air Nasional diukur dari rata-rata capaian outcome yang dihasilkan outcome based, yang meliputi: 1 Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku; 2 Meningkatnya kapasitas tamping sumber-sumber air; dan 3 Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air. Capaian outcome tersebut dijabarkan sebagai berikut: IV-16 Tabel IV.15. Outcome Pendukung Capaian Ketahanan Air No OutcomeIndikator Kinerja Baseline 2014 Capaian 2015 Persentase 1 Pemenuhan kebutuhan air baku untuk kehidupan sehari-hari 51,44 m 3 det 8,74 m 3 det 70,70 2 Peningkatan kapasitas tampung sumber air 12.679 juta m 3 1.025 juta m 3 2,67 3 Peningkatan layanan infrastruktur pengendali daya rusak air 36.199 Ha 69.725 Ha 45,84 1 Pemenuhan kebutuhan air baku untuk kehidupan sehari-hari Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air baku diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga terutama di wilayah rawandefisit air, wilayah tertinggal, dan wilayah strategis. Kementerian PUPR melalui Ditjen Sumber Daya Air turut berperan dalam mendukung pencapaian target MDG s yaitu pe i gkata akses ru ah ta gga terhadap su er air i u layak pada tahun 2015 sebesar 68,87. Selama periode 2010-2014 telah terbangun prasarana dan sarana air baku untuk kehidupan sehari-hari dengan kapasitas mencapai 51,44 m 3 det serta tahun 2015 ini terdapat capaian 8,74 m 3 det atau telah mencapai 70,70. 2 Peningkatan kapasitas tampung sumber air Indonesia memiliki total potensi air sebesar 3,9 triliun m 3 , namun hingga tahun 2014 baru ± 12 milyar m 3 atau 50 m 3 per kapita yang dapat dikelola melalui reservoir. Kapasitas tampung air yang ada saat ini dapat mengairi jaringan irigasi waduk sebanyak 960 ribu hektar 11. Namun belum dapat mengantisipasi kekritisan air ke depan. Hingga tahun 2015, seluruh target tercapai meliputi pemenuhan target pembangunan waduk sebanyak 16 buah, penyelesaian pembangunan embung sebanyak 364 buah, rehabilitasi waduk 6 buah, rehabilitasi embungsitubangunan penampung air sebanyak 64 buah, serta revitalisasi danau sebanyak 15 danau. 3 Peningkatan layanan infrastruktur pengendali daya rusak air Pengendalian daya rusak air terutama dalam hal penanggulangan banjir mengutamakan pendekatan non-konstruksi melalui konservasi sumberdaya air dan pengelolaan daerah aliran sungai dengan memperhatikan keterpaduan dengan tata ruang wilayah, diutamakan pada daerah berpenduduk padat, konektivitas antar pusat ekonomi dan kawasan strategis mendukung MP3EI. IV-17 Dalam rangka pengendalian daya rusak air, pada tahun 2015 ini telah dilakukan upaya perlindungan terhadap kawasan yang berpotensi terkena dampak banjir melalui pembangunan sarana dan prasarana pengendali banjir sepanjang 305 km serta rehabilitasi sepanjang 136 km, pembangunan sarana prasarana pengendali laharsedimen sebanyak 52 buah serta rehabilitasi 21 buah, dan pembangunan sarana dan prasarana pengaman pantai sepanjang 67 km. Peningkatan luas kawasan yang terlindungi dari daya rusak air dengan nilai capaian sangat baik. Target yang telah ditetapkan dapat dilampaui.

4.1.2.3 Meningkatnya Kemantapan Jalan Nasional

Sasaran strategis Meningkatnya Kemantapan Jalan Nasional diukur dengan indikator kinerja Tingkat Kemantapan Jalan Nasional. Pencapaian sasaran strategis tersebut didukung oleh sasaran program yaitu Meningkatnya Pelayanan Jalan Nasional dengan indikator kinerja program Tingkat Penggunaan Jalan Nasional menjadi 133 milyar kendaraan km. Sasaran program tersebut didukung melalui output pemeliharaan jalan rutin dan berkalarehabilitasi; pemeliharaan jembatan rutin dan berkalarehabilitasi; rekonstruksi jalan; penggantian jembatan. Tabel IV.16. Capaian Kemantapan Jalan Nasional No Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Kinerja 1 Tingkat kemantapan jalan nasional 86,00 89,36 103,90 Sasaran strategis tersebut didukung oleh sasaran program Meningkatnya Pelayanan Jalan Nasional dengan capaian indikator kinerja program tingkat penggunaan jalan nasional sebanyak 102 milyar kendaraan km sesuai dengan target tahun 2015 yang telah melebihi target yang ditetapkan yaitu 101 milyar kendaraan km. Capaian tersebut diukur melalui survei yang telah dijelaskan di Bab 2. Adapun capaian output yang mendukung adalah sebagai berikut: Tabel IV.17. Outcome Pendukung Capaian Kemantapan Jalan Nasional No Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Kinerja 1 Panjang jalan yang mendapat pemeliharaan rutin km 32.246 32.437 101 2 Panjang jembatan yang mendapat pemeliharaan rutin m 324.932 333.215 103 3 Panjang jalan yang mendapat pemeliharaan berkalarehabilitasi km 939 984 105 4 Panjang jembatan yang mendapat pemeliharaan berkalarehabilitasi m 16.227 21.206 131 IV-18 No Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Kinerja 5 Panjang jalan yang mendapat rekonstruksipeningkatan struktur km 1.862 2.016 108 6 Panjang jembatan yang mendapat penggantian m 9.350 8.084 86 Perwujudan output-output tersebut di atas memerlukan mekanisme pengendalian yang menyeluruh mulai dari tahap perencanaan umum, perencanaan teknis, pelaksanaan maupun pengawasan dari paket-paket pekerjaan yang jumlahnya sangat banyak, tersebar di seluruh ruas jalan Nasional di seluruh provinsi di Indonesia. Mekanisme pengendalian tersebut dibantu oleh 2 dua perangkat lunak yaitu IRMS Interurban Road Management System dan RAMS Road Asset Management System. Preservasi jalan bertujuan untuk memastikan dukungan jalan terhadap kegiatan pembangunan tetap terjamin dan kondisi jalan dalam kondisi mantap. Jalan nasional telah berada pada level kemantapan 94. Kondisi ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan sehingga kondisi kemantapan jalan nasional dapat mencapai angka 98. Kondisi jalan yang mantap akan berpengaruh pada kualitas perjalanan, kenyamanan berkendara, dan kecepatan tempuh yang dicapai saat berkendara.

4.1.2.4 Meningkatnya Kualitas dan Cakupan Pelayanan Infrastruktur Permukiman

Sasaran strategis Meningkatnya Kualitas dan Cakupan Pelayanan Infrastruktur Permukiman diukur dari perhitungan hasil sasaran program outcome based, di antaranya: 1 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat; 2 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang layak; 3 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat. Tabel IV.18. Capaian Kualitas dan Cakupan Pelayanan Infrastruktur Permukiman No Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Kinerja 1 Tingkat kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur permukiman 77,00 74,71 97,02 Sasaran strategis tersebut tidak dapat terpenuhi karena tidak tercapainya outcome pendukung antara lain akses air minum, akses sanitasi, dan permukiman kumuh. Rincian perhitungan outcome pendukung sasaran strategis adalah sebagai berikut: IV-19 Tabel IV.19. Outcome Pendukung Capaian Kualitas dan Cakupan Pelayanan Infrastruktur Permukiman No Sasaran StrategisProgram Indikator Kinerja Baseline Target Realisasi Ket 1 Meningkatnya kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur permukiman Tingkat kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur permukiman - 77 74,71 Rata-rata sasaran program a. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat Persentase peningkatan cakupan pelayanan akses air minum 68,11 76 70,31 - b. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang layak Persentase penurunan luasan permukiman kumuh perkotaan 10 2 0,82 Baseline permukiman layak tidak kumuh adalah 90 c. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat Persentase peningkatan cakupan pelayanan akses sanitasi 61,06 64 63,00 - 1 Peningkatan cakupan pelayanan akses air minum Kinerja sasaran ini digambarkan melalui indikator meningkatnya cakupan pelayanan akses air minum. Pada tahun 2015, untuk mencapai target 76, perlu peningkatan 7,89 sementara telah terealisasi sebanyak 7.349 literdetik atau setara dengan 2,205 cakupan pelayanan akses air minum. Angka realisasi 2,205 ini merupakan total target kapasitas SPAM terbangun baik diperkotaan maupun di perdesaan berdasarkan perhitungan full capacity SPAM terbangun. Meningkatnya realisasi cakupan pelayanan akses air minum karena adanya revisi APBN sehingga menambah kapasitas terbangun pada jaringan SPAM MBR, SPAM IKK, dan SPAM pada kawasan khusus. Dalam mencapai peningkatan 7,89, telah dilakukan pembangunan di 237 IKK, 1.449 desa Pamsimas, 617 kawasan SPAM terfasilitasi, 246 kawasan SPAM Non-PDAM terfasiltiasi serta 246 kawasan khusus dengan kinerja fisik sebesar 93,49. IV-20 2 Penurunan luasan permukiman kumuh perkotaan Kinerja sasaran Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan per uki a layak diga arka elalui i dikator ki erja pe uru a luasa per uki a ku uh perkotaa de ga target di tahu se esar 2. Pada tahun 2015, realisasi kinerja sasaran ini adalah 0,82 atau setara dengan 3.140 Ha. Berdasarkan baseline luasan kawasan kumuh tahun 2014 sebesar 38.143 Ha, dan dengan terealisasinya penurunan luasan kawasan kumuh Tahun 2015 sebesar 3.140 Ha, maka luasan kawasan kumuh yang belum tertangani hingga tahun 2015 adalah sebesar 35.003 Ha. Realisasi 3.140 Ha merupakan kontribusi langsung dari APBN. Jika realisasi ini disandingkan dengan target Renstra, maka masih terdapat selisih sebesar 1,18 yang diharapkan dapat terpenuhi dari APBD, Swasta dan Masyarakat. 3 Peningkatan cakupan pelayanan akses sanitasi Pencapaian kinerja Sasaran Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi asyarakat, diga arka de ga i dikator ki erja pe i gkata akupan pelayanan akses sa itasi . U tuk encapai target tahun 2015 sebesar 64, perlu ditingkatkan 2,94 dari baseline 61,06. Pada tahun 2015, realisasi kinerja sasaran ini adalah 1,94 dengan rincian sebesar 0,21 untuk air limbah dan 1,73 untuk persampahan atau setara dengan 4.955.956 Jiwa. Pelaksanaan kinerja sasaran ini dilakukan melalui pembangunan sistem pengolahan air limbah skala regional, sistem pengolahan drainase perkotaan, penanganan persampahan skala regional, sistem penanganan persampahan skala kota, sistem pengolahan air limbah skala kota, sistem pengolahan air limbah skala kawasan, sistem pengolahan air limbah khusus, sistem penanganan persampahan skala kawasan, dan sistem penanganan persampahan khusus. IV-21

