Teori Belajar yang Melandasi Pengembangan Media SIRAJA

33 anak mampu mengembangkan informasi dari pengetahuan yang telah didapatkannya. Dalam penelitian ini, konsep teori belajar kognitif yang dipergunakan pada media pembelajaran Siraja berfungsi yaitu tahapan simbolik. Komunikasi dilakukan dengan menggunakan banyak sistem symbol. Aksara Jawa huruf merupakan contoh sistem symbol. Fase simbolik merupakan tahap final dalam pembelajaran. Melalui symbol tersebut siswa lebih memahami informasi yang disampaikan sebagai aspek kognitif. Sehingga para siswa dapat membangun basis pengetahuanya sendiri bukan karena diajari melalui hafalan namun melalui pemahaman penggunaan aksara Jawa. c. Teori Belajar Konstrutivistik Menurut Suyono 2011: 105 konstruktivistik adalah sebuah filosofi pembelajaran yang dilandasi premis bahwa dengan merefleksikan pengalaman, kita membangun, mengkonstruksi pengetahuan pemahaman kita tentang dunia tempat kita hidup. Sedangkan menurut C Asri Budingsih 2012: 64, bahwa belajar merupakan suatu usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya, memungkinkan mengarah pada tujuan tersebut. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa teori belajar konstruktivistik memandang pentingnya keaktif siswa dalam pembelajaran sehingga mereka dapat 34 membangun mengkonstruksikan pemahaman pengetahuan melalui lingkungan. Sehubungan dengan hal tersebut, Tasker Suyono, 2011: 108 mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut: 1. Peran aktif siswa mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna 2. Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakan 3. Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima. Dalam diri siswa telah terdapat kemampuan awal sehingga guru berperan membantu mengkonstruksikan kemampuan siswa yang telah ada atau telah dimiliknya agar berjalan dengan lancar. Sebagai upaya membantu siswa, guru dapat memberikan sarana belajar melalui media. Penerapan teori konstruktivistik pada media kartu Siraja adalah membuat siswa mendapatkan pengalaman belajar aksara Jawa dengan cara yang berbeda atau baru yaitu memainkan kartu Siraja dengan membongkar pasangkan papan aksara Jawa sehingga terbentuk bunyi dari aksara Jawa yang berbeda-beda. Pengetahuan yang telah mereka dapatkan akan diujikan kembali dengan soal-soal yang ada untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang telah didapatkan oleh siswa. Sehingga pengetahuan siswa akan terus diasah melalui media Siraja. 35

F. Ketrampilan Membaca dan Menulis

1. Ketrampilan Membaca

Ketrampilan berbahasa dalam kurikulum di Sekolah menurut H.G Tarigan 2008: 1 biasanya mencakup empat segi yaitu: 1 ketempilan menyimak, 2 ketrampilan berbicara, 3 ketrampilan membaca dan 4 ketrampilan menulis. Setiap ketrampilan tersebut erat sekali hubunganya dengan tiga ketrampilan lainnya dengan cara yang beraneka rona. H.G Tarigan 2008: 7 juga mengemukakan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata bahasa tulis. Dwi Sunar Peasetyo 2008:57 menyatakan bahwa membaca merupakan serangkaian kegitan pikiran yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memahami suatu informasi melalui indra penglihatan dalam bentuk symbol-simbol yang rumit, yang disusun sedemikian rupa sehingga mempunyai arti dan makna. Sismbol-simbol disusun dengan berbagai bentuk susunan sehingga memiliki makna yang berbeda pada setiap susunannya. Berdasarkan pendapat ahli diatas, sehingga membaca merupakan kegiatan pembaca untuk memperoleh pesan atau informasi memlaui indra penglihatan dalam bentuk symbol-symbol yang disampaikan penulis yang disusun sedemikian rupa sehingga mempunyai arti dan makna. Tujuan 36 dari membaca adalah untuk mencari serta memperoleh inforamasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Dengan membaca siswa dapat memperoleh informasi serta pengetahuan, salah satunya dengan membaca aksara Jawa siswa dapat mengetahui tulisan-tulisan yang terdapat pada benda-benda bersejarah di Jawa dan melestarikan bahasa daerah Jawa, oleh karena itu penting bagi siswa untuk belajar membaca aksara Jawa sedari awal jenjang pendidikannya di Sekolah Dasar sebagai upaya pelestarian bahasa daerah.

