Pola Perkampungan Tepi Air di Kota Banjarmasin

Dengan membuat figure ground plan dapat diketahui antara lain polatipologi, konfigurasi solid dan void yang merupakan sifat elemental kawasan atau pattern kawasan penelitian.

2.8 Pola Perkampungan Tepi Air di Kota Banjarmasin

Perkampungan yang ada di tepi air dapat kita lihat di kota Banjarmasin, dimana kota ini secara geologis dibentuk oleh endapan alluvial dari Sungai Barito dan Sungai Martapura. Bentang alam kota yang relatif landai ini menyebabkan terbentuknya kawasan lahan rawa. Untuk pertumbuhan kota Banjarmasin, permukiman penduduk pada awalnya terkonsentrasi pada tepian sungai, terutama daerah aliran Sungai Barito dan anak sungainya. Di wilayah tersebut banyak terdapat kantong permukiman sampai berdirinya pusat kerajaan Saleh, 1981; Atmojo, 2002 dalam Dahliani, 2012. Permukiman penduduk memanjang di tepian sungai membentuk pola linier dengan aliran sungai sebagai poros. Rumah-rumah dibangun menghadap sungai, dan di depan rumah biasanya terdapat derrmaga yang dipakai untuk tempat menyandarkan atau mengikat alat transportasi berupa perahu Daud, 1997 dalam Dahliani, 2012. Pola permukiman seperti ini sangat memperhatikan keseimbangan ekosistem, karena masih mempertimbangkan sungai sebagai potensi alam. Tetapi pada perkembangan permukiman berikutnya, mulai tumbuh rumah-rumah di bagian belakang dan samping rumah utama lapis pertama. Hal ini disebabkan karena sistem kekerabatan yang masih sangat erat, dan ada kecenderungan orangtua sulit berpisah Ubiversitas Sumatera Utara dengan anaknya walaupun anak sudah menikah dan mempunyai keluarga, maka dibuatlah rumah di bagian samping atau di bagian belakang rumah utama untuk anak- anak dan keluarganya seperti terlihat pada Gambar 2.13. Penduduk awal yang bermukim di kampung tersebut, biasanya memiliki tapak perumahan yang cukup luas, dimana mereka sudah memikirkan untuk menyediakan tapak perumahan bagi keturunannya kelak. Arsitektur rumah tradisional yang berlokasi di tepian sungai menggunakan konstruksi rumah panggung dari bahan kayu ulin dan pancangan kayu galam, dikarenakan struktur tanah pada lokasi ini yang merupakan tanah berawa Huzairin, 2004 dalam Dahliani, 2012. Material yang digunakan untuk membangun rumah- rumah mereka biasanya merupakan bahan-bahan yang dihasilkan dari lokasi setempat. Tradisi ini berlanjut sampai ke daerah daratan yang berair dan berawa menyesuaikan dengan kondisi geomorfologis kota Banjarmasin. Sehingga di bagian bawah bangunan masih terdapat ruang-ruang untuk area resapan dan penampungan air. Pondasi pada rumah tradisional ini juga merupakan wujud fisik kebudayaan masyarakat yang hidup di lingkungan lahan rawa yang menyesuaikan dengan tapak permukimannya. Hal ini merupakan kearifan lokal untuk mengatasi permasalahan setempat Muhammad, 2007 dalam Dahliani, 2012. Ubiversitas Sumatera Utara Dari teori yang dikemukakan, dapat diambil variabel penelitian yang nantinya dijadikan sebagai guideline sehingga penelitian yang dilakukan memiliki fokus yang jelas. Variabel-variabel penelitian ini ditarik dari teori-teori yang digunakan, disesuaikan dengan data-data yang ingin diperoleh, serta metoda apa yang akan digunakan untuk memperoleh data-data yang diinginkan. Kesimpulan dari teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini. Gambar 2.13 Perkembangan Tapak Permukiman di Tepian Sungai Sumber : Dahliani, 2012 Ubiversitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Teori dan Variabel Penelitian Teori Variabel Data yang Diperoleh Metoda Spiro Kostof, 2001 The City Shaped. ‘pola kota organik selalu mengikuti topografi yang ada, tidak merubah ataupun memodifikasinya.’ Topografi - Peta Kampung Nelayan - Melalui foto satelit digambar ulang dengan program AutoCad. - Survey lapangan ke Kampung Nelayan melihat kondisi topografi alamnya. Spiro Kostof, 2001 The City Shaped. ‘Pola organik ditinjau dari aspek pembagian lahan selalu mengikuti keinginan masyarakat.’ Pola penggunaan tanah - Peta Kampung Nelayan - Mendata penggunaan tanah pada peta - Melalui foto satelit digambar ulang dengan program AutoCad. - Survey lapangan ke Kampung Nelayan mengenai penggunaan tanah dan menyesuaikannya ke dalam peta yang telah dibuat. Keinginan masyarakat kesepakatan masyarakat - Interpretasi masyarakat setempat terkait penggunaan tanah - Wawancara secara terstruktur mengenai kesepakatan penggunaan tanah. Terbentuknya pusat kegiatan - Mendata pusat kegiatan apa saja yang ada di Kampung Nelayan. - Survey lapangan ke Kampung Nelayan apa saja pusat-pusat kegiatan yang ada. - Melakukan pemetaan pusat- pusat kegiatan yang ada pada peta Kampung Nelayan. Ubiversitas Sumatera Utara Teori Variabel Data yang Diperoleh Metoda Spiro Kostof, 2001 The City Shaped. ‘Kaidah dan aturan sosial yang berlaku di masyarakat menciptakan pola tertentu.’ Kaidah dan aturan sosial - Interpretasi masyarakat setempat terkait kaidah dan aturan sosial yang berlaku di masyarakat Kampung Nelayan. - Wawancara secara terstruktur mengenai kaidah dan aturan apa saja yang berlaku pada masyarakat Kampung Nelayan. Roger Trancik, 1986 Finding Lost Space ‘ bagaimana mencapai suatu integrasi elemen- elemen suatu kawasan, dalam bentuk integrasi antar bangunan dan integrasi terhadap pengguna atau manusianya’ Integrasi antar bangunan - Peta bangunan yang terdapat di Kampung Nelayan - Menggambar pada peta Kampung Nelayan, bangunan- bangunan yang terdapat di Kampung Nelayan Integrasi terhadap pengguna - Interpretasi masyarakat setempat terkait integrasi terhadap masyarakat yang bermukim di Kampung Nelayan - Wawancara secara terstruktur mengenai integrasi terhadap masyarakat yang ada di Kampung Nelayan Roger Trancik, 1986 Finding Lost Space ‘Pendekatan figure ground adalah suatu usaha memanipulasi atau mengolah pola existing dengan cara penambahan, pengurangan, atau pengubahanpola geometris sebagai bentuk analisa hubungan massa bangunan dengan ruang terbuka.’ Massa bangunan - Blok-blok massa bangunan yang ditunjukkan dalam peta Kampung Nelayan - Mewarnai massa bangunan pada peta yang telah digambar sebelumnya dengan program AutoCad. Ruang terbuka - Ruang terbuka seperti apa yang tercipta di Kampung Nelayan - Pada peta yang telah digambar, dan setelah mewarnai massa bangunan, ruang yang tersisa itulah yang merupakan ruang terbuka. Tabel 2.1 Lanjutan Ubiversitas Sumatera Utara Teori Variabel Data yang Diperoleh Metoda Arthur E. Smailes, dalam Struktur Tata Ruang Kota, 2000 ‘unsur morfologi kota yaitu, unsur penggunaan lahan land use, pola-pola jalan street planlayout, dan tipe-tipe bangunan.’ Penggunan lahan land use - Peta Kampung Nelayan - Mendata penggunaan tanah pada peta - Melalui foto satelit digambar ulang dengan program AutoCad. - Survey lapangan ke Kampung Nelayan mengenai penggunaan tanah dan menyesuaikannya ke dalam peta yang telah dibuat berdasarkan tahun berdirinya bangunan. Pola-pola jalan - Peta Kampung Nelayan - Menggambarkan pola-pola jalan yang terbentuk di kawasan Kampung Nelayan dengan menggunakan program AutoCad sesuai tahun keberadaannya. Tipologi bangunan - Bentuk-bentuk bangunan secara umum yang terdapat di Kampung Nelayan - Survey lapangan ke Kampung Nelayan, menggambar tipe- tipe bangunan yang ada dengan skets pada kertas, kemudian menggambarkan ulang dengan program AutoCad. Sumber: Interpretasi Penulis, 2014 Tabel 2.1 Lanjutan Ubiversitas Sumatera Utara Penelitian morfologi Kampung Nelayan Belawan Medan ini nantinya akan menghasilkan suatu penemuan mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangannya, apakah kampung nelayan ini merupakan suatu bentuk permukiman yang tumbuh secara organik yang dipengaruhi oleh faktor geografi kawasannya. Apakah pembagian lahan di kawasan tersebut dalam usaha pemanfaatannya berdasarkan pada keinginan masyarakatnya, sehingga menyebabkan terbentuknya pola yang tidak beraturan. Penelitian ini juga akan membahas apakah kesepakatan masyarakat dan adanya pusat kegiatan baru yang diciptakan cukup berpengaruh terhadap arah perkembangan morfologi kampung tersebut. Demikian juga halnya dengan hukum dan aturan sosial dalam masyarakat apakah mempengaruhi masyarakat dalam menentukan dimana mereka akan tinggal. Dari hasil penelitian juga nantinya dapat dihasilkan bentukan dari morfologi kampung nelayan Belawan Medan ini termasuk pada jenis morfologi yang bagaimana seperti yang telah dikemukakan oleh Hassan 2001. Ubiversitas Sumatera Utara 57 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode yang Digunakan