4.1.2.5 Meningkatnya Penyediaan dan Pembiayaan Perumahan

Sasaran strategis Meningkatnya Penyediaan dan Pembiayaan Perumahan diukur dengan indikator kinerja Tingkat Pemenuhan Perumahan yang Layak Huni bagi Rumah Tangga Berpenghasilan Rendah. Pencapaian sasaran strategis tersebut didukung oleh dua program yaitu Program Pengembangan Perumahan yang dilaksanakan oleh Ditjen Penyediaan Perumahan dan Program Pengembangan Pembiayaan Perumahan oleh Ditjen Pembiayaan Perumahan. Program Pengembangan Perumahan diukur melalui capaian satu sasaran program yaitu menurunnya kekurangan tempat tinggal backlog dan menurunnya rumah tidak layak huni. Sementara Program Pembiayaan Perumahan diukur melalui capaian dua sasaran program yaitu meningkatnya rumah tangga masyarakat berpenghasilan rendah yang menghuni rumah layak melalui bantuan fasilitas pendanaan dan pembiayaan perumahan serta menurunnya kekurangan tempat tinggal backlog melalui bantuan pendanaan dan pembiayaan perumahan. Tabel IV.20. Capaian Penyediaan dan Pembiayan Perumahan No Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Kinerja 1 Tingkat pemenuhan perumahan yang layak huni bagi rumah tangga berpenghasilan rendah 84,00 83,72 99,67 Capaian tersebut di atas diperoleh melalui perhitungan outcome yang mendukung outcome based dengan skenario sebagai berikut: Tabel IV.21. Outcome Pendukung Capaian Penyediaan dan Pembiayan Perumahan SASARAN INDIKATOR KINERJA SATUAN BASELINE 2014 TARGET 2015 REALISASI 2015 SASARAN STRATEGIS Tingkat penyediaan perumahan yang layak huni bagi rumah tangga berpenghasilan rendah - 83,81 83,72 Pengukuran Capaian Kinerja: Rumah Layak yang TersediaKebutuhan Rumah Kebutuhan Rumah 66.000.000 66.000.000 66.000.000 Rumah Layak yang Tersedia 55.085.000 55.312.820 55.260.944 Total Output strategis 227.820 175.944 OUTPUT STRATEGIS Rumah layak huni bagi rumah tangga MBR yang disediakan melalui belanja APBN Rumah Ditjen Penyediaan Perumahan 97.820 99.455 Rumah layak huni bagi rumah tangga MBR yang disediakan melalui pembiayaan lainnya Rumah Direktorat Jenderal Pembiayaan 130.000 76.489 IV-22 Target sebesar 83,81 terdiri atas kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan dengan Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan dengan capaian sebesar 83,72. Target output strategis tahun 2015 adalah 227.820 unit sedangkan capaiannya adalah 175.944 unit yang terdiri dari 99.455 unit rumah layak huni bagi rumah tangga MBR yang disediakan melalui belanja APBN dan 76.489 unit yang disediakan melalui pembiayaan lainnya. Capaian rumah layak huni bagi rumah tangga MBR yang disediakan melalui belanja APBN yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan adalah sebagai berikut: Tabel IV.22. Capaian Rumah Layak Huni Bagi MBR Melalui Belanja APBN No Jenis Rumah Rencana Realisasi Penurunan Backlog 1. Rumah Khusus 7.320 Unit 6.713 Unit 91,71 2. Rumah Susun 20.500 Unit 10.497 Unit 51,20 3. Rumah Swadaya PB 20.000 Unit 20.756 Unit 103,78 Sub Total 47.820 Unit 37.966 Unit 79,39 Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak Huni Rumah Swadaya PK 50.000 Unit 61.489 Unit 122,98 Total 97.820 Unit 99.455 Unit 101,67 Selain itu, pembangunan rumah layak huni bagi rumah tangga MBR dilakukan dengan skema pembiayaan lainnya yaitu melalui penyaluran Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan FLPP untuk memenuhi kebutuhan sub bidang perumahan dan kawasan permukiman dalam RPJMN 2015-2019 sebesar 5.900.000 unit untuk 5,9 juta rumah tangga. Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan FLPP adalah mekanisme bantuan pembiayaan perumahan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah MBR melalui penyediaan dana murah jangka panjang yang berasal dari APBN yang dipadukan dengan dana bank penerbit KPR dengan menggunakan metode blanded financing sebagai pokok kredit. FLPP merupakan terobosan dalam pembiayaan perumahan yang telah dikembangkan oleh sejak tahun 2010 berupa Kredit Pemilikan Rumah KPR dengan suku bunga rendah dan besarnya tetap selama masa angsuran KPR. Saat ini, pengelolaan FLPP dilaksanakan oleh Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan BLU-P2DPP melalui lembaga perbankan. Untuk tahun 2015, proporsi pembiayaannya adalah 90 dari dana APBN melalui BA. 999 dan 10 dana dari Bank Pelaksana. Penyaluran dana FLPP tahun 2015 terealisasi sebesar 6,05 T untuk 76.489 unit rumah yang dibayarkan melalui alokasi dana BA. 999 sebesar 5,1 T serta dana pengembalian pokok pinjaman dana bergulir sebesar 985 Miliar. IV-23

4.1.2.6 Meningkatnya Pengendalian dan Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan dan Rencana

Program dan Anggaran Pembangunan Bidang PUPR Sasaran strategis Meningkatnya Pengendalian dan Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan dan Rencana Program dan Anggaran Pembangunan Bidang PUPR diukur dengan indikator kinerja Tingkat Pengendalian Pelaksanaan Program dan Anggaran Pembangunan Bidang PUPR. Tabel IV.23. Capaian Pengendalian Pelaksanaan Program dan Anggaran No Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Kinerja 1 Tingkat pengendalian pelaksanaan program dan anggaran pembangunan bidang PUPR 51,00 86,64 169,89 Sasaran strategis tersebut didukung oleh sasaran program Meningkatnya kualitas pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara serta ketaatan, efisiensi, dan efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi aparatur Kementerian PUPR dengan 3 indikator kinerja program yaitu: 1 Level Internal Audit Capability Model IACM; 2 Persentase rekomendasi hasil pengawasan yang ditindaklanjuti dan tuntas serta tepat waktu; 3 Persentase jumlah unit kerjasatker yang bersih dari penyimpangan materiil. Tabel IV.24. Outcome Pendukung Capaian Pengendalian Pelaksanaan Program dan Anggaran No Sasaran Program Target 2015 Capaian 2015 1 Meningkatnya kualitas pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara serta ketaatan, efisiensi, dan efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi aparatur Kementerian PUPR a. Level Internal Audit Capability Model IACM Level 2 Level 2 100 b. Persentase rekomendasi hasil pengawasan yang ditindaklanjuti dan tuntas serta tepat waktu 70 83,03 c. Persentase jumlah unit kerjasatker yang bersih dari penyimpangan materiil 60 90,26 1 Level Internal Audit Capability Model IACM Pada tahun anggaran 2015, Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melakukan inventarisasi dan self – assesment terhadap IACM level 2 dalam rangka persiapan untuk peningkatan IACM ke level 3. Tim khusus telah dibentuk langsung oleh Inspektur Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang terdiri dari 7 tujuh sub tim yaitu pejabat struktural, jabatan fungsional umum, dan jabatan fungsional tertentu yang disesuaikan dengan Key Performance Area Internal Audit Capability Model. Tim khusus ini akan bekerja dalam mempersiapkan Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR mencapai target akhir yaitu IACM level 3. IV-24 IACM menyediakan alat bagi Kementerian yang dapat digunakan untuk: 1 Menentukan pemenuhan kegiatan pengawasan intern sesuai dengan sifat, kompleksitas, dan risiko yang terkait operasinya; serta 2 Menilai kapabilitas pengawasan intern yang dimiliki terhadap kapabilitas yang seharusnya dipenuhi. 2 Prosentase Rekomendasi Hasil Pengawasan yang ditindak lanjuti dan tuntas serta tepat waktu. Pada tahun anggaran 2015, target penuntasan temuan Laporan Hasil Pemeriksaan LHP yang diselesaikan dalam waktu 60 enam puluh hari sebesar 70. Realisasi terhadap target selama tahun 2015 untuk Indikator Kinerja Utama ini rata – rata mencapai 74,47 terhadap target 70. Jika pencapaian per triwulan diperbandingkan maka secara umum telah mencapai target. Khusus untuk triwulan kedua, evaluasi kinerja untuk triwulan kedua tahun 2015 tidak dapat dilakukan karena pelaksanaan kegiatan program kerja audit tahunan pada tahun anggaran 2015 dilaksanakan pada akhir triwulan kedua terkait padatnya kegiatan Inspektorat Jenderal di triwulan I, yaitu Kegiatan Reviu Revisi RKA KL terkait re-organisasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kegiatan Reviu Laporan Keuangan Kementerian Pekerjaan Umum tahun 2014, dan Reviu LKIP 2014 Kementerian Pekerjaan Umum. 3 Prosentase jumlah unit kerjasatker yang bersih dari penyimpangan materiil. Target Prosentase Jumlah Unit KerjaSatker yang bersih dari penyimpangan materiil pada tahun anggaran 2015 sebesar 60 dengan realisasi penurunan yang memiliki tren yang meningkat dari triwulan I sampai dengan triwulan III, dengan rata – rata realisasi sebesar 90.26 terhadap target 60. Namun pada triwulan IV mengalami penurunan sebesar 61.73 walaupun masih diatas target. Hal ini menjadi tantangan untuk tahun – tahun mendatang bagi tugas pembinaan yang dilakukan Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam membina para auditi sehingga jumlah auditi yang bersih dari penyimpangan materiil semakin meningkat seiring dengan pembinaan yang secara intensif dilakukan. Oleh karena itu program dan kegiatan sosialisasi dan pembinaan yang lebih intensif terhadap seluruh Satuan Kerja agar para Kepala Satuan Kerja menjadi lebih tertib dan bersih dari penyimpangan. IV-25 Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam rangka peningkatan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan kebijakan dan rencana program dan anggaran pembangunan bidang PUPR, antara lain: a. Mengefektifkan pengawasan melalui pendampingan penerapan Peraturan Pemerintah RI No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah SPIP, Peraturan Menteri No. 603PRTM2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendalian Manajemen dan No. 604PRTM2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan pada Pemilihan Penyedia Jasa Pengadaan BarangJasa di lingkungan Kementerian PUPR; b. Meningkatkan apresiasi dan evaluasi atas pemahaman good governance dan good corporate governance kepada para pejabat dan penyedia jasa di lingkungan Kementerian PUPR; c. Meningkatkan koordinasi dengan aparat pengawasan fungsional lainnya BPKP dan Inspektorat ProvinsiKabupatenKota untuk menghindari pemeriksaan yang berulang- ulang dalam satu obrik; d. Menindaklanjuti Laporan Hasil Pemeriksaan baik yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal, BPKP maupun BPK-RI dengan memberikan sanksi sesuai surat edaran Menteri PU No. 01SEM2005 dengan melakukan koordinasi yang intens dan teratur; e. Pemanfaatan tenaga fungsional dan kerjasama dengan Litbang dalam rangka pemeriksaan keteknikanpengujian mutu konstruksi; f. Mendukung peningkatan kapabilitas APIP Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan implementasi 6 enam Key Performance Area IACM untuk peningkatan ke level 3 seiring dengan hal tersebut kualitas dan kinerja audit juga akan mengalami peningkatan; g. Membangun Whistle Blowing System WBS, untuk mencegah dan melakukan deteksi dini dalam proses pengadaan barang dan jasa di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat diperlukan peran serta pegawai secara aktif untuk menjadi pelapor pelanggaran whistleblower melalui whistle blowing system. h. Pembentukan Unit Pengendali Gratifikasi sebagai upaya pengendalian gratifikasi di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Keberadaan UPG akan memudahkan kementerian guna melaporkan adanya gratifikasi kepada komisi anti korupsi. Berdasarkan laporan sampai dengan Desember 2015 tidak terdapat pengaduan terkait dengan gratifikasi, terbukti dengan tidak terisinya drop box pelaporan gratifikasi. Hal ini memerlukan sosialisasi lebih lanjut agar pegawai lebih memahami dan peduli akan pentingnya pencegahan korupsi. IV-26 i. Pembentukan zona Integritas dalam rangka Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi. j. Dalam melaksanakan Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Inspektorat Jenderal melakukan evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi. k. Dalam pelaksanaan reformasi birokrasi Inspektorat Jenderal melakukan penguatan pengawasan. l. Inspektorat Jenderal selaku APIP telah melaksanakan sosialisasi dan monitoring kepatuhan penyampaian LHKASN; berkoordinasi dengan unit kepegawaian atau unit lain yang ditunjuk menjadi koordinator LHKASN; melakukan verifikasi atas kewajaran LHKASN; melakukan klarifikasi kepada wajib lapor; melakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu; dan menyampaikan laporan. Inspektorat Jenderal telah melakukan monitoring dan pendampingan pengisian LHKASN ke lingkungan Inspektorat Jenderal, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, DKI, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Lampung, Cirebon, dan Bali. Memfasilitasi FGD Tata Cara Pengisian dan Penyampaian LHKASN. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2015 jumlah ASN yang sudah membuat LHKASN berjumlah 13.742 pegawai dan akan terus diupayakan agar seluruh pegawai mengisi LHKASN.

