11
c. Pengembangan Media Pembelajaran
Pembelajaran di era globalisasi seperti saat ini dituntut untuk bisa berkembang terus menerus. Media pembelajaran menjadi salah satu
aspek yang perlu perhatikan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di Indonesia. Menurut Ravandra Asyhar 2012, ada dua permasalahan
yang dihadapi media pembelajaran yang ada pada lembaga pendidikan di Indonesia, yaitu :
1 Keterbatasan Media
Media pembelajaran yang ada di berbagai sekolah masih belum merata. Ada sekolah yang sudah relatif banyak menggunakan
media, ada pula yang masih belum beragam. Media cetak adalah salah satu jenis media yang paling sering digunakan di sekolah-
sekolah. Media audio visual masih belum banyak dimanfaatkan secara luas.
Media cetak banyak digunakan dalam pembelajaran, karena relatif lebih mudah dikembangkan jika dibandingkan dengan jenis
media yang lainnya.
2 Kemanfaatan Media
Pemanfaatan media pembelajaran berkaitan erat dengan kualitas pembelajaran yang diharapkan. Adanya media pembelajaran
diharapkan dapat membantu pendidik dalam menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna, memberikan fasilitas antara peserta didik
dan pendidik, sesama peserta didik, dan peserta didik dengan ahli bidang ilmu untuk berinteraksi. Media pembelajaran dinilai mampu
12 mengubah suasana belajar yang pasif, menjadi aktif. Peserta didik
dituntut untuk mencari sumber ilmu yang beragam, sementara pendidik memiliki peran sebagai fasilitator.
Pengembangan media pembelajaran penting sekali karena dapat mengatasi keterbatasan dan kekurangan media yang sudah ada.
Selain itu, media yang dikembangkan oleh pendidik dapat terhindar dari ketidakcocokan karena dirancang sesuai dengan kebutuhan,
potensi sumber daya, dan kondisi lingkungan yang ada. Kreativitas dan kemampuan inovasi pendidik juga dapat ditingkatkan melalui
proses pengembangan media pembelajaran.
d. Pengertian Modul
Modul merupakan salah satu jenis media pembelajaran cetak yang dirancang agar dapat digunakan peserta didik untuk belajar secara
mandiri. Modul dapat digunakan peserta didik secara mandiri karena di dalam modul termuat petunjuk cara menggunakan modul tersebut. Itu
berarti, peserta didik yang menggunakan modul dapat melakukan kegiatan belajar tanpa didampingi oleh pendidik atau guru. Kelengkapan
modul seperti bahasa, pola, dan lain sebagainya diatur agar seolah-olah merupakan instruksi dari seorang pendidik kepada peserta didik.
Sehingga, media pembelajaran ini juga biasa disebut dengan instruksional mandiri Depdiknas, 2008.
Munurut Sukiman 2012: 131 modul adalah satu kesatuan program yang dapat digunakan untuk mengukur sebuah tujuan tertentu.
Modul dapat dipandang sebagai sebuah kesatuan program yang berguna
13 untuk keperluan belajar. Pada kenyataannya modul merupakan satu
kesatuan kegiatan belajar yang direncanakan dan dirancang untuk membantu peserta didik dalam proses mencapai tujuan belajarnya.
e. Tujuan Penulisan Modul
Tujuan penulisan modul pembelajaran sesuai dengan Depdiknas 2008 adalah sebagai berikut :
1 Memudahkan dan memperjelas cara penyajian informasi atau pesan sehingga tidak selalu menggunakan bahasa verbal.
2 Menjadi solusi permasalahan keterbatasan waktu, tempat, dan daya indera peserta didik dan pendidik.
3 Meningkatkan motivasi belajar peserta didik jika digunakan dengan tepat.
4 Dapat digunakan sebagai alat evaluasi hasil belajar peserta didik secara mandiri.
Menurut Cece Wijaya beberapa tujuan dari penulisan modul adalah : 1 meningkatkan motivasi belajar agar lebih maksimal; 2
meningkatkan kreativitas guru dalam mempersiapkan alat dan bahan dalam proses pembelajaran; 3 mewujudkan prinsip maju berkelanjutan
dan tidak terbatas; dan 4 mewujudkan pembelajaran yang lebih berkonsentrasi Sukiman, 2012 : 133.
f. Karakteristik Modul
Modul yang dikembangkan hendaknya dapat meningkatkan keefektifan proses pembelajaran dan menambah motivasi peserta didik