mengatakan bahwa sistem figurasi ruang dapat dihubungkan melalui pola, hirarki ruang, maupun hubungan ruang yang satu dengan ruang lainnya.
Menurut A. Loeckx dalam Widiangkoso, 2002, studi morfologi merupakan pertalian struktural antara tipe-tipe peraturan dari koneksi, interrelasi, posisi,
pendimensian, memfungsikan dan sebagainya, yang mengatur jalinan dari tipe-tipe yang berbeda ke dalam jaringan-jaringan organisasi.
Menurut Smailes dalam Widiangkoso, 2002, terdapat 3 tiga unsur morfologi kota yaitu, unsur penggunaan lahan land use, pola-pola jalan street
planlayout, dan tipe-tipe bangunan. Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan, secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa morfologi adalah penelusuran proses perkembangan suatu kawasan yang berkaitan dengan artefak sejarah di lokasi penelitian yang pada
dasarnya menyangkut kualitas figurasi dalam konteks bentuk dari pembatas ruang, dan bentuk figurasi tersebut dapat dihubungkan melalui unsur tata ruang berupa tata
guna lahan, pola-pola jalan, dan unsur tata bangunan berupa tipe-tipe bangunan.
2.2 Pengertian Kampung
Kampung, diambil dari kata Melayu, awalnya merupakan terminologi yang dipakai untuk menjelaskan sistem permukiman pedesaan. Istilah kampung seringkali
dipakai untuk menjelaskan dikotomi antara kota dan desa. Kota diartikan dengan modernitaskemajuan sementara desa atau kampung diartikan dengan
keterbelakangan dan ketidakmajuan. Dalam bahasa Jawa, istilah ”kampungan”
Ubiversitas Sumatera Utara
seringkali dipakai untuk menjelaskan cara berpikir dan perilaku yang memalukan, jauh dari etika priyayi, dan tidak layak disandingkan dengan budaya priyayi di
perkotaan. Kampung, seringkali dikontraskan atau didikotomikan dengan perumahan
”gedongan” atau sekarang disebut sebagai perumahan ”real estate”. Kampung adalah untuk mereka yang miskin, warga biasa atau wong cilik, sedangkan perumahan
”gedongan” atau ”real estate” untuk mereka yang kaya dan mapan. Memang, secara fisik, sebagian kampung dicirikan dengan ketidakteraturan,
ketidakseragaman, ketidakmapanan, dan bahkan mungkin ketidakamanan serta ketidaksehatan. Dalam banyak hal, kekhasan kampung justru terletak pada pola-pola
fisik yang beragam, organik, seringkali surprizing, di luar kadar kreatifitas arsitek yang jenius sekalipun. Setiap kampung adalah unik, karena tiap kampung
merepresentasikan kekhasan sejarah, kemampuan, usaha, perjuangan, dan bahkan jiwa merdeka warganya.
Menurut Budiharjo 1992, kampung merupakan kawasan permukiman kumuh dengan ketersediaan sarana umum buruk atau tidak ada sama sekali, kerap
kawasan ini disebut ‘slum’ atau ‘squater’. Turner1972 menyatakan kampung merupakan lingkungan tradisional khas, ditandai ciri kehidupan yang terjalin dalam
ikatan kekeluargaan yang erat, yang merupakan bentuk permukiman yang unik, tidak dapat disamakan dengan ‘slum’ dan ‘squater’ atau juga disamakan dengan
permukiman penduduk berpenghasilan rendah. Perbedaan yang mendasari tipologi
Ubiversitas Sumatera Utara
permukiman kumuh adalah dari statuskepemilikan tanah dan Nilai Ekonomi Lokasi NEL.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa kampung kota adalah suatu bentuk permukiman di wilayah perkotaan yang khasIndonesia dengan
ciri antara lain: penduduk masih membawa sifat dan prilakukehidupan pedesaan yang terjalin dalam ikatan kekeluargaan yang erat, kondisi fisik bangunan dan lingkungan
kurang baik dan tidak beraturan,kerapatan bangunan dan penduduk tinggi, sarana pelayanan dasar serbakurang, seperti air bersih, saluran air limbah dan air hujan,
pembuangansampah dan lainnya. Pembangunan perumahanpermukiman yang sedemikian pesatnya
menyebabkan banyak pertumbuhan permukiman yang tidak teratur dan terencana dengan baik. Rumah berperan sangat penting dalam kehidupan manusia. Rumah
menjadi tempat dimana nilai-nilai sebuah keluarga berlangsung, menjadi ruang dimana manusia mengekspresikan cara melakoni kehidupan, berkomunikasi dan
berinteraksi dengan orang-orang terdekatnya. Rumah juga dijadikan alat untuk menampilkan citra dimana nilai norma dan tradisi lebih berpengaruh dalam citra,
bentuk dan ruangnya Rapoport, 1969.
2.3 Permukiman yang Tumbuh Secara Organik