4.1.2.7 Meningkatnya Kapasitas dan Kualitas Konstruksi Nasional

Sasaran strategis Meningkatnya Kapasitas dan Kualitas Konstruksi Nasional diukur dengan indikator kinerja Tingkat Pengendalian Pelaksanaan Konstruksi Nasional yang dihitung berdasarkan rata-rata capaian lima indikator kinerja programnya, yang meliputi: 1 Rasio kapitalisasi konstruksi oleh investor nasional; 2 Tingkat BUJK yang berkualifikasi besar; 3 Tingkat penerapan manajemen mutu dan tertib penyelenggaraan konstruksi; 4 Persentase SDM konstruksi yang kompeten; dan 5 Persentase utilitas produk unggulan. Adapun ketercapaian sasaran strategis tersebut dapat dilihat sebagai berikut: Tabel IV.25. Capaian Kapasitas dan Kualitas Konstruksi Nasional No Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Kinerja 1 Tingkat pengendalian pelaksanaan konstruksi nasional 75,00 80,87 107,82 IV-27 Dapat dilihat pada tabel diatas mengenai capaian sasaran strategis Ditjen Bina Konstruksi dalam Renstra Kementerian PUPR berdasarkan pada Tujuan 1 Kementerian PUPR yaitu Menyelenggarakan pembangunan bidang PUPR yang terpadu dan berkelanjutan dalam mendukung keseimbangan pembangunan antardaerah, terutama di kawasan tertinggal, kawasan perbatasan, dan kawasan perdesaan, dalam kerangka NKRI. Target capaian yang tertera pada Renstra Kementerian PUPR untuk Program Pembinaan Konstruksi dan Fasilitasi Pengusahaan Infrastruktur adalah 75. Pada tahun 2015 ini realisasinya dapat melampaui target dengan capaian sebesar 80,87. Capaian tersebut berdasarkan hasil dari meningkatnya pengendalian pelaksanaan konstruksi nasional dengan 5 indikator yang disebutkan pada tabel. Adapun rumus penghitungan realisasi sasaran strategis adalah sebagai berikut: Realisasi = ∑ A i . X i Y i i= Keterangan: A = Bobot X = Realisasi outcome Jika Realisasi Target, maka dianggap Realisasi = Target Y = Target Realisasi = 5. + 5. + 5. , + . + 5. , 5 = , Tabel IV.26. Outcome Pendukung Capaian Kapasitas dan Kualitas Konstruksi Nasional Sasaran Strategis Indikator Target Realisasi Bobot Realisasi Per Bobot Meningkatnya Kapasitas dan kualitas konstuksi nasional 1. Rasio kapitalisasi konstruksi oleh investor nasional 3 12,77 15 15 2. Tingkat BUJK yang berkualifikasi besar 18 32,37 15 15 3. Tingkat penerapan manajemen mutu dan tertib penyelenggaraan konstruksi 8 4,13 15 7,74 4. Persentase SDM penyedia jasa konstruksi yang kompeten 2 2,8 40 40 5. Persentase utilitas produk unggulan 3 0,62 15 3,13 Total 100 80,87 IV-28 1 Meningkatnya Kapitalisasi Konstruksi oleh Investor Nasional � Meningkatnya kapitalisasi konstruksi oleh investor nasional ditandai dengan indikator peningkatan rasio kapitalisasi konstruksi oleh investor nasional. Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui peningkatan pangsa pasar dalam negeri bagi kontraktor nasional. Berdasarkan Badan Pusat Statistik BPS dalam buku Konstruksi Dalam Angka, pada tahun 2014 nilai investasi konstruksi di Indonesia adalah sebesar Rp 509 Triliun. Pada tahun 2015, nilai tersebut meningkat menjadi sebesar Rp 574 Triliun. Nilai peningkan kapitalisasi konstruksi oleh investor nasional sebagai berikut: β = − Triliu Triliu × = , Tabel IV.27. Realisasi Capaian Komponen Outcome 1 Komponen Manajemen Komponen Kerjasama dan Pemberdayaan Komponen Substansi Realisasi Target Outcome 1 Dukungan Pelayanan Teknis dan Administrasi Pembinaan Jasa Konstruksi Dukungan Kerja Sama dan Pemberdayaan terhadap peningkatan kapitalisasi konstruksi oleh Investor Nasional Pembinaan Investasi Infrastruktur: - Tersedianya pengaturan dan pembinaan investasi infrastruktur - Terlaksananya pemantauan dan evaluasi infrastruktur dan pengelolaan risiko 12,77 2 Meningkatnya Persentase BUJK yang Berkualifikasi Besar Kinerja BUJK ditetapkan berdasarkan beberapa indikator keuangan dan proyek yang telah disepakati. Meningkatnya persentase BUJK yang berkualifikasi besar didapat melalui persentase kenaikan BUJK menjadi berkualifikasi besar. Dari total BUJK Pelaksana kontraktor berkualifikasi menengah sebanyak 12.929, telah dipilih sekitar 250 perusahaan yang dibina oleh Direktorat Jenderal Bina Konstruksi selama 5 lima tahun ke depan, sehingga akan terdapat 125 perusahaan selama 5 lima tahun pelaksanaan atau terdapat 25 perusahaan dalam 1 satu tahun yang meningkat kinerjanya yang dilihat dari peningkatan nilai konstruksi yang diselesaikan selama satu tahun. Pada tahun 2015, terdapat 49 BUJK dengan subkualifikasi B1 menjadi subkualifikasi B2. Peningkatan Rasio Kapitalisasi Konstruksi oleh Investor Nasional Target : 1,5 Realisasi : 12,77 IV-29 Tabel IV.28. Realisasi Capaian Komponen Outcome 2 Komponen Manajemen Komponen Kerjasama dan Pemberdayaan Komponen Substansi Realisasi Target Outcome 2 Dukungan Pelayanan Teknis dan Administrasi Pembinaan Jasa Konstruksi Dukungan Kerja Sama dan Pemberdayaan terhadap peningkatan persentase BUJK yang berkualifikasi besar Pembinaan Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa Konstruksi: - Tersedianya pengaturan pembinaan kelembagaan dan sumber daya jasa konstruksi - Terlaksananya pemantauan dan evaluasi kelembagaan dan sumber daya jasa konstruksi 32,37 3 Meningkatnya Tertib Penyelenggaraan Konstruksi Meningkatnya tertib penyelenggaraan konstruksi ditandai dengan persentase kenaikan tingkat tertib penyelenggaraan konstruksi. Indikator dari tertib penyelenggaraan konstruksi adalah mutu konstruksi, K3 dan administrasi kontrak. Tabel IV.29. Realisasi Capaian Komponen Outcome 3 Komponen Manajemen Komponen Kerjasama dan Pemberdayaan Komponen Substansi Realisasi Target Outcome 3 Dukungan Pelayanan Teknis dan Administrasi Pembinaan Jasa Konstruksi Dukungan Kerja Sama dan Pemberdayaan terhadap peningkatan tertib penyelenggaraan konstruksi Pembinaan Penyelenggaraan Jasa Konstruksi: - Tersedianya pengaturan pembinaan penyelenggaraan konstruksi - Terlaksananya pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan konstruksi 4,13 IV-30 4 Meningkatnya SDM Penyedia Jasa Konstruksi Meningkatnya SDM Penyedia jasa Konstruksi ditandai dengan peningkatan persentase kenaikan SDM penyedia jasa konstruksi yang kompeten. Berdasarkan data dari LPJKN dan Direktorat Bina Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi, peningkatan SDM penyedia jasa konstruksi berupa jumlah tenaga ahli bersertifikat, jumlah tenaga terampil bersertifikat, jumlah engineer penyetaraan MRA dan jumlah architect penyetaraan MRA pada tahun 2014 dan tahun 2015 adalah sebagai berikut: Tabel IV.30. Jumlah SDM Berkompeten Tahun 2014 dan 2015 Jenis SDM Konstruksi Tahun 2014 Tahun 2015 Tenaga Ahli Bersertifikat 64.578 104.774 Tenaga Terampil Bersertifikat 101.669 138.593 Jumlah 166.247 243.367 Adapun data Sumber Daya Manusia Konstruksi pada tahun 2014 adalah 6.885.401 orang. Rasio yang diharapkan adalah 40 skilled labour dan 60 unskilled labour. Diharapkan jumlah skilled labour pada tahun 2019 adalah sebagai berikut: Target � � � �� ��� = × . 5. orang Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa total skilled labour pada tahun 2014 adalah 166.293 orang. Jumlah tersebut jika dibandingkan dengan target skilled labour adalah sebagai berikut: � � � �� ��� = . orang . 5 . orang × = , Selain itu, diketahui total skilled labour pada tahun 2015 adalah 243.815 orang yang terdiri dari tenaga ahli, tenaga terampil bersertifikat, engineer penyetaraan MRA, dan architect penyetaraan MRA. Dengan demikian, diketahui persentase skilled labour pada tahun 2015 sebagai berikut: Skilled Labour 2015 = . ra g . . ra g × = , 5 Maka didapatkan peningkatan SDM penyedia jasa konstruksi yang berkompeten adalah sebagai berikut: ∆ Tenaga Ahli Berkompeten = , 5 − , = , Sumber: Direktorat Bina Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi dan Balai Pelatihan Konstruksi 2015 IV-31 Tabel IV.31. Realisasi Capaian Komponen Outcome 4 Komponen Manajemen Komponen Kerjasama dan Pemberdayaan Komponen Substansi Realisasi Target Outcome 4 Dukungan Pelayanan Teknis dan Administrasi Pembinaan Jasa Konstruksi Dukungan Kerja Sama dan Pemberdayaan terhadap persentase kenaikan SDM penyedia jasa konstruksi yang kompeten Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi: - Tersedianya pengaturan pembinaan kompetensi dan produktivitas kerja konstruksi - Terlaksananya pemantauan dan evaluasi kompetensi dan produktivitas kerja konstruksi Kerja Sama dan Pemberdayaan: - Terlaksananya kerja sama dan pemberdayaan peningkatan kompetensi SDM konstruksi 2,8 5 Meningkatnya Utilitas Produk Unggulan Meningkatnya utilitas produk unggulan dapat dilihat melalui persentase kenaikan tingkat utilitas produk unggulan. Berdasarkan data AP3I Asosiasi Perusahaan Pracetak dan Prategang Indonesia, pada tahun 2014 penggunaan beton pracetak adalah 24 juta m 3 atau sekitar 15 dari penggunaan beton pada proyek infrastruktur di Indonesia. Sementara, pada tahun 2015 penggunaan produk beton pracetak naik menjadi 25 juta m 3 . Tabel IV.32. Realisasi Capaian Komponen Outcome 5 Komponen Manajemen Komponen Kerjasama dan Pemberdayaan Komponen Substansi Realisasi Target Outcome 5 Dukungan Pelayanan Teknis dan Administrasi Pembinaan Jasa Konstruksi Dukungan Kerja Sama dan Pemberdayaan terhadap persentase kenaikan tingkat utilitas produk unggulan Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi: - Tersedianya pengaturan pembinaan kompetensi dan produktivitas kerja konstruksi - Terlaksananya pemantauan dan evaluasi kompetensi dan produktivitas kerja konstruksi Pembinaan Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa Konstruksi: - Tersedianya pengaturan pembinaan kelembagaan dan sumber daya jasa konstruksi - Terlaksananya pemantauan dan evaluasi kelembagaan dan sumber daya jasa konstruksi 0,625 IV-32