2. Ketrampilan Menulis

Ketrampilan menulis diterima seseorang setelah dia mampu membaca. Sedari kecil kita dilatih membaca dahulu untuk mengetahui bentuk dari sebuah tulisan, kemudian mulai dilatih untuk menulis. Kita belajar menulis mulai dari sukukata, perkata dan kemudian kalimat, sehingga tulisan yang kita tulis dapat dibaca dan memiliki makna. Menurut Imron Rosidi 2009: 2 menulis merupakan sebuah kegiatan menungkan pikiran, gagagsan, dan perasaan seseorang yang diungkapkan dalam bahasa tulisan. Menulis menurut Dalman 20014: 1 merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan informasi secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. 37 Aktivitas menulis melibatkan beberapa unsur, yaitu: penulis penyampai pesan, isi tulisan, saluran atau media dan pembaca. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikatakan bahawa menulis adalah sebuah kegiatan komunikasi penyampaian pesan, pikiran dan perasaan yang diungkapakan dalam bahasa tulisan menggukan bahan tulis sebagai alat medianya. Tulisan juga dapat dikatakan sebagai sumber informasi, sumber dokumentasi dan sejarah. Aksara Jawa adalah salah satu dokumentasi sejarah yang dapat menjelaskan asal-usul budaya Jawa, meskipun pada saat itu bentuk dan media tulisan tidak secanggih saat ini. Sehingga dengan belajar menulis aksara Jawa kita dapat melestarikan sejarah budaya Jawa.

G. Mata Pembelajaran Aksara Jawa Sekolah Dasar

Aksara Jawa merupakan huruf tradisional Jawa sebagai peninggalan budaya Nusantara. Aksara Jawa digunakan tiga provinsi di Pulau Jawa yaitu Jawa Tengah, D.I Yogyakarta dan Jawa Timur. Aksara Jawa merupakan salah satu materi dalam muatan lokal wajib dalam struktur kurikulum di tingkat pendidikan sekolah dasar hingga sekolah menengah atas di D.I Yogyakarta. Ruang lingkup muatan lokal bahasa, satra dan budaya Jawa mencakup komponen kemampuan berbahasa, kemampuan bersastra, serta kemampuan berbudaya yang meliputi aspek-aspek mendengarkan, berbicara, membaca, 38 dan menulis. Salah satu materi yang termasuk dalam aspek membaca dan menulis dalam ruang lingkup muatan lokal adalah aksara Jawa. Pembelajaran membaca dan menulis aksara Jawa pada umumnya sama dengan membaca dan menulis huruf latin, hanya saja membutuhkan ketrampilan dalam penggunaan tanda baca sandhangan agar dapat mengasilkan suatu bacaan yang bermakan. Adapun prinsip belajar aksara Jawa menurut Endraswara Suwardi 2009: 86 yaitu: 1. Imitating, adalah belajar aksara Jawa yang hanya meniru dari pengajar, buku, maupun apa saja yang pernah dilihat. Kekuatan memori subjek didik akan diuji dalam meniru aksara Jawa, baik terkait menulis dengan jejeg tegak maupun dhoyong miring. Karena itu pengajar perlu meletakkan dasar tiruan yang tepat. 2. Remembering, adalah belajar aksara Jawa dengan metode memberdayakan daya ingat. Daya ingat dalam belajar aksara Jawa adalah suatu keharusan karena siswa harus mengingat bentuk-bentuk aksara Jawa agar dapat membaca dan menulis aksara Jawa. 3. Reformulating, adalah langkah belajar aksara Jawa dengan mencoba menulis ulang yang pernah diingat. 4. Creating, adalah langkah menciptkan aksara Jawa. penciptaan dapat dirangkai ke bentuk kata menjadi kalimat, memasukkan angka Jawa ke dalam kalimat dan sebagainya. 39 5. Justifying, adalah langkah menilai mana tulisan aksara Jawa yang benar dan salah. Selaras dengan pendapat Endraswara di atas, pada pengembangan media pembelejaran SIRAJA menerapkan beberapa gabungan prinsip-prinsip belajar aksara Jawa yaitu 1 saat siswa harus melatih daya ingatnya untuk menghafalkan aksara Jawa sehingga mampu membedakan aksara satu dengan yang lainya menggunakan dengan bermain media SIRAJA Remembring, 2 saat siswa menulis aksara Jawa pada whiteboard media SIRAJA Reformulating, 3 saat siswa mengerjakan soal untuk menyusun kata aksara Jawa dengan menggunakan media SIRAJA Creating, 4 saat siswa menilai apakah tulisan aksara Jawa yang siswa tulis benar atau salah dengan melihat kunci Jawaban di belakang kartu soal Justifying. Materi yang terdapat dalam media permainan papan kartu sinau aksara Jawa bersumber dari buku pegangan siswa yaitu buku paket Remen Bahasa Jawi untuk SDMI kelas V yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP tahun 2006 yang diterbitkan oleh Penerbit Erlangga dan di susun oleh Tim Pena Guru. Kemudian kompetensi yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran aksara Jawa kelas V SD adalah sebagai berikut: