41
Gambar 1. Aksara Jawa b. Sandhangan
Sandhangan ialah penanda yang berfungsi sebgai pengubah bunyi
aksara Jawa.
Gambar 2. Aksara Sandhangan Adapun tujuan dari pembelajaran muatan lokal di Sekolah menurut
Depdiknas 2006: 3 menjelaskan bahwa muatan lokal memiliki beberapa tujuan. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan ligkungan alam, sosial, dan budayanya.
42
b. Memiliki bekal kemampuan dan ketrampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi diriinya maupun lingkungan
masyarakat pada umumnya. c. Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilaiaturan
aturan yang
berlaku didaerahnya,
serta melestarikan
dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka
menunjang pembangunan nasional. Berbagai penjelasan di atas menjelaskan pentingnya pembelajaran
bahasa Jawa, di era globalisasi sekarang ini. Pembelajaran bahasa Jawa tidak hanya berfungsi untuk mengajarkan ketrampilan berbahasa saja, tetapi
mengajarkan bagaimana kita menghargai nilai-nilai peninggalan budaya yang wajib kita lestarikan.
H. Karakteristik Peserta Didik SD Kelas V
Karakteristik siswa merupakan keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil dari faktor pembawaan dan lingkungan
sosial sehingga menentukan pola kativitas dalam memilih cita-citanya Sardiman 2007: 120. Untuk menunjang keberhasilan suatu pembelajaran,
seorang guru harus memahami karakteristik siswanya sesuai dengan tahapan perkembangannya. Tahap perkembangan setiap siswa berbeda-beda, bisa
dilihat dari umur siswa disetiap jenjang pendidikan yang berbeda-beda maka berbeda pula karakteristik mereka.
43
Siswa kelas Sekolah Dasar berada pada rentan usia 7-12 tahun. Disetiap tahapan usia siswa memiliki cara berfikir yang berbeda-beda seperti yang
dikemukakan oleh Piaget C Asri Budiningsih 2012: 35 yang menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda
pula secara kualitatif. Piaget juga membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat tahapan yaitu:
1. Tahap sensori motor 0-2 tahun Pada usia ini anak telah memiliki kemapuan antara lain:
a. Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan obyek yang ada disekitarnya.
b. Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara c. Suka memperhatikan sesuatu lebih lama
d. Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasi e. Memperhatikan obyek sebagai hal yang tetap
2. Tahap pra-operasional 2-7 tahun Dalam tahap ini dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Tahap praoperasinal 2-4 tahun yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1 Self counternya sangan menonjol
2 Dapat mengklasifikasikan objek secara tunggal dan mencolok 3 Tidak mampu memusatkan perhatian pada objek berbeda
4 Dapat menyusun benda-benda berderet, tetapi tidak mampu menjelaskan perbedaanya.
44
b. Tahap Intutif 4-7 tahun yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1 Anak dapat membentuk katagori obyek, tetapi kurang disadari
2 Anak muali mengetahui hubungan secara logis 3 Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide
4 Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar 3 Tahap operasional konkret 7-11 tahun
a. Anak sudah mampu menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, tetapi hanya dengan benda-benda konkrit
b. Anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan, dan pengaturan masalah
c. Masih memiliki masalah mengenai berfikir abstrak 4 Tahap operasional formal 11-seterusnya
a. Anak sudah dapat berfikir abstrak dan logis b. Anak sudah dapat menarik kesimpulan, menafsir, menganalisis dan
mengembangkan hipotesa c. Kondisi berfikir anak sudah dapat bekerja secara efektif dan sistematis.
Siswa kelas V Sekolah Dasar berada pada usia 11 tahun, menurut penjabaran perkembangan kognitif diatas, usia 11 tahun berada pada tahap
operasional konkrit. Pada tahap ini pikiran logis siswa mulai berkembang, siswa sudah mampu berfikir secara konkrit. Siswa sudah mampu memecahkan
masalah sendiri karena sudah bisa berfikir secara logis.
45
Menurut Ahamad Susanto 2013:86 sesuai dengan karakteristik anak usia sekolah dasar yang suka bermain, memiliki rasa ingin tahu yang besar, mudah
terpengaruh oleh lingkungan, dan gemar membentuk kelompok sebaya. Oleh karena itu pembelajaran di sekolah dasar diusahakan untuk terciptanya
suasana yang kondusif dan menyenangkan. Berdasarkan pemaparan diatas dapat dikatakan bahwa usia siswa kelas V
sekolah dasar berada pada masa sudah mulai berfikir kongkrit, sudah mampu memcahkan masalahnya sendiri sehingga memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
dan siswa masih suka bermaian dengan membentuk kelompok sebaya sehingga peneliti mengembangkan media SIRAJA yang memiliki konsep
belajar sambil bermain. Penggunaan media SIRAJA yang berkelompok akan membuat siswa kelas V SD yang masih berada pada tahap perkembangan
senang berkelompok dengan teman sebaya dan bermain bersama akan mampu memainkan permaian SIRAJA dengan lebih aktif dan efektif.
I. Kerangka Berfikir
Bahasa Jawa merupakan salah satu warisan kebudayaan daerah yang harus dijaga kelestarianya, salah satu cara dinas pendidikan untuk melestarikan
kebudayaan daerah kepada generasi muda adalah dengan memasukan bahasa Jawa kedalam Kurikulum di sekolah mulai sekolah dasar hingga sekolah
menengah atas. Aksara Jawa merupakan salah satu materi pembelajaran dalam bahasa Jawa yang mulai diajarkan sejak sekolah dasar. Dalam proses
46
pembelajaran di Sekolah masih banyak siswa yang merasa kesulitan dalam memahami materi aksara Jawa. Aksara Jawa dirasa sulit karena aksara satu
dengan aksara lainya hampir memiliki bentuk yang sama membuat siswa sulit membedakannya, sehingga siswa kesulitan dalam membaca dan menuliskan
aksara Jawa. Selain itu, minimnya media pembelajaran tentang aksara aksara Jawa yang tersedia juga sebagai salah satu faktor kurang berminatnya siswa
mempelajari aksara Jawa. Media pembelajaran yang digunakan saat ini untuk menyampaikan materi aksara Jawa yaitu poster aksara Jawa dan lembar kerja
siswa, namun dirasa masih kurang efektif. Berdasarkan masalah tersebut, dibutuhkanya pengembangan media untuk
materi pembelajaran aksara Jawa yang dapat digunakan oleh guru untuk membantu mengatasi masalah kesulitan dalam membaca dan menulis aksara
Jawa. Media kartu SIRAJA adalah salah satu solusi untuk mengatasi masalah di atas. Dengan penggunaan media kartu SIRAJA dalam belajar membaca dan
menulis aksara Jawa diharapkan siswa akan lebih mudah memahami dasar dari pembelajaran aksara Jawa. Pada media kartu SIRAJA ini siswa akan
diajak mengenal aksara Jawa tidak hanya aksaranya saja, kartu juga dapat ditambahkan sandhangan dan pasangan yang memiliki bunyi dan bentuk
yang berbeda-beda sehingga siswa akan mempelajari aksara Jawa secara aktif dan menarik.