II-14
2.3.4 Meningkatnya dukungan layanan infrastruktur dasar permukiman dan perumahan
Sasaran strategis ini merupakan penjumlahan capaian subbidang cipta karya penurunan luasan permukiman kumuh perkotaan dan peningkatan cakupan pelayanan akses sanitasi dan
subbidang perumahan rakyat pemenuhan perumahan yang layak huni bagi rumah tangga berpenghasilan rendah.
Tabel II.3. Komponen Pengukuran Tingkat Dukungan Layanan Infrastruktur Dasar Permukiman dan Perumahan
No OutcomeIndikator Kinerja
Target Keterangan
1 Subbidang Cipta Karya
78,00 Rata-rata outcome penurunan
luasan permukiman kumuh perkotaan dan peningkatan cakupan
pelayanan akses sanitasi a. Penurunan luasan permukiman kumuh perkotaan
92,00 b. Peningkatan cakupan pelayanan akses sanitasi
64,00
2 Subbidang Perumahan Rakyat
84,00 Capaian outcome subbidang
perumahan rakyat yang merupakan gabungan capaian penyediaan dan
pembiayaan perumahan a. Pemenuhan perumahan yang layak huni bagi
rumah tangga berpenghasilan rendah 84,00
2.3.5 Meningkatnya keterpaduan perencanaan, pemrograman, dan penganggaran
Kementerian PUPR menjadikan konsep tiga pilar kerangka keterpaduan pembangunan infrastruktur PUPR pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan dengan pengembangan
wilayah antarsektor, antardaerah dan antarpemerintahan yaitu keterpaduan perencanaan, keterpaduan dan kesinkronan program dan keterpaduan pelaksanaan sebagai fokus bagi
sasaran program dalam Rencana Strategis Kementerian PUPR 2015-2019, yaitu: 1. Meningkatnya keterpaduan Infrastruktur bidang PUPR dengan Pengembangan Wilayah
antarsektor, antardaerah dan antarpemerintahan. 2. Meningkatnya keterpaduan perencanaan, pemrograman dan penganggaran.
Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur bidang PUPR dengan Pengembangan Wilayah yang menjamin keterpaduan antar sektor, antardaerah,dan antarpemerintahan untuk mengurangi
disparitas dan meningkatkan pertumbuhan dengan cara : 1. Menyusun kebijakan dan strategi dan rencana Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur
bidang PUPR dengan Pengembangan Wilayah. 2. Mengembangkan rencana Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur bidang PUPR
dengan Pengembangan Wilayah kawasan strategis baik perkotaan maupun non perkotaan.
3. Menterpadukan dan mensinkronkan program Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur bidang PUPR dengan Pengembangan Wilayah.
II-15
4. Melaksanakan Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur bidang PUPR dengan Pengembangan Wilayah.
Sehingga dengan prinsip keterpaduan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan seluruh masyarakat diberi ruang yang seluas-luasnya dalam proses menterpadukan, maupun
meningkatkan kualitas hasil keterpaduan pembangunan. Hasil keterpaduan infrastruktur PUPR dengan Pengembangan Wilayah adalah berkurangnya
disparitas dan meningkatnya pertumbuhan kawsan proporsional yang dirasakan oleh masyarakat secara terus menerus, berkelanjutan, dan global untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan Keterpaduan infrastruktur PUPR diperlukan sinergitas dan efisiensi baik dalam proses perencanaan, pemrograman maupun pelaksanaan
dan terukurnya dampak ekonomi, yang meliputi : 1. Keterpaduan kebijakan
2. Keterpaduan perencanaan 3. Kesinkronan pemrograman dan
4. Kesinkronan penganggaran
Baik di dalam Kawasan, antar Kawasan, maupun antar WPS.
Sasaran Pengukuran:
Dengan mengukur tingkat keterpaduan kebijakan, perencanaan, pemrograman terhadap penganggaran pembangunan Infrastruktur bidang PUPR yang terpadu dalam kawasan, antar
kawasan dan antar WPS, maka akan diketahui efektivitas perencanaan pengembangan pada 35 WPS dan antar WPS Kementerian PUPR yang ditujukan untuk menterpadukan pembangunan
Infrastruktur masing-masing sektor di bidang PUPR sesuai dengan daya dukung dan daya tampung serta fungsional lingkungan fisik terbangun yang terpadu dalam lokasi, besaran, dan
waktu.
Cara Pengukuran:
Mengukur rasio deviasi dengan membandingkan kebijakan, rencana dan program pembangunan infrastruktur PUPR yang terpadu dalam kawasan, antar kawasan, dan antar WPS
dan rencana pengembangan 35 WPS untuk tahun 2015 dengan penganggaran pembangunan sektor yang telah disusun unit kerja eselon 1 atau daerah tahun 2015 pembobotan dengan
faktor-faktor non fisik antara lain aspek keterpaduan perencanaan termasuk regulasi, kesinkronan pemrograman, keterpaduan pelaksanaan serta manfaat ekonomi berkurangnya
disparitas dan meningkatnya pertumbuhan kawasan. Target
: 80 Periode Pengukuran : setiap tahun
Lead Lag? : Lag
II-16
Data Source :
Data RPJMN, Renstra Kemen PUPR, Rencana Pengembangan 35 WPS baik perkotaan maupun non perkotaan dan antar WPS pada 35 WPS, Rencana Tahun 2015, Program tahun 2015; serta
data sektor dari masing-masing Kawasan Strategis baik perkotaan maupun non perkotaan pada 35 WPS dan antar WPS yang diterpadukan dari Kementerian PUPR dan Pemerintah Daerah.
Asumsi :
Ketersediaan data eksisting infrastruktur bidang PUPR yang telah terbangun lengkap baik dari direktorat Jenderal di bawah Kementerian PUPR maupun pemerintah daerah terkait bidang
PUPR.
2.3.6 Meningkatnya ketahanan air
Sasaran strategis meningkatnya ketahanan air dengan indikator kinerja Tingkat Dukungan Ketahanan Air Nasional diukur dari rata-rata capaian outcome yang dihasilkan outcome based,
yang meliputi: 1 Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku; 2 Meningkatnya kapasitas tamping sumber-sumber air; dan 3 Meningkatnya kapasitas
pengendalian daya rusak air. Komponen pengukuran tersebut dijabarkan sebagai berikut:
Tabel II.4. Komponen Pengukuran Tingkat Dukungan Ketahanan Air Nasional No
OutcomeIndikator Kinerja Baseline 2014
Target 2015
1 Pemenuhan kebutuhan air baku untuk
kehidupan sehari-hari 51,44 m
3
det 8,74 m
3
det 2
Peningkatan kapasitas tampung sumber air 12.679 juta m
3
1.025 juta m
3
3 Peningkatan layanan infrastruktur
pengendali daya rusak air 36.199 Ha
10.903 Ha
2.3.7 Meningkatnya kemantapan jalan nasional
Kondisi kemantapan jalan merupakan hal penting dalam memperlancar pergerakan kendaraan. Kemantapan jalan juga memungkinkan kendaraan untuk mencapai kecepatan yang optimal
sehingga perjalanan dapat ditempuh dengan sesingkat-singkatnya. Jalan dikategorikan dalam kondisi mantap jika kondisi jalan tersebut dalam kondisi Baik dan Sedang, dan dikategorikan
dalam kondisi yang tidak mantap jika kondisi jalan tersebut dalam kondisi Rusak Ringan dan Rusak Berat. Konsep Kemantapan Jalan Nasioanal Direktorat Jenderal Bina Marga adalah
pelayanan performance, dimana pengguna jalan bisa merasakan nyaman, aman dan dapat memanfaatkan kecepatan secara optimum sehingga jalan dapat berfungsi secara fungsional.
II-17
Parameter dalam menentukan kondisi jalan di Indonesia didasarkan pada : Kondisi Berdasarkan Pelayanan
Kondisi Berdasarkan Struktural
a. Kemantapan Berdasarkan Pelayanan IRI : International Roughness Index adalah : Kondisi baik dan sedang berdasarkan hasil pengukuran survey kondisi ketidakrataan permukaan
jalan IRI, dimana nilai IRI =4 adalah kategori kondisi baik dan nilai IRI =8 untuk kategori kondisi sedang. Mengukur nilai ketidakrataan permukaan jalan IRI dapat dilakukan melalui
2dua metode, melalui penggunaan alat dan cara visual. 1 Penggunaan Alat Survey :
• NAASRA meter adalah alat untuk mendapatkan nilai goncangan bumping kendaraan dan disebut sebagai nilai Bump Integrator BI. Nilai BI tersebut akan
dikorelasikan dengan nilai IRI absolut yang didapat dari survey alat dipstik melalui persamaan korelasi BI terhadap IRI.