4.1.3 Learning and Growth

Dari perspektif learning and growth ditargetkan mencapai 57,31 sementara realisasinya melebihi target yaitu 76,96 atau dengan pencapaian kinerja sebesar 134,28. Capaian dari perspektif tersebut didukung oleh tujuh sasaran strategis dengan rincian sebagai berikut: Tabel IV.33. Capaian Kinerja dari Perspektif Learning and Growth No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Kinerja SS.12 Meningkatnya SDM yang kompeten dan berintegritas a. Prosentase sumber daya manusia yang kompeten dan berintegritas 10,00 18,00 180,00 SS.13 Meningkatnya budaya organisasi yang berkinerja tinggi dan berintegritas Tingkat kinerja dan integritas Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 72,25 95,66 132,40 SS.14 Meningkatnya inovasi teknis terapan bidang PUPR a. Tingkat penyediaan dan pemanfaatan hasil inovasi teknis terapan bidang PUPR 67,00 85,49 127,59 SS.15 Meningkatnya pengelolaan regulasi dan layanan hukum, data dan informasi publik, serta sarana dan prasarana a. Tingkat pengelolaan regulasi dan layanan hukum, data dan informasi publik, serta sarana dan prasarana 80,00 108,68 135,85 LEARNING AND GROWTH 57,31 76,96 134,28 Sumber: Hasil Perhitungan Tim Penyusun, 2015 IV-33 Penjelasan capaian masing-masing sasaran strategis tersebut di atas adalah sebagai berikut:

4.1.3.1 Meningkatnya SDM yang Kompeten dan Berintegritas

Pencapaian Sasaran Strategis Meningkatnya SDM yang kompeten dan berintegritas diperoleh dari output penilaian kompetensi dan pemantauan kinerja serta kegiatan penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan. Pada tahun 2015 penilaian kompetensi telah dilakukan melalui assesment center. Pemilihan Metode Assessment Center untuk melakukan penilaian kompetensi pegawai karena metode tersebut berbasis kompetensi dan dapat menilai keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan individu yang dianggap kritikal bagi keberhasilan kinerja unggul. Selain itu, Metode Assessment Center telah teruji dan terbukti menunjukan tingkat validitas yang tertinggi dibanding metoda penilaian lainnya. Karakteristik penilaian kompetensi melalui Metode Assessment Center adalah sebagai berikut : • Multi penilaian Multiple Assessments Penilaian harus menggunakan berbagai teknik termasuk di dalamnya adalah: tes, wawancara, kuesioner, dan simulasi-simulasi. • Simulasi Teknik penilaian harus melibatkan sejumlah simulasi yang berhubungan dengan pekerjaan. Contoh simulasi adalah tugas kelompok, in-basket exercise, simulasi interaksi wawancara, presentasi, pencarian fakta • Penilai Mutiple Assessor Multi assessor harus digunakan untuk mengamati dan mengevaluasi peserta. Pada saat menyeleksi penilai sebaiknya program mempunyai assessor yang bervariasi dalam demografi misal etnis, usia, gender dan pengalaman tingkat organisasi, fungsi dalam organisasi, manajer, psikolog. Manfaat penilaian kompetensi melalui Metode Assessment Center adalah : • Seleksi – membantu organisasi mendapatkan individu yang tepat untuk setiap jabatan. • Pengembangan karir – membantu memutuskan rencana karir individu. • Penilaian potensi – mengidentifikasi pegawai yang dapat menangani posisi lebih tinggi. • Identifikasi manajer yang berpotensi lebih tinggi – menyediakan pool karyawan yang mempunyai talenta manajerial dan multifungsional. • Rencana suksesi – mengidentifikasi individu-individu yang tepat untuk posisi penting seperti Pejabat Eselon I – IV dan posisi manajerial lainnya. • Alokasi penugasan yang menantang – menunjukkan kekuatan dan kelemahan karyawan sehingga membantu organisasi memilih calon yang bisa menangani penugasan menantang. IV-34 Realisasi sasaran strategis diperoleh dari hasil assessment center terhadap Pejabat Struktural Eselon I sebanyak 49 orang, Eselon II sebanyak 245 orang, Eselon III sebanyak 425 orang, Jabatan Fungsional Umum sebanyak 1414 orang, CPNS Formasi 2014 sebanyak 184 orang, CPNS K I dan K II sebanyak 1.699 orang, Pegawai outsourcing sebanyak 145 orang, Pejabat Kasatker sebanyak 241 orang dan Pejabat Pembuat Komitmen sebanyak 757 orang dengan jumlah total sebanyak 5.159 orang sedangkan target ouput tersebut pada tahun 2015 ini sebanyak 6.620 orang, atau sebesar 78 , dari 5.159 orang tersebut yang memiliki Kompetensi Sumber Daya Manusia Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang sesuai dengan persyaratan jabatan adalah sebanyak 3.780 orang atau sebesar 57 dari target 6.620 orang dan 18 dari target 21.488 orang dengan asumsi jumlah seluruh ASN PUPR pada awal tahun 2015. Tabel IV.34. Capaian SDM yang Kompeten dan Berintegritas No Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Kinerja 1 Persentase sumber daya manusia yang kompeten dan berintegritas 10,00 18,00 180,00 Perencanaan pengembangan karier SDM PUPR dimulai dari hasil evaluasi kompetensi dan pemantauan kinerja berupa profil atau potret SDM yang harus dikembangkan baik kompetensi, potensi, maupun karirnya. Setiap SDM PUPR yang kompeten memenuhi persyaratan suatu jabatan dapat masuk dalam daftar usulan percepatan promosi ke dalam jabatan yang sesuai dengan hasil penilaian kompetensi sebagai bentuk pengembangan karier SDM PUPR. Sedangkan SDM PUPR yang potensial namun belum memenuhi persyaratan kompetensi akan dikembangkan kompetensi terlebih dahulu melalui pendidikan dan pelatihan atau sejenisnya. Adapun beberapa permasalahan yang dihadapi dalam rangka peningkatan kualitas SDM PUPR antara lain: 1 Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh balai masih terkendala dengan sulitnya transportasi ke wilayah kerja yang dituju dan kurangnya dukungan dari satminkal atau unit kerja yang mengutus stafnya; 2 Kualitas dan kuantitas pengajar yang menurun dengan beban mengajar yang besar; 3 Kurangnya minat peserta terhadap pelatihan tertentu; 4 Masih ada Balai Pendidikan dan Pelatihan yang menunggu akreditasi dari Lembaga Akreditasi Negara LAN sehingga belum dapat melaksanakan pelatihan tertentu; 5 Sarana dan prasarana penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kurang memadai. Selama ini, balai yang sedang melaksanakan renovasi gedung dan asrama terpaksa menggunakan fasilitas hotel di lokasi penyelenggaraan; 6 Adanya peraturan tentang tarif pelatihan misalkan untuk pelatihan prajabatan yakni Peraturan Kepala LAN No. 18 Tahun 2011 yang mengatur dasar tarif pelatihan berpengaruh pada progress pencapaian keuangan. IV-35

