Permukiman yang Tumbuh Secara Organik

permukiman kumuh adalah dari statuskepemilikan tanah dan Nilai Ekonomi Lokasi NEL. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa kampung kota adalah suatu bentuk permukiman di wilayah perkotaan yang khasIndonesia dengan ciri antara lain: penduduk masih membawa sifat dan prilakukehidupan pedesaan yang terjalin dalam ikatan kekeluargaan yang erat, kondisi fisik bangunan dan lingkungan kurang baik dan tidak beraturan,kerapatan bangunan dan penduduk tinggi, sarana pelayanan dasar serbakurang, seperti air bersih, saluran air limbah dan air hujan, pembuangansampah dan lainnya. Pembangunan perumahanpermukiman yang sedemikian pesatnya menyebabkan banyak pertumbuhan permukiman yang tidak teratur dan terencana dengan baik. Rumah berperan sangat penting dalam kehidupan manusia. Rumah menjadi tempat dimana nilai-nilai sebuah keluarga berlangsung, menjadi ruang dimana manusia mengekspresikan cara melakoni kehidupan, berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang-orang terdekatnya. Rumah juga dijadikan alat untuk menampilkan citra dimana nilai norma dan tradisi lebih berpengaruh dalam citra, bentuk dan ruangnya Rapoport, 1969.

2.3 Permukiman yang Tumbuh Secara Organik

Sebuah permukiman tercipta dan berkembang secara spontan, diatur menurut pendapat masyarakat secara umum yang sangat dipengaruhi oleh adat istiadat, kepercayaan, agama, sesuai dengan kondisi alamiah sehingga lahirlah suatu pola Ubiversitas Sumatera Utara permukiman organik, dengan karakteristik berorientasi pada alam dan mempunyai kohesi yang kuat. Pola sebuah kota organik merupakan perwujudan dari bentuk kota ‘unplanned city’, yaitu kota yang tumbuh tanpa perencanaan formal, terbentuk dengan sendirinya menurut kaidah, norma, dan kebudayaan yang berlaku di masyarakat yang menempatinya Spiro Kostof, 2001. Pembentukan kota yang tidak direncanakan secara formal ini menimbulkan ketidakteraturan bentuk kota, namun tetap harmonis dan merupakan cerminan dari keinginan dan pemikiran masyarakat. Kota yang lahir, tumbuh dan berkembang karena aspirasi masyarakat, dan unplanned city merupakan produk masyarakat yang benar-benar murni dan telah disepakati. Menurut Spiro Kostof 2001, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan organic pattern meliput i: 1. Topografi the role of topography, pola kota organik selalu mengikuti topografi yang ada, tidak merubah ataupun memodifikasinya. Keadaan topografi yang beragam pada satu wilayah akan menyebabkan ketidakteraturan pola kawasan, dan ketidakteraturan pola inilah yang menjadi salah satu indikator pola kota organik. 2. Pembagian Lahan land division, pembagian lahan dalam usaha pemanfaatannya seringkali mengikuti keinginan masyarakat sehingga berdampak pada terjadinya ketidakteraturan pola kawasan hingga akhirnya terbentuk pola organik. Ubiversitas Sumatera Utara 3. Synoecism, gejala synoecism menunjukkan suatu pola organik jika dilihat dari dua hal yaitu terbentuknya kawasan karena keinginan dan kesepakatan masyarakat setempat, dan terbentuknya pusat kegiatan. 4. Hukum dan Aturan Sosial the law and social order, kaidah dan aturan sosial yang berlaku di masyarakat yang menciptakan suatu pola tertentu. Faktor alam dan faktor aspirasi masyarakat tersebut saling dikombinasikan dan diinteraksikan untuk menghasilkan suatu tata ruang kota yang harmonis antara kehidupan manusia dengan lingkungan alamnya. Perpaduan tersebut menghasilkan bentuk yang khas, yang memiliki ciri-ciri: irregular, non geometrik dalam skala kecil, organik, dan fleksibel. Sifat-sifat kawasan yang tumbuh secara organik, antara lain mempunyai hubungan sosial masyarakat yang sangat erat, rasa kebersamaan yang tinggi, terjalinnya hubungan yang harmonis antara manusia dan alam, dan terjadinya kelestarian lingkungan. Konteks perkembangan permukiman di perkotaan sebagai bagian dari perkembangan perkotaan secara keseluruhan yang dipengaruhi oleh perkembangan berbagai faktor seperti sosial budaya, ekonomi, politik, teknologi dan keadaan alam. Permukiman tidak teratur unplanned settlement terbagi menjadi 2 dua tipe yaitu tipe kampung dan tipe rumah liar, dimana perbedaan utamanya terletak pada status legalitas baik tanah maupun bangunannya. Aktifitas dan pola pergerakan manusia sangat mempengaruhi terbentuknya suatu permukiman, karena kawasan dimana manusia tinggal dan melakukan Ubiversitas Sumatera Utara aktifitasnya merupakan bentuk visual sebagai wadah atau tempat. Terbentuknya suatu permukiman sangat dipengaruhi oleh aktifitas manusia di dalamnya yang meliputi bidang politik, ekonomi, sosial budaya, agama dan faktor lain yang tak kalah pentingnya adalah faktor alam seperti geografi, geologi, topografi, demografi dan lain-lain. Terbentuknya permukiman merupakan pengalaman manusia dalam menciptakan ruang bagi kehidupan pada suatu kondisi tapak tertentu. Pada kenyataannya, pola permukiman berkembang mengikuti kebutuhan dan aktifitas yang terjadi pada penduduknya. Hal inilah kemudian yang akan mempengaruhi munculnya macam-macam pola permukiman. Pola suatu kawasan dapat sangat berbeda, karena perbedaan tekstur pola-pola tersebut mengungkapkan perbedaan rupa kehidupan dan kegiatan masyarakat perkotaan secara arsitektural. Maksudnya ialah dengan menggunakan analisis pola- pola tekstur perkotaan dan menemukan perbedaan data pada pola tersebut, akan didapatkan informasi yang menunjukkan ciri khas tatanan kawasan tersebut dan lingkungannya. Namun dalam kenyataannya, yang sering terjadi ketika menganalisis suatu kawasan perkotaan adalah kurang jelasnya pola tempat tersebut. Dalam penelitian mengenai morfologi Kampung Nelayan Belawan Medan ini, manfaat teori bentuk permukiman kota adalah menunjukkan bahwa tercipta dan berkembangnya suatu permukiman karena adanya pergerakan dan aktifitas masyarakat di kawasan tersebut. Ubiversitas Sumatera Utara

2.4 Permukiman di Pesisir Pantai