• Roughmeter merupakan pengembangan dari alat ukur NAASRA yang menggabungkan secara automatic korelasi antara nilai BI dan IRI secara integrasi,
sehingga keluarannya dapat langsung mendapatkan nilai IRI • Alat Hawkeye merupakan alat survey yang berteknologi laser yang secara real time
dapat langsung memperoleh nilai IRI serta kemampuan lainya adalah mendapatkan kondisi pavement perkerasan jalan.
2 Penggunaan Cara Visual : Survey kondisi dengan cara visual dilakukan dengan menggunakan Tabel RCI Road
Condition Index dengan ketentuan sebagai berikut : • Bila menggunakan alat pengukur ketidakrataan permukaan jalan Naasra
Roughmeter hasilnya tidak feasible nilai countBI 400 • Kalau situasi lapangan tidak memungkinkan menggunakan kendaraan survey, maka
disarankan menggunakan metoda RCI. • Jika mempunyai kendaraan dan alat survey, maka disarankan menggunakan
metoda visual ini.
Kondisi Mantap : Kondisi Baik+Kondisi Sedang
II-18
b. Kemantapan Berdasarkan Struktural SDI : Surface Distress Index adalah: Kondisi baik dan sedang berdasarkan hasil pengukuran survey kondisi struktur perkeraan jalan
jalan SDI, dimana nilai SDI =50 adalah kategori kondisi baik dan nilai SDI =100 untuk kategori kondisi sedang.
Mengukur nilai struktur kondisi perkerasan jalan dapat dilakukan dengan menggukan formulir Survey Kondisi Jalan SKJ, dimana secara spesifik berdasarkan data yang diperoleh dapat
dihitung nilai SDI-nya berdasarkan data lebar retak, luasan retak, jumlah lubang dan bekas roda.
2.3.8 Meningkatnya kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur permukiman
Sasaran strategis Meningkatnya Kualitas dan Cakupan Pelayanan Infrastruktur Permukiman diukur dari perhitungan hasil sasaran program outcome based, di antaranya: 1 Meningkatnya
kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat; 2 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang layak; 3
Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat.
Tabel II.5. Capaian Tingkat Kualitas dan Cakupan Pelayanan Infrastruktur Permukiman No
Sasaran StrategisProgram
Indikator Kinerja Baseline
Target Ket
1 Meningkatnya kualitas
dan cakupan pelayanan infrastruktur permukiman
Tingkat kualitas dan cakupan pelayanan
infrastruktur permukiman
- 77
Rata-rata sasaran
program
a. Meningkatnya kontribusi terhadap
pemenuhan kebutuhan air minum bagi
masyarakat Persentase peningkatan
cakupan pelayanan akses air minum
68,11 76
-
b. Meningkatnya kontribusi terhadap
pemenuhan kebutuhan hunian dan
permukiman yang layak Persentase penurunan
luasan permukiman kumuh perkotaan
10 2
Baseline permukiman
layak tidak kumuh
adalah 90
c. Meningkatnya kontribusi terhadap
pemenuhan akses sanitasi bagi
masyarakat Persentase peningkatan
cakupan pelayanan akses sanitasi
61,06 64
-
II-19
2.3.9 Meningkatnya penyediaan dan pembiayaan perumahan
Sasaran strategis Meningkatnya Penyediaan dan Pembiayaan Perumahan diukur dengan indikator kinerja Tingkat Pemenuhan Perumahan yang Layak Huni bagi Rumah Tangga
Berpenghasilan Rendah. Pencapaian sasaran strategis tersebut didukung oleh dua program yaitu Program Pengembangan Perumahan yang dilaksanakan oleh Ditjen Penyediaan
Perumahan dan Program Pengembangan Pembiayaan Perumahan oleh Ditjen Pembiayaan Perumahan.