4.1.3.2 Meningkatnya Budaya Organisasi yang Berkinerja Tinggi dan Berintegritas

Sasaran strategis Meningkatnya Budaya Organisasi yang Berkinerja Tinggi dan Berintegritas didukung oleh sasaran program tersedianya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Kementerian PUPR dengan 4 indikator kinerja program yaitu: 1 Nilai laporan kinerja pemerintahan; 2 Opini WTP hasil audit BPK; 3 Transparansi pelaksanaan program; dan Tingkat pengelolaan dan pengadministrasian pegawai. Tabel IV.35. Capaian Budaya Organisasi yang Berkinerja Tinggi dan Berintegritas No Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Kinerja 1 Tingkat kinerja dan integritas Kementerian PUPR 72,25 95,66 132,40 1 Indikator Nilai Laporan Kinerja Pemerintah dengan target nilai 74 Capaian dari indikator kinerja ini adalah berdasarkan penilaian Kementerian PAN dan RB atas LaKIP Kementerian PUPR TA 2015, namun Kementerian PUPR optimis nilai 74 dapat dicapai dengan banyaknya upaya yang telah dilakukan dalam rangka perbaikan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan metode kerja, antara lain:  Kementerian PUPR telah membentuk Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, suatu unit organisasi Eselon 1 baru untuk meningkatkan kualitas SDM Kementerian PUPR.  Penyampaian LaKIP disampaikan tepat waktu dan sesuai dengan format PermenPAN RB No. 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.  LaKIP sudah mengikuti rekomendasi Kementerian PAN RB berdasarkan surat Menteri PAN dan RB no. B3988M.PANRB122015 Tanggal 11 Desember 2015 tentang Hasil Evaluasi Atas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.  Semua Eselon 1 telah menyusun LaKIP.  Semua Eselon 2 telah menyusun LaKIP.  Semua Eselon 1 telah menyusun Perjanjian Kinerja.  Semua Eselon 2 telah menyusun Perjanjian Kinerja.  Semua Satuan Kerja telah menyusun Perjanjian Kerja  Laporan Rencana Aksi T serta Laporan Monev Kinerja T 1 -T 4 telah disusun.  Selalu dilakukan evaluasi berjenjang cascading.  Telah dilakukan sistem penilaian kinerja melalui e-Performance. IV-36 2 Indikator Opini WTP hasil audit BPK, dengan target opini WTP Salah satu yang menjadi tolak ukur BPK RI memberikan opini atas laporan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara di Kementerian PU, adalah mengenai Aset. BPK berpendapat Kementerian PU sudah berhasil melakukan inventarisasi dan penilaian yang sangat signifikan sehingga Saldo Akhir Aset Kementerian PU yang pada Neraca tahun 2011 audited baru mencapai Rp 555 triliun, pada tahun 2012 telah meningkat menjadi 729.029 triliun. Upaya pengelolaan BMN yang baik di Kementerian PU tidak berhenti setelah memperoleh Opini WTP-DPP. Beberapa usaha terus ditingkatkan karena pengelolaan BMN yang baik merupakan hal yang vital dalam upaya meraih opini WTP. Hal ini bisa dilihat dari tercapainya target nilai opini Wajar Tanpa Pengecualian WTP dari BPK atas Laporan Keuangan Kementerian PU TA 2013 dan Laporan Keuangan Kementerian PUPR TA 2014. Ini merupakan suatu prestasi yang cukup luar biasa dan telah lama dinantikan. Hal ini menunjukkan ada perbaikan dalam pengelolaan, penatausahaan dan pelaporan kinerja keuangan khususnya disini kinerja pengelolaan BMN di Kementerian PUPR dibandingkan periode-periode sebelumnya. Artinya kegiatan pembinaan, pendampingan dan fasilitasi penatausahaan dan pelaporan memberikan hasil yang baik. Diharapkan opini WTP tersebut dapat dipertahankan atas Laporan Keuangan tahun 2015. 3 Indikator Transparansi Pelaksanaan Program , dengan target 55 publikasi dengan realisasi 55 sehingga kinerja 100 dengan rincian sebagai berikut:  Transparansi pelaksanaan program reguler Profil informasi anggaran Kementerian PUPR berupa RKA-KL, DIPA, LaKIP, Renstra Kementerian PUPR Tahun 2015-2019, dan Rencana Kerja telah dipasang di website www.pu.go.id . Renstra Kementerian PUPR 2015-2019 telah diakses oleh 4.939 pengunjung Pusdatin, 2016.  Transparansi pelaksanaan program Dana Alokasi Khusus DAK telah dilakukan dimana transparansi proses pengusulan, kriteria penerima program, sampai dengan penyaluran DAK termasuk salah satu kegiatan yang dipantau oleh Kantor Staf Pesiden KSP yang tertuang dalam Instruksi Presiden No. 7 tahun 2015 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Kementerian PUPR. Ukuran keberhasilan DAK bidang PUPR tidak saja berupa prasarana dan sarana fisik yang terbangun, tetapi juga terpublikasinya data usulan dan penerima bantuan DAK bidang PUPR pada website Kementerian PUPR yang dikaitkan ke web KSP agar dan dapat diakses secara terbuka oleh masyarakat. Terdapat tiga target Triwulan Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Kementerian PUPR 2015 dalam Inpres 7 tahun 2015 yaitu B07, B09, dan B12. 4 Indikator Tingkat Pengelolaan dan Pengadministrasian Pegawai dengan target 60 layanan, hasil pelaksanaan tercapai 70,5 sehingga kinerja sebesar 117,5 dengan rincian sebagai berikut: IV-37 Tabel IV.36. Capaian Indikator Pengelolaan dan Pengadministrasian Pegawai Hasil analisis indikator sasaran program outcome, menunjukkan bahwa pencapaian telah terpenuhi sebesar 117 dari target, yaitu peningkatan sebesar 10,5 persen dari 60 persen. Hasil pengukuran indikator sasaran program berlandaskan pada hasil kuesioner yang kemudian diolah dan menghasilkan nilai persentase seperti yang telah diuraikan pada tabel di atas. Untuk lebih jelasnya dari masing-masing variabel dapat dirinci pencapaiannya sebagai berikut :  Variabel adanya sistem informasi yang dapat diakses oleh semua pegawai menunjukkan pencapaian sebesar 50, hal ini berarti bahwa 50 pegawai di lingkungan Kementerian PUPR sudah mendapatkan akses terhadap sistem informasi SIMKA.  Variabel keterbukaan seleksi jabatan bermakna bahwa pelaksanaan lelang jabatan telah dilaksanakan dengan pencapaian sebesar 70, hal itu berdasarkan dari sebaran kuesioner yang menyimpulkan bahwa sebagian besar atau sebesar 70 seleksi jabatan untuk jabatan Eselon II dan I kemarin telah dipublikasi secara umum kepada masyarakat. Hal tersebut bias dibuktikan bahwa adanya pejabat yang menduduki beberapa jabatan sekarang yang berasal dari akademisi dan praktisi professional yang berasal dari masyarakat umum.  Variabel tingkat ketepatan waktu pelayanan diukur berdasarkan perbandingan antara standarisasi pelayanan pemrosesan surat keputusan SK yang ada di wilayah Kementerian PUPR dengan realisasi pelaksanaan pemrosesan surat yang sebenarnya. Standar pengukuran pelayanan mutasi dikatakan baik 100 apabila dalam memberikan pelayanan pemrosesan adalah maksimal 1 jam. Hasil pencapaian kinerja indikator sasaran program pada variabel ini di tahun 2015 menunjukkan pencapaian sebesar 62. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada jarak untuk mencapai 100 pelayanan yang baik.  Variabel sistem rekrutmen pegawai yang dilaksanakan secara terbuka pada tahun 2015 ditunjukkan melalui keberadaan sistem rekrutmen yang selama ini dilaksanakan secara terbuka, melibatkan masyarakat, bekerjasama dengan konsorsium perguruan tinggi dalam pembuatan soal dan penilaian. Sehingga sudah dapat dipastikan bahwa sistem rekrutmen pegawai PUPR dilaksanakan secara terbuka. Atau dengan kata lain sistem tersebut 100 telah dilaksanakan. Hal itu selaras dengan apa yang telah ditargetkan. Nilai Hasil Nilai Hasil 1 Adanya sistem informasi pegawai yang bisa diakses oleh semua pegawai 25 20 5 50 12,5 2 Keterbukaan dalam seleksi jabatan 25 60 15 70 17,5 3 Tingkat ketepatan layanan mutasi pegawai 25 60 15 62 15,5 4 Sistem rekrutmen pegawai secara terbuka 25 100 25 100 25 60 70,5 Realisasi 2015 JUMLAH CAPAIAN KINERJA TAHUN 2015 No. Indikator Bobot Target 2015 IV-38

