KERANGKA BERPIKIR KAJIAN PUSTAKA

jiwa kewirausahaan pada diri anak tersebut dibandingkan dengan pola pendidikan pada etnis Jawa. 2. Pengaruh Etnis Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan Emosional, dengan Keefektifan Mengelola Usaha Dalam manjalankan usahanya seorang wirausahawan yang berhasil tidak hanya didukung oleh jiwa kewirausahaan tetapi juga kecerdasan emosional. Enterpreneur yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang tinggi, akan berpeluang mencapai puncak keberhasilannya. Goleman mengungkapkan ada perbedaan antara kecerdasan emosional dengan kecedasan intelektual IQ. Kecerdasan intelektual itu sesungguhnya merupakan keturunan seseorang yang tidak dapat dirubah, karena pembawaan sejak lahir. Sedangkan kecerdasan emosional tidak demikian. Kecerdasan emosional bisa dipelajari, dilatih, dan dikembangkan http:www.purdiecandra.comjmcontentview9346. Perkembangan kecerdasan emosional sendiri dapat dimulai sedari kecil dalam lingkungan keluarga. Dalam lingkungan inilah seseorang untuk pertama kalinya memulai interaksinya dengan orang lain. Pola pendidikan dalam keluarga sangat menentukan pembentukan kecerdasan emosional seseorang. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada lingkungan lain yang dapat berpengaruh seperti lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. Kecerdasan emosional diartikan sebagai kemapuan untuk mengatur diri kita sendiri dan hubungan kita dengan orang lain secara efektif yang terdiri dari empat kemampuan mendasar: kesadaran diri, manajemen diri, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kesadaran sosial, dan kemampuan sosial. Seperti telah diuraikan di atas, pola pendidikan pada etnis Cina menuntut seorang anak untuk mandiri, berprestasi dan sukses. Untuk dapat mencapai semua itu diperlukan kerja keras dan pengorbanan. Kerja keras dan pengorbanan yang dilakukan dapat memberikan pelajaran berharga bagi seseorang termasuk dalam hal perkembangan kecerdasan emosionalnya. Kerja keras dan pengorbanan menuntut seseorang untuk dapat mengatur keinginan diri sendiri, bagaimana mengelola keinginan diri sendiri agar tidak bersinggungan dengan keinginan orang lain dan mampu memotivasi diri sendiri. Sedangkan orang tua etnis Jawa dalam mengasuh anaknya lebih longgar, mereka tidak menekankan permintaan-permintaan pada anaknya Martaniah, 1984:69-70. Dampak dari pola pendidikan semacam itu anak pada etnis Jawa kurang dapat bekerja keras. Dari penjelasan tersebut, penulis menduga pola pendidikan orang Cina lebih memungkinkan tumbuhnya kecerdasan emosional pada diri anak tersebut dibandingkan pada etnis Jawa. 3. Pengaruh Permodalan Terhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan dengan Keefektifan Mengelola Usaha Pengertian modal bukan hanya uang, pengertian modal seharusnya dikaitkan dengan usaha atau upaya. Modal adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk menjalankan usaha. Dengan demikian, modal dapat berupa benda fisik ataupun bukan. Pikiran, kesempatan, waktu, pendidikan, dan pengalaman adalah benda abstrak yang sesungguhnya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI merupakan modal yang tidak ternilai pentingnya dan sangat menentukan keberhasilan dalam usaha Wijandi, 1988:66. Dalam penelitian ini modal diartikan sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk menjalankan usaha. Modal dapat berupa uang atau barang. Semakin besar modal yang ada, makin besar pula kemungkinan ukuran usaha yang dijalankan. Dalam kenyataannya, saat ini masih dapat kita dengar ada pengusaha yang tidak dapat mengembangkan usahanya dengan baik dengan alasan kekurangan modal. Seorang wirausahawan yang kreatif, berorientasi ke depan, inovatif, dan percaya diri akan mampu menggunakan modal yang dimilikinya dengan baik sehingga dapat mengelola usahanya secara efektif. Dari penjelasan tersebut penulis menduga, semakin besar modal yang dimiliki semakin dapat seseorang menjalankan usahanya dengan efektif. Dengan modal ini pengusaha tidak perlu mengkhawatirkan biaya yang mungkin ditimbulkan jika pengusaha itu melakukan inovasi baru. 4. Pengaruh Permodalan Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Keefektifan Mengelola Usaha Seorang entrepreneur yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, akan lebih berpeluang mencapai puncak keberhasilannya. Ia akan lebih jeli dalam melihat sebuah peluang, lebih cekatan dalam bertindak dan lebih punya inisiatif. Ia juga akan lebih siap dalam melakukan negosiasi bisnis dan lebih mampu melakukan langkah strategis bisnisnya, memiliki kepekaan, daya cipta, dan komitmen yang tinggi http:www. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI purdiecandra.comjmcontentview9346. Kecerdasan emosional yang tinggi menunjang keberhasilan seorang pengusaha dalam menjalankan usahanya. Pengusaha yang memiliki kecerdasan emosional tinggi akan mampu mengelola modal yang dimilikinya dengan baik. Modal sendiri dapat digunakan untuk membiayai kegiatan usaha atau dapat juga digunakan untuk melakukan kegiatan lain. Kegiatan lain yang dilakukan dapat berupa pembelian pelengkapan misalnya etalase, dan melakukan kegiatan promosi. Jumlah modal yang besar memungkinkan seorang pengusaha melakukan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya secara bersamaan, sehingga ia dapat mengembangkan usahanya lebih cepat dibandingkan dengan pengusaha yang hanya memiliki jumlah modal kecil. Dari penjelasan tersebut, penulis menduga bahwa semakin besar jumlah modal yang dimiliki seorang pedagang semakin besar derajat hubungan kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha. . 5. Pengaruh Pendidikan Terhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan dengan Keefektifan Mengelola Usaha Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan–kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia Zahara Idris, 1984:9. Dengan pendidikan seseorang diharapkan mampu mencapai kematangan intelektual dan emosional. Kemampuan seseorang dalam mengelola usaha dapat dipengaruhi oleh kematangan intelektual dan emosionalnya. Kemampuan intelektual seseorang dapat diperoleh salah satunya melalui pendidikan formal di sekolah. Komponen lain yang mempengaruhi seseorang dalam mengelola usaha adalah jiwa kewirausahan. Jiwa kewirausahaan merupakan rasa percaya diri dalam mengelola usaha, kreatif, ketekunan, keuletan, berorientasi ke depan dan berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan. Jiwa kewirausahaan sendiri dapat dikembangkan dengan cara kerja keras, disiplin, belajar, memanfaatkan waktu, dan memperbaiki sikap mental Media Akuntansi, 1999:16-17. Sekolah merupakan salah satu sarana belajar yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin rasional cara berpikirnya. Hal ini berpengaruh pada keputusan-keputusan usaha yang diambil. Dari penjelasan tersebut, penulis menduga bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin banyak pula pengetahuan yang didapat. Pengetahuan inilah yang nantinya akan berpengaruh pada perkembangan jiwa kewirausahaan seseorang yang akan semakin tinggi dan berdampak pada kemampuan mengelola usaha. 6. Pengaruh Pendidikan Terhadap Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Keefektifan Mengelola Usaha John Mayer dalam Harmoko http:www.binuscareer.comArticle. aspx?id=hLO3fqu87k6312FWL86qSqg3D3D mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk memahami emosi orang lain dan cara mengendalikan emosi sendiri. Kecerdasan emosional sendiri bukan merupakan bawaan dari lahir, melainkan terbentuk dari pola pendidikan seseorang baik dari keluarga, masyarakat, maupun lembaga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI formal yaitu sekolah. Keluarga memiliki peran yang paling besar karena dalam lingkungan kelurgalah seseorang untuk pertama kalinya mengalami pendidikan. Setelah itu lingkungan masyarakat dan yang terakhir adalah sekolah. Dalam lingkungan sekolah, seseorang mendapatkan pengetahuan baru yang mungkin tidak ia dapatkan dalam keluarga maupun masayarakat. Selain itu dalam lingkungan sekolah memungkinkan seseorang berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain dengan berbagi karakteristik yang berbeda dari setiap individu. Keadaan semacam ini secara tidak langsung melatih seseorang untuk mengenali karakteristik dari setiap individu. Karakteristik diri selanjutnya menentukan setiap individu bersikap dalam relasinya dengan orang lain. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Mayer http:www.binuscareer. comArticle.aspx?id=hLO3fqu87k6312FWL86qSqg3D3D bahwa kecerdasan emosional diartikan sebagai kemampuan untuk memahami emosi orang lain dan cara mengendalikan emosi sendiri. Kecerdasan emosional mutlak diperlukan oleh seorang pengusaha agar dapat menjalankan usahanya secara efektif. Dengan memiliki kecerdasan emosional seorang pengusaha akan tetap menganggap bahwa krisis itu adalah sebuah peluang, peka akan adanya peluang dalam situasi apapun dan mampu mengatasi berbagai konflik. Berdasar uraian di atas, penulis menduga bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin seseorang dapat mengelola emosinya dengan baik, dan berdampak pada kemampuan mengelola usahanya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

H. PERUMUSAN HIPOTESIS

1. Ada pengaruh etnis terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. 2. Ada pengaruh etnis terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. 3. Ada pengaruh jumlah modal terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. 4. Ada pengaruh jumlah modal terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha. 5. Ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan keefektifan mengelola usaha. 6. Ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus yaitu penelitian terhadap objek tertentu sehingga kesimpulan yang diambil terbatas pada objek yang diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada para pedagang konveksi di Pasar Beringharjo. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Februari tahun 2007.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian ini adalah pedagang konveksi di Pasar Beringharjo. 2. Objek penelitian ini adalah etnis, permodalan, pendidikan, jiwa kewirausahaan, kecerdasan emosional, dan keefektifan mengelola usaha. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil perhitungan ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat–sifatnya Sudjana,1996:6. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pedagang konveksi yang berlokasi di Pasar Beringharjo yang berjumlah 231 orang. 2. Sampel Penelitian Sampel merupakan wakil atau sebagian populasi yang diambil untuk diteliti. Pengambilan sampel dilakukan karena keterbatasan peneliti untuk melaksanakan penelitian pada seluruh populasi. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 231 pedagang, berdasarkan table Krejcie dengan taraf kesalahan 5 diambil sampel sebanyak 139 pedagang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling, dimana sampel diambil secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut.

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

1. Variabel Etnis Etnis adalah penggolongan manusia berdasarkan kepercayaan, nilai, kebiasaan, adat istiadat, norma, bahasa, agama, sejarah, grografis, dan hubungan kekerabatan. Etnis dalam penelitian ini dibatasi hanya pada etnis

Dokumen yang terkait

Pengaruh permodalan, pendidikan dan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

0 2 188

Pengaruh etnis, permodalan, dan pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha : studi kasus pada pedagang bumbon/craken di Pasar Beringharjo Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 0 173

Pengaruh permodalan, tingkat pendidikan dan penerapan business entity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dan kecerdasan emosional dengan efektivitas mengelola usaha : survei pada toko kelontong skala kecil dan menengah di Kecamatan Depok.

1 1 227

PENGARUH PERMODALAN, PENDIDIKAN, DAN KULTUR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA

0 0 175

SKRIPSI PENGARUH PERMODALAN, PENDIDIKAN, DAN KULTUR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA

0 0 214

PENGARUH PERMODALAN, PENDIDIKAN, DAN KULTUR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA

0 0 163

PENGARUH PERMODALAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENERAPAN BUSINESS ENTITY TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA: SURVEI PADA COUNTER HP DI KECAMATAN DEPOK

0 0 214

PENGARUH ETNIS, PERMODALAN, DAN PENDIDIKAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEEFEKTIFAN MENGELOLA USAHA

0 1 190

Pengaruh etnis, permodalan, dan pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dan kecerdasan emosional dengan keefektifan mengelola usaha : studi kasus pada pedagang bumbon/craken di Pasar Beringharjo Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 3 171

Pengaruh permodalan, pendidikan dan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha - USD Repository

0 0 186