Tabel II.6. Komponen Pengukuran Penyediaan dan Pembiayaan Perumahan
SASARAN INDIKATOR KINERJA
SATUAN BASELINE
2014 TARGET
2015 KETERANGAN
SASARAN STRATEGIS
Tingkat penyediaan perumahan yang layak huni bagi rumah tangga
berpenghasilan rendah -
84,00 Pengukuran Capaian Kinerja:
Rumah Layak yang TersediaKebutuhan Rumah
Kebutuhan Rumah
66.000.000 66.000.000
Realisasi rumah layak yang
tersedia dibagi kebutuhan
rumah
Rumah Layak yang Tersedia
55.085.000 55.312.820
Baseline ditambah total
output strategis Total Output
strategis 227.820
Output Ditjen Penyediaan
Perumahan dan Pembiayaan
Perumahan
OUTPUT STRATEGIS
Rumah layak huni bagi rumah tangga MBR yang disediakan melalui belanja
APBN Rumah
Direktorat Jenderal Penyediaan
Perumahan 97.820
Realisasi 2015 Rumah layak huni bagi rumah tangga
MBR yang disediakan melalui pembiayaan lainnya
Rumah Direktorat Jenderal
Pembiayaan Perumahan
130.000 Realisasi 2015
2.3.10 Meningkatnya pengendalian dan pengawasan pelaksanaan kebijakan dan rencana
program dan anggaran pembangunan bidang PUPR
Metode pengukuran berasal dari perhitungan terhadap realisasi sesuai dengan indikator kinerja yang dimaksud kemudian memperbandingkan antara pencapaian realisasi dengan target yang
ditetapkan. Sumber data berasal dari SP2D, SIMAK-BMN, SAIBA, laporan kegiatan, database Sistem Informasi Laporan Hasil Audit dan Tindak Lanjut.
II-20
U tuk i dikator ki erja yaitu Prose tase ‘eko e dasi Hasil Pe gawasa ya g diti dak lanjuti dan tuntas serta tepat
waktu e ggu aka data kua titas seku der ya g setiap ula langsung berasal dari Sistem Informasi Laporan Hasil Audit dan Tindak Lanjut tanpa proses
pengolahan tertentu. Variabel yang terlibat dalam pengukuran indikator ini adalah jumlah temuan yang ditindaklanjuti dengan tepat waktu batas maksimal 60 hari kerja terhitung sejak
10 kerja pengiriman Laporan Hasil Audit ke satker – satkerauditi dan telah tuntas
ditindaklanjuti dibandingkan dengan total temuan yang ada pada triwulan terkait. Hasil tersebut akan dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan.
U tuk i dikator ki erja yaitu Prose tase Ju lah U it Kerja“atker ya g ersih dari pe yi pa ga ateriil e ggu aka data kua titas seku der ya g setiap ula la gsu g
berasal dari Sistem Informasi Laporan Hasil Audit dan Tindak Lanjut tanpa proses pengolahan
tertentu. Variabel yang terlibat dalam pengukuran indikator ini adalah jumlah satuan kerja bersih yang terperiksa pada triwulan terkait dibandingkan dengan jumlah keseluruhan satuan
kerja yang terperiksa pada triwulan terkait. Satuan kerja yang bersih kriterianya adalah satuan kerja terperiksa yang dalam Laporan Hasil Audit nya tidak memiliki temuan kebocoran dan atau
keborosan keuangan negara. Untuk indikator kinerja 3 merupakan hasil penilaian atau asesmen pihak ketiga dalam hal ini
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan BPKP terhadap kinerja Inspektorat Jenderal yaitu Tingkat IACM Internal Audit Capability Model Aparat Pengendali Internal Pemerintah.
Sasaran strategis meningkatnya pengendalian dan pengawasan pelaksanaan kebijakan dan rencana program dan anggaran pembangunan bidang PUPR diukur berdasarkan capaian ketiga
indikator kinerja tersebut di atas.
2.3.11 Meningkatnya kapasitas dan kualitas konstruksi nasional
“asara strategis Me i gkat ya Kapasitas da Pe ge dalia Kualitas Ko struksi Nasio al diukur dengan indikator kinerja tingkat pengendalian pelaksanaan konstruksi nasional yang
terdiri atas lima komponen penilaian dengan bobot yang berbeda-beda. Bobot tertinggi berada pada indikator Persentase SDM konstruksi yang kompeten. Hal ini dikarenakan banyaknya
sumber daya manusia pada bidang konstruksi yang kompeten merupakan bekal utama dari program pembinaan konstruksi dalam rangka mencapai peningkatan outcome lainnya.