4.1.3.3 Meningkatnya Inovasi Teknis Terapan Bidang PUPR

Sasaran strategis Meningkatnya Inovasi Teknis Terapan Bidang PUPR dengan indikator kinerja Tingkat Penyediaan dan Pemanfaatan Hasil Inovasi Teknis Terapan Bidang PUPR yang diukur dengan tersedianya jumlah teknologi dan jumlah rekomendasi kebijakan yang termanfaatkan serta jumlah teknologi dan rekomendasi kebijakan yang dihasilkan pada tahun 2015 ini. Tabel IV.37. Capaian Inovasi Teknis Terapan Bidang PUPR No Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Kinerja 1 Tingkat penyediaan dan pemanfaatan hasil inovasi teknis terapan bidang PUPR 67,00 85,49 127,59 Capaian tingkat pemanfaatan hasil inovasi teknis terapan bidang PUPR sampai dengan tahun 2015 adalah 16 teknologi termanfaatkan dan 12 rekomendasi rekomendasi termanfaatkan. Sementara untuk tingkat penyediaan hasil inovasi teknis terapan adalah 16 teknologi yang dihasilkan pada tahun 2015 dan 19 rekomendasi yang dihasilkan pada tahun 2015. Tabel IV.38. Capaian Tingkat Penyediaan dan Pemanfaatan Hasil Inovasi Teknis Terapan Bidang PUPR No Indikator Kinerja Target Realisasi Keterangan 1 Tingkat penyediaan dan pemanfaatan hasil inovasi teknis terapan bidang PUPR 67 85,49 Sudah melebihi target +18,49 Tingkat Pemanfaatan 70,97 Capaian teknologi yang termanfaatkan 33 teknologi 26 teknologi 78,78 26 teknologi yang termanfaatkan sampai dengan tahun 2015 dibandingkan dengan 33 teknologi yang belum termanfaatkan dari tahun sebelumnya Capaian rekomendasi hasil kebijakan yang termanfaatkan 19 rekomendasi 12 rekomendasi 63,16 12 rekomendasi yang termanfaatkan sampai dengan tahun 2015 dibandingkan dengan 19 rekomendasi kebijakan yang belum termanfaatkan dari tahun sebelumnya Tingkat Penyediaan 100 Capaian teknologi yang dihasilkan tahun 2015 16 teknologi 16 teknologi 100 16 teknologi yang dihasilkan pada tahun 2015 dibandingkan dengan target tahun ini Capaian rekomendasi hasil kebijakan yang dihasilkan tahun 2015 19 rekomendasi 19 rekomendasi 100 19 rekomendasi yang dihasilkan pada tahun 2015 dibandingkan dengan target tahun ini IV-39 Sebanyak 26 Tekonologi dan 12 rekomendasi yang termanfaatkan hingga tahun 2015 merupakan faktor utama pendukung tercapainya keberhasilan sasaran strategis Meningkatnya Inovasi Teknis Terapan Bidang PUPR. Berdasarkan hasil identifikasi pemanfaatannya pada tahun 2015 ini, maka untuk masing-masing teknologi yang telah disebutkan dalam Perjanjian Kinerja 26 teknologi dapat diuraikan sebagai berikut: 1 Teknologi Pemecah Gelombang Ambang Rendah PEGAR PEGAR merupakan akronim dari pemecah gelombang ambang rendah, yaitu struktur pelindung pantai yang ditempatkan sejajar pantai dengan bagian puncak berada di bawah air mendekati atau sedikit muncul di atas permukaan air laut rata- rata. Teknologi ini dihasilkan Pusat Litbang Sumber Daya Air melalui Balai Pantai dan diwujudkan dalam skala penuh berupa prototipe di daerah Serang, Provinsi Banten pada tahun 2010. 2 Teknologi Penyediaan Air Baku melalui Pompa Air Tenaga Hidro PATH Pompa Air Tenaga Hidro PATH adalah pompa air yang digerakkan oleh tenaga putaran turbin penangkap tenaga air, tanpa melalui transformasi menjadi tenaga listrik. PATH yang dibangun di Desa Wonokerso, Kecamatan Tembarak, Kabupaten Temanggung memanfaatkan potensi Curug Ketitang di alur Kali Lungge. 3 Sistem Jaringan Hidrologi secara Real Time Pembangunan Jaringan Pos Hidrologi Nasional Telemetri, yang dikembangkan oleh Balai Hidrologi dan Tata Air Puslitbang SDA merupakan salah satu program dalam rangka pengembangan pengumpulan data hidrologi tepat waktu melalui sistem telemetri dengan cara pemasangan alat telemetri pada pos duga air di sungai-sungai dan lokasi pos hujan berdasar kriteria tertentu. 4 Teknologi Peringatan Dini Bencana Lahar Teknologi Peringatan Dini Bencana Lahar dikembangkan Pusat Litbang SDA melalui Balao Sabo di Yogyakarta. Dalam rangka melengkapi sarana sistem peringatan dini di daerah Gunung Merapi, pada awal tahun 2012 sudah dipasang radar cuaca di Kantor Balai Sabo Yogyakarta. Radar ini mempunyai frekuensi X-band bertipe Doppler, jangkauan radar saat ini telah diset dengan radius jangkauan 94 km, mampu mengamati wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta DIY dan sebagian Jawa Tengah. IV-40 Dengan mengoptimalkan pemanfaatan radar cuaca di Balai Sabo akan lebih banyak memberikan kontribusi berupa penyediaan data secara realtime sebagai masukan utama dalam kegiatan optimasi pemanfaatan radar cuaca untuk siaga bencana di daerah Gunung Merapi. Melalui peralatan radar cuaca didukung peralatan hidrologi sistem telemetri, Balai Sabo dapat memantau kondisi cuaca secara realtime dan terus menerus. 5 Sistem Perpipaan Irigasi Lahan Miring dan Datar Teknologi ini dihasilkan Pusat Litbang Sumber Daya Air melalui Balai Irigasi dan diwujudkan dalam skala penuh berupa model fisik di Desa Cikurubuk, Kecamatan Buah Dua, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat pada tahun 2013. 6 Teknologi Bangunan Pengendali Sedimen BPS Bangunan Pengendali Sedimen BPS adalah bangunan yang dirancang dalam ukuran tertentu untuk mengurangi kecepatan aliran dan mengendapkan sedimen selama periode waktu tertentu pada suatu aliran sungai. Komponen utama BPS adalah bendung, pintu intake dan bak pengendap. Pada tahun 2008 dan 2011, Pusat Litbang SDA telah membuat Prototip Bangunan Pengendali Sedimen di alur Sungai Cikamiri, Desa Sirnasari, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut. 7 Hotmix Lawele Granular Asbuton HLGA HLGA merupakan aspal alam Pulau Buton tepatnya dari daerah Lawele yang memiliki kandungan bitumen sekitar 30 nilai penetrasi bitumen, namun setelah minyak ringan diuapkan maka nilai penetrasi bitumen Asbuton Lawele dapat menghasilkan asbuton butir tipe 5030. Asbuton butir tipe 5030 ini sangat potensial digunakan sebagai bahan substitusi aspal pen 60 karena sifat bitumennya relatif sementara. Lokasi Penerapan Teknologi HLGA 2015 antara lain: Wakatobi, Bau-Bau, Bombana, Makassar, Kota Kendari, Konawe Selatan Ranomeetoo, arah ke Bandara Haluoleo, Kolaka. 8 Cold Pave Hot Mix Asbuton CPHMA CPHMA atau campuran beraspal panas Asbuton dihampar dingin adalah campuran beraspal yang mengandung Asbuton dan bahan tambahan lain, polimer jika diperlukan. Pencampuran dilakukan di pabrik secara panas kemudian dipasarkan dalam keadaan siap dihampar dan IV-41 dipadatkan secara dingin temperatur udara sebagai perkerasan jalan beraspal. Penggunaan teknologi dibatasi untuk jalan dengan lalu lintas maksimum 1000 kendaraanhari. Lokasi Penerapan Teknologi CPHMA 2015 di Wakatobi, Bau-bau, Bombana, Buton Tengah, Buton Selatan, Buton , Makassar, Jawa Tengah, Jawa Timur. 9 Teknologi Material Lokal : Batu Kapur Keunggulan dari teknologi ini adalah: • Harga produksi campuran beraspal dapat dihemat; • Dapat digunakan untuk lalu lintas rendah sampai dengan sedang; • Pemanfaatan bahan lokal untuk lokasi setempat; • Mengurangi ketergantungan pada agregat standar yang sulit didapatkan; • Cocok untuk daerah dengan batu kapur melimpah. Untuk lokasi penerapan Teknologi Material Lokal: Batu Kapur tahun 2015 di Kabupaten Sumba Barat. 10 Teknologi Material Lokal Sand Base LPPA atau Sand Base Asphalt merupakan teknologi campuran beraspal panas yang menggunakan agregat lokal berupa pasir sekitar 90 sebagai pengganti agregat standar. 11 Tambalan Cepat Mantap Puslitbang Jalan dan Jembatan telah mengembangkan tambalan cepat mantap dengan bahan campuran beraspal panas hot mix asphalt dan campuran beraspal dingin cold mix asphalt yang telah dicampur dengan aditif dan dikemas secara pabrikasi. Penggunaannya sangat mudah, setelah kemasan dibuka, langsung dihampar di lapangan dan dipadatkan dengan pemadat ringan stamper atau beban lalu lintas roda kendaraan. Dengan bahan tambalan biasa, kerusakan jalan akan kembali terjadi antara satu minggu hingga satu bulan. Dengan teknologi tambalan cepat mantap yang memiliki tingkat kemudahan kerja yang tinggi dan memiliki kualitas baik, kondisi perkerasan masih bagus hingga satu tahun walaupun dilalui lalu lintas berat. 12 Teknologi Pemeriksa Kekuatan Jalan Tanah APKJT Alat ini mudah digunakan dan memiliki mobilitas yang tinggi sehingga disebut Light Falling Weight Deflectometer. Fungsinya untuk melakukan pengumpulan data pada lapisan-lapisan lepas. Keunggulan dari alat ini adalah harganya yang murah bila dibandingkan produk impor, memiliki garansi 1 tahun, dapat digunakan untuk menguji kekuatan struktural tanah dasargranular secara semi otomatis dan mudah memproses data karena software dikembangkan oleh Pusjatan. IV-42 13 Butur Seal Pada prinsipnya teknologi Butur Seal sama dengan Lapis Penetrasi Macadam Asbuton LPMA, namun jika pada LPMA digunakan agregat pokok pada bagian bawah dan agregat pengunci pada bagian atas, maka Butur Seal hanya menggunakan lapisan agregat bagian atas saja. 14 Timbunan Ringan Teknologi ini memiliki keunggulan: • Cocok digunakan sebagai timbunan pondasi jalan dan oprit jembata di atas tanah lunak; • Meminimumkan masalah penurunan timbunan; • Mengatasi masalah stabilitas timbunan; • Tidak dibutuhan dinding penahan tanah timbunan; • Tidak dibutuhkan pemadatan Self Compacted; • Penghematan biaya konstruksi hingga 60; • Tidak ada tekanan lateralhorisontal. 15 Jembatan untuk desa Judesa Merupakan teknologi terkait jembatan untuk menangani masalah aksessibilitas masyarakat desa dan penyediaan infrastruktur jembatan sederhana yang terbatas. Memiliki keunggulan material pre pabrikasi yang dapat disiapkan untuk dikirim ke lokasi. Sistem jembatan modular untuk kemudahan pembangunan dengan swadaya masyarakat. 16 SIMBAGAS Merupakan teknologi yang mampu memberikan informasi kondisi jembatan untuk mengetahui perlu tidaknya suatu jembatan memerlukan tindakan tertentu. Lokasi penerapan teknologi ini dilakukan di Sidoarjo, Lamongan, Brebes, Pemalang, Banyumas. 17 Ruang Henti Khusus untuk Sepeda Motor RHK RHK adalah salah satu cara pengaturan lalu lintas dengan mengatur tempat antrian sepeda motor dengan kendaraan roda empat atau lebih pada saat berhenti di pendekat simpang bersinyal selama nyala merah. 18 Jalan Hijau Green road Jalan hijau adalah jalan yang dirancang dan dibangun dengan memperhatikan persyaratan dan kriteria jalan berkelanjutan dengan memanfaatkan teknologi ramah lingkungan. Penerapan teknologi jalan hijau mendukung pemahaman dan penerapan praktek praktek berkelanjutan dalam berbagai aspek sosial, ekonomi dan lingkungan mulai dari tahap perencanaan, pelaksaaan dan operasional. Pelaksanaan di tahun 2015 dilakukan di Jalan Tol Bali Mandara-Bali, Underpass Dewa Ruci, Jembatan Kelok 9 Padang, Fly Over Bukit tinggi. IV-43 19 SINDILA Merupakan teknologi yang memberikan informasi kondisi lalu lintas volume, kecepatan, okupansi kepada pengguna. Lokasi penerapan teknologi ini dilakukan di Sidoarjo, Lamongan, Brebes, Pemalang, Banyumas. 20 APILL Portable Merupakan alat pengatur lalu lintas yang tidak terkoneksi dengan kabel sehingga memiliki mobilitas yang tinggi dan mudah digunakan untuk pengaturan lalu lintas pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi jalan atau jembatan perambuan sementara. Untuk tahun 2015 teknologi ini diterapkan di Kabupaten Bandung. 21 RCMS RCMS merupakan solusi pemantauan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi jalan. Pemantauan yang dilaksanakan dengan baik merupakan aspek pendukung dalam mengupayakan efisiensi dan efektivitas proyek jalan yang dihasilkan. Pelaksanaanya dilakukan di proyek Underpass Dewa Ruci, Denpasar; dan Jembatan Petuk, Bali. 22 Teknologi pengolahan air lautpayau Latar belakang dari kegiatan ini adalah belum optimalnya pengelolaan air serta meningkatnya dampak pencemaran lingkungan, persepsi tentang pentingnya sanitasi masih rendah, belum efisien dan kesesuaian penerapan teknologi sistem pengolahan air limbah yang diterapkan khususnya di pulau kecil dan kawasan pesisir. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk memperoleh tingkat efisiensi dan kehandalan prototipe teknologi penyediaan air minum air baku air payau atau air bukan payau dan sistem sanitasi di kecamatan Kampung Laut segara anakan kabupaten Cilacap. 23 Teknologi Bahan bangunan alternatif berbasis bahan bangunan lokal Tujuan penelitian ini adalah mengkaji properti baja canai yang ada di pasaran dan melakukan pengujian konstruksi rangka atap skala penuh di laboratorium. Selain itu juga mengkaji sifat fisis- mekanis bata ringan yang sudah ada di pasaran serta aplikasi pemanfaatan produk bata ringan dalam pembangunan rumah. 24 Teknologi peningkatan kinerja air minum Salah satu teknologi peningkatan kinerja air minum yang telah dirasakan manfaatnya oeh masyarakat adalah Pengembangan dan Penerapan Teknologi Air Minum dan Sanitasi di Permukiman Daerah Aliran Sungai DAS. Sejak tahun 2012-2015, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Kementerian PUPR telah melaksanakan penerapan IV-44 teknologi terpadu di zona hulu perkotaan DAS Bengawan Solo, zona hulu-hilir DAS Citarum, DAS Ciliwung, DAS Brantas, serta zona hulu dan hilir sungai Kampar. 25 Pengembangan rumah murahsehatlayak huni dan berwawasan lingkungan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman sejak tahun 2005, melakukan serangkaian penelitian dan pengembangan tentang rumah murah yang memenuhi standar persyaratan teknis seperti yang diamanatkan dalam undang-undang bangunan gedung dan telah teruji dilaboratorium, sehingga prototipe rumah murah yang dikembangkan tersebut layak untuk diterapkan dan disebarluaskan kepada masyarakat seluruh Indonesia. Sebagai tindak lanjut kesepakatan bersama antara Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Keuangan dan Bappenas, Pusat Litbang Permukiman diberi kepercayaan untuk melakukan tugas penyebarluasan hasil teknologi litbang tentang prototipe rumah murah melalui penerapan lapangan aplikasi rumah contoh skala penuh sebagai sarana desiminasi ke seluruh propinsi di Indonesia. 26 Teknologi pengolahan air limbah Salah satu teknologi peningkatan kinerja air minum yang telah dirasakan manfaatnya oeh masyarakat adalah Teknologi pengolahan air limbah dengan sistem vermibiofilter. Teknologi ini merupakan teknologi pengolahan air limbah yang memanfaatkan proses dekomposisi limbah domestik menggunakan decomposer cacing tanah lumbrecus rubellus dan mikroba.

4.1.3.4 Meningkatnya Pengelolaan Regulasi dan Layanan Hukum, Data dan Informasi Publik,

serta Sarana dan Prasarana Sasaran strategis Meningkatnya Pengelolaan Regulasi dan Layanan Hukum, Data dan Informasi Publik, serta Sarana dan Prasarana didukung oleh sasaran program tersedianya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Kementerian PUPR dengan 1 indikator kinerja program yaitu: tingkat fasilitasi produk hukum dan bantuan hukum, serta sasaran program tersedianya dukungan sarana dan prasarana aparatur Kementerian PUPR dengan 3 indikator kinerja yaitu: 1 Tingkat kenyamanan bekerja; 2 Tingkat layanan data dan teknologi informasi; 3 Tingkat layanan informasi publik. Tabel IV.39. Capaian Pengelolaan Regulasi dan Layanan Hukum, Data dan Informasi Publik, serta Sarana dan Prasarana No Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Kinerja 1 Tingkat pengelolaan regulasi dan layanan hukum, data dan informasi publik, serta sarana dan prasarana 80,00 108,68 135,85 IV-45 1 Indikator tingkat fasilitasi produk hukum dan bantuan hukum, dengan target sekitar 85 dari jumlah produk dan bantuan hukum yang dapat terfasilitasi dengan hasil pelaksanaan tercapai 124,70 sehingga kinerja sebesar 146,71 dengan rincian sebagai berikut: Tabel IV.40. Capaian Indikator Tingkat Fasilitasi Produk Hukum dan Bantuan Hukum a. Penyusunan Produk Hukum dan Pembinaan Hukum Jumlah produk hukum yang diproses berhasil melampaui target yang telah ditetapkan dengan mencapai 57 lima puluh tujuh dokumen peraturan perundang-undangan yang berhasil difasilitasi penyusunannya, ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dan diundangkan di Kementerian Hukum dan HAM. Peraturan perundang-undangan tersebut terdiri dari 3 Peraturan Pemerintah, 3 Peraturan Presiden dan 51 Peraturan Menteri. Sedangkan SDM yang dibina dalam penyusunan peraturan perundang-undangan sebanyak 330 orang. b. Bantuan hukum, opini hukum, pendampingan dan pembinaan hukum Jumlah perkara di Kementerian PUPR yang ditangani berhasil mencapai target 40 empat puluh dokumen perkara yang ditangani dari target sebanyak 40 empat puluh dokumen. Untuk Indikator Kinerja Kegiatan jumlah opini hukum, MoU, dan perjanjian kerja sama yang disusun berhasil memfasilitasi 21 dua puluh satu dokumen dari target 25 dua puluh lima dokumen, dan untuk indikator jumlah SDM yang dibina Biro Hukum berhasil melakukan pembinaan kepada 633 enam ratus tiga puluh tiga orang SDM yang dibina dari target 315 tiga ratus lima belas orang SDM. IV-46 c. Pengelolaan jaringan dokumentasi dan informasi hukum Dalam kegiatan Sistem Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum SJDIH, terdapat 3 tiga prosedur dalam kegiatannya, yaitu antara lain 1 alur penayangan dan penyimpanan peraturan perundang-undangan, 2 alur perpustakaan, dan 3 alur layanan perpustakaan sistem tertutup. Dari target capaian sebesar 100 seratus persen dari target yang ditetapkan 60 enam puluh dokumen yang ditayangkan dan 40 empat puluh orang SDM yang dibina. 2 Tingkat kenyamanan bekerja, dengan target 55 dan hasil 77 sehingga kinerja sebesar 140 dengan perhitungan hasil survei sebagai berikut: Tabel IV.41. Capaian Indikator Tingkat Kenyamanan Bekerja Sesuai survei yang telah dilakukan kepada para pegawai sebagai pengguna sarana dan prasarana mengenai 4 kriteria yaitu kepuasan kebersihan dengan nilai memuaskan sebesar 80, kepuasan keamanan dengan nilai memuaskan sebesar 76, ketertiban parkir dengan nilai memuaskan sebesar 76 serta penggunaan energi dan air dengan hasil yang memuaskan sebesar 76. Namun perlu diketahui bahwa jumlah sampel survei yang dilakukan masih sedikit hanya kepada 25 responden setiap kriteria. Hal ini dinilai belum mencukupi mengingat pengguna gedung utama Gedung Kementerian PUPR adalah ribuan orang dan dari beberapa Satminkal. 3 Indikator Tingkat layanan data dan teknologi informasi, dari target 80 ternyata menunjukkan hasil 80,07 sehingga kinerja sebesar 100,09 dengan perhitungan berikut: =60 x capaian fisik + 40 x hasil =60x capaian fisik + 40 Bobot x Jumlah permintaan Data spasial + Bobot x Jumlah permintaan layanan jaringan internet + Bobot x Jumlah permintaan layanan Email =60x97,38 + 40 x 30 x 52 + 50 x 63 + 20 x 35 = 58,43 + 21,64 =80,07 Nilai Hasil Nilai Hasil a Kepuasan Kebersihan 25 55 13,75 80 20 - Kuesioner kepada penghuni gedung b Kepuasan keamanan 25 55 13,75 76 19 - Kuesioner kepada pegawai c Ketertiban Parkir 25 55 13,75 76 19 - Kuesioner kepada pengguna gedungtempat parkir d Penggunaan Energi dan Air 25 55 13,75 76 19 - Tagihan listrik dan air 55 77 Realisasi 2015 TOTAL NO. Indikator Bobot Target 2015 IV-47 4 Tingkat layanan informasi publik, dari target tercapainya 365 layanan dengan hasil 365 layanan sehingga kinerja 100 dengan penjelasan sebagai berikut: a. Jumlah Peliputan Kegiatan Kementerian Seiring dengan kondisi lingkungan strategis dan intensitas kegiatan pimpinan serta kewajiban Kementerian untuk menjelaskan berbagai hal terkait dengan bidang tugas ke- PUPR-an, maka capaian output ini dapat melebihi target yang ditentukan. Besarnya pencapaian tersebut terutama karena banyaknya liputan yang harus dilakukan terutama terkait dengan berbagai kegiatan pimpinan ke lapangan, peresmian dan kegiatan kementerian juga kejadian bencana. Pada Tahun 2015 kinerja kegiatan Peliputan Kegiatan Kementerian mencapai 100 dari target yang ditetapkan. b. Jumlah Publikasi Apabila dilihat pencapaiannya, realisasi untuk output ini sangat jauh diatas target. Hal ini terjadi karena banyak faktor yang diantaranya adalah kondisi lingkungan strategis dan kebijakan untuk memperbanyak spot penayangan iklan di media elektronik dan media cetak lainnya. Disadari ataupun tidak, politik pencitraan baik perorangan maupun institusi masih menjadi langkah manjur untuk menjelaskan tentang kinerja yang telah dilakukan. Demikian juga dengan PUPR yang memperbanyak publikasi melalui media elektronik ataupun cetak sehingga secara output tercapai sebesar 100 dari target yang telah ditetapkan. c. Jumlah Bahan Informasi Pimpinan Output ini secara khusus digunakan untuk mendukung pimpinan Kementerian Menteri dan Pejabat Tinggi Madya dalam hal penyediaan dokumen infomasi atau bahan rapat yang akan disampaikan ke berbagai rapat dengan stakeholder, yaitu sidang kabinet, raker dan RDP dengan DPRDPD, rapat dengan menko, dan lain-lain. Intensitas rapat sangat tergantung dari masing-masing stakeholder, dan untuk tahun 2015 realisasi output mencapai 100. Beberapa kejadian bencana dan kebijakan lainnya yang memerlukan koordinasi telah membuat frekuensi rapat dan sidang meningkat signifikan. d. Jumlah Permintaan Informasi Pelayanan informasi kepada masyarakat dilakukan sepanjang tahun termasuk menghadapi tuntutan dari para pemohon informasi. Berbagai kegiatan yang dilakukan dalam upaya menunjang pelaksanaan UU No. 14 tahun 2008 antara lain melalui Workshop Keterbukaan Informasi Publik dan tata kelola informasi publik di lingkungan Kementerian PU yang ditunjang dengan review terhadap peraturan internal sebagai dasar pelaksanaan UU KIP yang dianggap tidak sesuai lagi karena adanya reorganisasi di lingkungan Kementerian PUPR. Kinerja output mencapai 129,09 dari target yang ada. IV-48 Tingkat pencapaian indikator kinerja manfaat outcome yaitu perbandingan antara target outcome yang telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja dengan realisasi yang dapat dicapai sampai berakhirnya tahun anggaran seperti yang terlihat pada Tabel Pengukuran Kinerja. Namun demikian untuk lebih menguatkan hasilmanfaat, ada beberapa survei yang dilakukan oleh pihak internal untuk menilai kinerja Kementerian PUPR, diantaranya: a. Survei Online Evaluasi Penyebarluasan Informasi Survei ini dilaksanakan mulai bulan Agustus hingga Oktober dengan metode yang dipergunakan adalah kuesioner yang disebarluaskan secara online melalui www.surveykita.com, kemudian para responden mengisi secara online. Secara singkat, hasil dari survei ini adalah:  Media yang paling banyak diakses responden adalah Internet, TV, dan Sosial Media.  Kesadaran Responden atas keberadaan Kementerian Pekerjaan Umum dan Pekerjaan Rakyat sudah cukup tinggi.  Responden juga sudah banyak yang tahu nama Menteri Kemen PUPR, meski masih ada beberapa responden yang tidak mengetahuinya.  Mayoritas responden mendapatkan informasi tentang Kementerian PUPR melalui berita di TV, Koran, Radio dan Internet web dan sosial media.  Bidang PUPR yang paling banyak diketahui responden melalui media adalah Jalan, Jalan Tol, dan Jembatan.  Intensitas informasi tentang Kementerian PUPR yang didapat responden melalui media masih cukup rendah.  Mayoritas responden menganggap informasi tentang program Kementerian PUPR menarik untuk dikonsumsi.  Secara kualitas pengemasan informasi, mayoritas responden menganggap kualitasnya biasa saja.  Menurut mayoritas responden, informasi yang disampaikan Kementerian PUPR bisa dipahami.  Jika dilihat dari kebutuhan responden, mayoritas responden menganggap bahwa informasi yang disampaikan oleh Kementerian PUPR sudah cukup sesuai.  Berdasarkan tingkat kepuasan, mayoritas responden menganggap biasa saja. b. Survei Indeks Kepuasan Masyarakat Pengguna Layanan Informasi Survei ini dilakukan terhadap Unit Pelayanan Informasi Publik di Kementerian PUPR. Unit Pelayanan Informasi Publik perlu berupaya mengukur tingkat kepuasan publik atas layanan informasi yang telah diselenggarakan oleh Unit Pelayanan Informasi Publik Kementerian PUPR. Adapun hasil dari survey ini diantaranya IV-49  Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat IKM dari hasil Survei Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Informasi Publik Unit Pelayanan Informasi Publik Kementerian PUPR Tahun 2015 sebesar 67,91.  Nilai sebesar 67,91 menunjukan nilai mutu pelayanan Baik B berarti Kinerja unit pelayanan Pelayanan Informasi Publik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015 adalah Baik.  Dalam peningkatan kualitas pelayanan perlu, diprioritaskan pada unsur yang mempunyai nilai paling rendah merah pudar, unsur yang mempunyai nilai menengah harus tetap ditingkatkan kuning sedangkan unsur yang mempunyai nilai cukup tinggi harus tetap dipertahankan hijau.  Berdasarkan data survei tersebut, dapat dikatakan bahwa penyebarluasan informasi maupun pelayanan informasi publik sudah termasuk kategori baik dan respon media pun sangat baik dalam memberitakan isu-isu yang berhubungan dengan infrastruktur PUPR.