II-21
Tabel II.7. Komponen Pengukuran Tingkat Pengendalian Pelaksanaan Konstruksi Nasional Sasaran
Strategis Indikator
Target Realisasi Bobot
Meningkatnya kapasitas dan
kualitas konstruksi
nasional 1. Rasio kapitalisasi konstruksi oleh investor nasional
3 12,77
15 2. Tingkat BUJK yang berkualifikasi besar
18 32,37
15 3. Tingkat penerapan manajemen mutu dan tertib
penyelenggaraan konstruksi 8
4,13 15
4. Persentase SDM penyedia jasa konstruksi yang kompeten
2 2,8
40 5. Persentase utilitas produk unggulan
3 0,62
15
2.3.12 Meningkatnya SDM yang kompeten dan berintegritas
Sasaran strategis meningkatnya SDM yang kompeten dan berintegritas dengan indikator kinerja persentase sumber daya manusia yang kompeten dan berintegritas diukur dari jumlah pegawai
Kementerian PUPR yang mengikuti pendidikan dan pelatihan dengan hasil memiliki kompetensi SDM PUPR yang sesuai dengan persyaratan jabatan dibandingkan dengan jumlah seluruh ASN
PUPR pada awal tahun 2015 yaitu sebanyak 21.488 orang.
2.3.13 Meningkatnya budaya organisasi yang berkinerja tinggi dan berintegritas
Sasaran ini diukur dari 4 indikator kinerja program sebagai berikut:
1 Indikator Nilai Laporan Kinerja Pemerintah dengan target nilai 74
Baseline yang digunakan yaitu nilai Laporan Kinerja Kementerian PU tahun 2013 oleh Kementerian PAN dan RB berdasarkan bobot dan kriteria penilaian yang terdapat di dalam
Permen PAN RB No. 20 Tahun 2013. Baseline ini digunakan karena pada saat penyusunan dan pengesahan indikator ini seperti tertuang dalam Renstra Kementerian PUPR 2015-
2019, penilaian atas Laporan Kinerja Kementerian PUPR tahun 2014 belum dikeluarkan oleh Kementerian PAN dan RB. Sedangkan bobot indikator nilai laporan kinerja tahun 2015
didasarkan pada Permen PAN RB No. 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi Atas implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sehingga terdapat
perbedaan bobot di tiap kriteria antara baseline dengan target tahun 2015.
II-22
Tabel II.8. Pengukuran Indikator Nilai Laporan Kinerja Pemerintah
2 Indikator Opini WTP hasil audit BPK, dengan target opini WTP.
Opini WTP diberikan oleh BPK terhadap LKKL yang memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Laporan keuangan yang disajikan telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim yang
berlaku di Indonesia SAP, 2. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah SPIP atas pengelolaan keuangan telah
dilaksanakan dengan baik, dan 3. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Disamping ketiga kriteria utama tersebut LKKL
yang disajikan harus didukung dengan bukti- bukti audit yang mencukupi, tidak terdapat ketidakpastian dan kesalahan yang cukup
berarti no material uncertainties, pengelolaan atas cash flow dikontrol dengan baik, dan pengelolaan atas BMN dilengkapi dengan bukti-bukti administrasi yang lengkap. Artinya,
laporan keuangan yang disajikan telah bebas dari kesalahan-kesalahan atau kekeliruan yang sifatnya material.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Opini WTP menjadi salah satu indikator karena 99 nilai neraca keuangan Kementerian PUPR berupa Aset, mengingat fungsi yang
diemban dari Kementerian PUPR adalah menyediakan sarana dan prasarana infrastruktur sehingga tanpa adanya proses management asset yang baik tidaklah mungkin dapat
menghasilkan suatu laporan BMN yg akurat dan akuntabel.
Bobot Nilai
Hasil Bobot
Nilai Hasil
35 26,39
30 23,38
1 Renstra
12,5 10,63
10 9,38
Pemenuhan Renstra 2,5
100,00 2,5
2 100,00
2,00 Kualitas Renstra
6,25 70,00
4,38 5
87,50 4,38
Implementasi Renstra 3,75
100,00 3,75
3 100,00
3,00 2.