4.2 Perbandingan Kinerja Organisasi

4.2.1 Subbidang Sumber Daya Air

Analisis perbandingan kinerja dengan tahun lalu tidak dapat dilakukan karena sasaran strategis beserta indikatornya dan sasaran program beserta indikatornya berbeda menyesuaikan dengan target di dalam Renstra Kementerian PUPR 2015-2019. Adapun capaian tahun lalu dijadikan baseline untuk pengukuran di tahun 2015, seperti: 1 peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku dengan baseline sampai tahun 2014 adalah 51,44 m 3 detik; 2 peningkatan kapasitas tamping sumber air dengan baseline 12.679 juta m 3 ; 3 peningkatan layanan jaringan irigasi dengan baseline 1.844.066 Ha; dan 4 pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi dengan baseline 5.141.407 Ha. Analisis perbandingan target kinerja tahun 2015 terhadap target Renstra hampir seluruhnya tercapai, hanya satu indikator kinerja yang tidak tercapai terhadap target Renstra yaitu terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air. Target Renstra adalah 15.396,20 Juta m 3 sedangkan target capaian tahun ini adalah 12.679,00 juta m 3 hal ini disebabkan karena pagu kegiatan terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air adalah adanya pemotongan anggaran yang menyebabkan output kegiatan ditahun 2015 tidak dapat tercapai terhadap target renstra 2015. IV-50 Tabel IV.42. Perbandingan kinerja dengan Renstra Subbidang Sumber Daya Air Perbandingan target capaian kinerja tahun 2015 terhadap target RPJMN, terdapat 4 target indikator kinerja yang tidak tercapai terhadap target RPJMN 2015. Dengan rincian sebagai berikut: a. Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku. b. Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku seperti semula. c. Terjaganya fungsi dan kapasitas tampungan sumber air. d. Peningkatan layanan jaringan irigasi. Target RPJMN yang tidak tercapai ditahun 2015 akan meluncur menjadi target Renstra maupun target capaian ditahun 2016. Sementara itu, capaian terhadap perencanaan jangka menengah RPJMN tahun 2019 rata-rata masih di bawah 20 kecuali untuk pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku yang telah mencapai 37,27 dan terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi yang telah mencapai 46,91. Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku m3detik 8,65 8,74 tercapai 67,52 12,81 Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku seperti semula m3detik 8,20 8,20 tercapai 22 37,27 Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku m3detik 49,23 69,64 tercapai 94,75 73,50 Peningkatan kapasitas tampung sumber air juta m3 1.024 1.024 tercapai 1.797,97 56,95 Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air juta m3 376,8 377 tercapai 3.410 11,06 Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air juta m3 15.396,20 12.679 tidak tercapai 17.096,80 74,16 Peningkatan luas kawasan yang terlindung dari daya rusak air ha 18.950,67 20.344,00 tercapai 200.000 9,48 Peningkatan persentase kawasanlokasi yang dikonservasi pada kawasan prioritas 20 20 tercapai 100 20 Peningkatan layanan jaringan irigasi ha 181.283 182.017 tercapai 1.142.983 15,92 Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi ha 477.961 480.534 tercapai 3.000.000 16,02 Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi ha 3.142.532 3.581.530 tercapai 3.604.791,23 99,35 CAPAIAN 2015 KINERJA 2015 Capaian Terhadap Perencanan Jangka Menengah 2019 Sasaran Strategis Outcome satuan Target 2015 Target 2019 Meningkatnya Ketahanan Air Meningkatnya dukungan untuk kedaulatan pangan dan energi IV-51 Tabel IV.43. Perbandingan Kinerja dengan RPJMN Subbidang Sumber Daya Air

4.2.2 Subbidang Jalan dan Jembatan

Analisis perbandingan kinerja dengan tahun lalu tidak dapat dilakukan karena sasaran strategis beserta indikatornya dan sasaran program beserta indikatornya berbeda menyesuaikan dengan target di dalam Renstra Kementerian PUPR 2015-2019. Adapun capaian tahun lalu dijadikan baseline untuk pengukuran di tahun 2015 yaitu tingkat kemantapan jalan nasional sebesar 93,95. Angka tersebut justru mengalami penurunan menjadi 89,36 di tahun 2015 karena terdapat peningkatan panjang jalan nasional yang terbangun. Capaian kinerja terhadap target Renstra 2015 telah tercapai bahkan untuk indikator tingkat kemantapan jalan nasional telah melampaui target yang ditetapkan tahun 2015. Sementara itu, capaian terhadap target Renstra 2019 telah mencapai 81,48 untuk outcome waktu tempuh pada koridor utama dan 90,82 untuk outcome tingkat kemantapan jalan nasional. Hal tersebut didukung oleh keberhasilan pembangunan output-outputnya dengan indikator output panjang flyoverunderpassterowongan yang dibangun dan panjang jalan yang mendapat pelebaran, yang mana persentase capaian kinerjanya meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun, yang perlu menjadi perhatian adalah dalam rentang waktu 5 tahun terakhir capaian kinerja untuk panjang jalan yang ditingkatkan selalu tidak berhasil mencapai target yang ditetapkan atau persentase capaian kinerja kurang dari 100. Permasalahan pembebasan lahan menjadi faktor utama yang terjadi dari tahun ke tahun yang menyebabkan rendahnya capaian kinerja untuk kedua indikator kinerja output ini. Peningkatan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku m3detik 67 8,74 13,04 Pengembalian fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku seperti semula m3detik 22 8,20 37,27 Terjaganya fungsi dan debit layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku m3detik 363 69,64 19,18 Peningkatan kapasitas tampung sumber air juta m3 1.024 - Pengembalian fungsi dan kapasitas tampung sumber air juta m3 377,00 - Terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber air juta m3 12.679,00 - Peningkatan luas kawasan yang terlindung dari daya rusak ha 20.344,00 - Peningkatan persentase kawasanlokasi yang dikonservasi pada kawasan prioritas 20 - Peningkatan layanan jaringan irigasi ha 1.144.985 182.017 15,90 Pengembalian fungsi dan layanan jaringan irigasi ha 2.419.558 480.534 19,86 Terjaganya fungsi dan layanan jaringan irigasi ha 7.634.695 3.581.530 46,91 Meningkatnya dukungan untuk kedaulatan pangan dan energi Capaian RPJMN 2019 Sasaran Strategis Outcome satuan Target RPJMN 2019 CAPAIAN 2015 Meningkatnya Ketahanan Air IV-52 Tabel IV.44. Perbandingan Kinerja dengan Renstra Subbidang Jalan dan Jembatan Capaian terhadap perencanaan nasional RPJMN untuk subbidang jalan dan jembatan sama dengan capaian kinerja terhadap Renstra Kementerian PUPR yang telah diuraikan di atas. Tabel IV.45. Perbandingan Kinerja dengan RPJMN Subbidang Jalan dan Jembatan

4.2.3 Subbidang Cipta Karya

Analisis perbandingan kinerja dengan tahun lalu tidak dapat dilakukan karena sasaran strategis beserta indikatornya dan sasaran program beserta indikatornya berbeda menyesuaikan dengan target di dalam Renstra Kementerian PUPR 2015-2019. Adapun capaian tahun lalu dijadikan baseline untuk pengukuran di tahun 2015, antara lain: 1 peningkatan cakupan pelayanan akses air minum dengan baseline 68,11; 2 penurunan luasan permukiman kumuh perkotaan 10; dan 3 peningkatan cakupan pelayanan sanitasi 61,06. Target yang telah ditetapkan di dalam Renstra Kementerian PUPR 2015-2019 untuk subbidang cipta karya sama dengan target RPJMN yaitu 100-0-100 yang meliputi 100 cakupan pelayanan akses air minum, 0 permukiman kumuh perkotaan, dan 100 cakupan pelayanan akses sanitasi. Target tahun 2015 ini tidak tercapai karena untuk subbidang cipta karya terdapat peran APBD dan sektor swasta di dalamnya, yang mana tidak dapat dipenuhi dengan APBN. Capaian terhadap perencanaan jangka menengah Renstra maupun RPJMN di tahun 2019 telah mencapai 70,31 untuk cakupan pelayanan akses air minum, 90,82 untuk permukiman kumuh perkotaan, dan 63 untuk cakupan pelayanan akses sanitasi. Jika dibandingkan dengan target 2015 sebagaimana terdapat dalam Renstra, pencapaian cakupan pelayanan akses sanitasi tahun 2015 masih menyisakan selisih terhadap target sebesar 1. Besaran selisih ini merupakan kontribusi dari APBD, pihak swasta, dan masyarakat, yang belum dapat diukur. Meningkatnya Dukungan Konektivitas Bagi Penguatan Daya Saing Waktu tempuh pada koridor utama jam100 km 2.7 2.7 tercapai 2.2 81,48 Meningkatnya Kemantapan Jalan Nasional Tingkat kemantapan jalan nasional 86 89 tercapai 98 90,82 CAPAIAN 2015 KINERJA 2015 Target 2019 Capaian Terhadap Perencanan Jangka Menengah 2019 Sasaran Strategis Outcome satuan Target 2015 Meningkatnya Dukungan Konektivitas Bagi Penguatan Daya Saing Waktu tempuh pada koridor utama m 2,20 2,7 81,48 Meningkatnya Kemantapan Jalan Nasional Tingkat kemantapan jalan nasional km 98,00 89 90,82 CAPAIAN 2015 Capaian RPJMN 2019 Target RPJMN 2019 Sasaran Strategis Outcome satuan