Perencanaan Kinerja Tahunan 22,5
15,76 20
14,00
Pemenuhan Rencana Kinerja Tahunan 4,5
100,00 4,5
4 100,00
4,00 Kualitas Rencana Kinerja Tahunan
11,25 50,04
5,63 10
50,00 5,00
Implementasi Rencana Kinerja Tahunan 6,75
83,41 5,63
6 83,33
5,00
20 14,57
25 16,16
1 Pemenuhan pengukuran
4 98,75
3,95
5 50,00
2,50 2
Kualitas Pengukuran 10
62,10
6,21
12,5 64,29
8,04 3
Implementasi Pengukuran 6
73,50
4,41
7,5 75,00
5,63
15 12,27
15 12,20
1 Pemenuhan pelaporan
3 80,00
2,4
3 80,00
2,40 2
Penyajian Informasi Kinerja 8
85,88
6,87
7,5 85,71
6,43 3
Pemanfaatan Informasi Kinerja 4
75,00
3
4,5 75,00
3,38
10 6,35
10 6,35
1 Pemenuhan Evaluasi
2 83,50
1,67
2 83,33
1,67 2
Kualitas evaluasi 5
63,64
3,18
5 63,64
3,18 3
Pemanfaatan hasil evaluasi 3
50,00
1,50
3 50,00
1,50
20 13,78
20 15,67
1 Kinerja yang dilaporkan output
5 100,00
5,00 5
100,00 5,00
2 Kinerja yang dilaporkan outcome
5 47,80
4,78 10
66,67 6,67
3 Kinerja yang dilaporkan benchmark
10 80,00
4,00 5
80,00 4,00
100 73,36
100 73,75
73,36 74,00
Penilaian Bobot Baseline berdasarkan Permen Pan RB No. 20 Tahun 2013 Penilaian Bobot 2015 berdasarkan Permen PAN RB No. 12 Tahun 2015
2015
d. Evaluasi Internal e. Capaian Kinerja
TOTAL Total Pembulatan
a. Perencanaan Kinerja
b. Pengukuran Kinerja c. Pelaporan Kinerja
No. Indikator
Baseline
II-23
Kinerja tahun 2015 dari indikator ini belum dapat diketahui mengingat penyusunan Laporan Keuangan dan BMN Tahunan TA 2015 baru dilakukan tahun 2016 sejalan dengan
opini BPK yang dikeluarkan pada tahun 2016. Sejalan dengan hal tersebut, jika data penggunaan belum didapat karena menunggu penilaian dari instansi lain, maka digunakan
asumsi.
3 Indikator Transparansi Pelaksanaan Program, dengan target 55 publikasi hasil
pelaksanaan program terdiri atas: a. Publikasi program dan kegiatan reguler dengan bobot 75 terdiri dari:
1. Profil provinsi dan PHLN dengan bobot 25. Ukuran keberhasilan apabila profil informasi anggaran Kementerian PUPR berupa
RKA-KL, DIPA, LaKIP, Renstra dan Renstra telah dipublikasi dan telah diunduh oleh pengunjung di website
www.pu.go.id .
2. Progres pelaksanaan dengan bobot 20 Ukuran keberhasilan apabila rencana fisik dan keuangan, realisasi fisik dan keuangan,
dan pemaketan telah dipublikasi di sistem serta dapat diakses oleh semua pihak. 3. Program strategis dengan bobot 30
Ukuran keberhasilan apabila program strategis dan prioritas nasional telah dipublikasi dan dapat secara bebas diakses oleh semua pihak.
b. Publikasi program dan kegiatan DAK dengan bobot 25 Ukuran keberhasilan DAK bidang PUPR tidak saja berupa prasarana dan sarana fisik yang
terbangun, tetapi juga terpublikasinya data usulan dan penerima bantuan DAK bidang PUPR pada website Kementerian PUPR yang dikaitkan ke web Kantor Staf Presiden KSP
agar dan dapat diakses secara terbuka oleh masyarakat.
II-24
Tabel II.9. Pengukuran Indikator Transparansi Pelaksanaan Program
4 Indikator tingkat pengelolaan dan pengadministrasian pegawai, dengan target dapat
terlayaninya sekitar 60 dari jumlah penerima manfaat
Tabel II.10. Pengukuran Indikator Tingkat Pengelolaan dan Pengadministrasian Pegawai
Cara pengukuran indikator tersebut di atas menggunakan beberapa metode antara lain : a. Adanya sistem informasi pegawai yang bisa diakses oleh semua pegawai
Pengukuran menggunakan survei yang ditujukan kepada pegawai di lingkungan kementerian PUPR untuk menilai seberapa mudahnya para pegawai dalam memperoleh
informasi bidang kepegawaian.
No. Indikator
Bobot Baseline
2015 Nilai
Hasil Nilai
Hasil Publikasi Program Reguler dan DAK
a. Publikasi program kegiatan reguler 75
29,25 47,50
1. Profil provinsiPHLN
25 25
6,25 60
15,00 RKA-KL
25 5
1,25 10
2,50 DIPA
5 1,25
10 2,50
LaKIP 5
1,25 10
2,50 RENSTRA
5 1,25
20 5,00
RENJA 5
1,25 10
2,50 2.
Progres pelaksanaan 20
25 5,00
65 13,00
Rencana Fisik dan Keuangan 20
10 2,00
20 4,00
Realisasi Fisik dan Keuangan 10
2,00 20
4,00 Pemaketan
5 1,00
25 5,00
3. Program strategis
30 60
18,00 65
19,50
b. Publikasi program kegiatan DAK 25
25 6,25
30 7,50
TOTAL 100
35,50 55,00
Total Pembulatan 100
35,50 55,00
No. Indikator
Bobot Target 2015
Nilai Hasil
1 Adanya sistem informasi pegawai yang bisa
diakses oleh semua pegawai 25
20 5
2 Keterbukaan dalam seleksi jabatan
25 60
15 3
Tingkat ketepatan layanan mutasi pegawai 25
60 15
4 Sistem rekrutmen pegawai secara terbuka
25 100
25
JUMLAH CAPAIAN KINERJA TAHUN 2015 60
II-25
Pemanfaatan rekomendasi =
Rekomendasi yang belum termanfaatkan sampai 2015
X 100 Capaian rekomendasi yang termanfaatkan
b. Keterbukaan dalam seleksi jabatan Pengukuran menggunakan survei yang ditujukan kepada pegawai secara khusunya di
lingkungan kementerian PUPR dan masyarakat pada umumnya, untuk mengetahui hasil penilaian secara obyektif terkait pelaksanaan lelang jabatan di lingkungan Kementerian
PUPR. c. Tingkat ketepatan layanan mutasi pegawai
Pengukuran menggunakan variabel waktu dalam menyelesaikan 1 produk SK, dll. d. Sistem recruitment pegawai secara terbuka
Pengukuran menggunakan survei yang ditujukan kepada pegawai secara khusunya di lingkungan kementerian PUPR dan masyarakat pada umumnya, untuk mengetahui hasil
penilaian secara obyektif terkait pelaksanaan rekrutmen pegawai baru di lingkungan Kementerian PUPR.
Selanjutnya untuk mengetahui besaran persentase capaian kinerja, maka masing – masing hasil
kinerja dari variabel tersebut dikalikan dengan bobot yang telah ditentukan. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Persentase Capaian Kinerja = �������
������ � 5
Nilai yang diperoleh kemudian diakumulasikan dengan variabel yang lain, sehingga didapatkan persentase pencapaian hasil kinerja Sasaran Program.
2.3.14 Meningkatnya inovasi teknis terapan bidang PUPR
Cara pengukuran sasaran strategis meningkatnya inovasi teknis terapan bidang PUPR yang didukung oleh komponen tingkat pemanfaatan teknologi dan rekomendasi serta tingkat
penyediaan teknologi dan rekomendasi adalah sebagai berikut:
Capaian rekomendasi yang tersedia tahun 2015
Penyediaan rekomendasi =
Target rekomendasi yang tersedia tahun 2015 X 100
Capaian teknologi yang tersedia tahun 2015
Penyediaan teknologi =
Target teknologi yang tersedia tahun 2015 X 100
Capaian teknologi yang termanfaatkan
Pemanfaatan teknologi =
Teknologi yang belum termanfaatkan sampai 2015 X 100